Dengan Islam Baby Blues Sirna Kesehatan Mental Terjaga

Opini244 Views

 

 

Oleh : Irohima, Guru

__________

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Kondisi gangguan kesehatan mental kerap terjadi pada kelompok ibu hamil, menyusui, dan ibu dengan anak usia dini. Di Indonesia sendiri persentase gangguan kesehatan pada kelompok ini sangat tinggi.

Berdasarkan penelitian dan data laporan Indonesia National Adlescent Mental Health Survei 2023, di Lampung saja tercatat sebanyak 25% kasus ibu yang mengalami gangguan depresi setelah melahirkan.

Belum lagi hasil penelitian Andrianti (2020) yang mengungkap 32% ibu hamil mengalami depresi dan 27% depresi pasca melahirkan, dan hasil penelitian skala nasional telah menunjukkan sebanyak 50-70% kaum ibu di Indonesia mengalami gejala Baby Blues, bahkan angka Baby Blues di Indonesia tertinggi ketiga di Asia ( REPUBLIKA.CO.ID ).

Apa itu Baby Blues? Menurut penjelasan, baby blues syndrome merupakan suatu bentuk kesedihan atau kemurungan yang dialami oleh ibu setelah melahirkan atau dengan kata lain gangguan perubahan perasaan, di mana seorang ibu bisa tiba-tiba sedih, menangis sendiri, cemas, insomnia, uring-uringan dan lain sebagainya.

Selain karena faktor hormonal, baby blues yang parah juga rentan terjadi pada wanita yang hamil karena ‘kecelakaan’ atau wanita yang mengalami KDRT, sebab umumnya ‘kecelakaan ‘ dan KDRT menyebabkan tidak harmonisnya rumah tangga dan minimnya dukungan suami dan lingkungan, padahal ibu yang mengalami baby blues sangat membutuhkan supporting system.

Dikatakan oleh Ray Wagiu, seorang praktisi kedokteran komunitas dari Health Collaborative Centre dan FKUI, bahwa 6 dari 10 ribu ibu menyusui tidak bahagia akibat kurangnya support system pendukung di keluarga dan masyarakat.

Meski Baby blues syndrome umumnya hanya muncul sementara waktu, sekitar dua hari sampai tiga minggu sejak bayi lahir, namun bila tak segera ditangani, kondisi ini bisa berakhir dengan depresi.

Tingginya kasus baby blues dipengaruhi oleh banyak faktor, selain karena kurangnya supporting system, kesiapan menjadi orang tua adalah faktor yang tak kalah penting. Namun sayangnya kurikulum pendidikan di Indonesia tidak menjadikan kesiapan menjadi orang tua sebagai salah satu kompetensi yang harus dimiliki setiap orang.

Bahkan kurikulum pendidikan di sini justru jauh dari nilai-nilai agama yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup. Tidak mengherankan jika begitu banyak ibu yang mengalami depresi, bahkan ada pasangan yang memilih childfree karena kurangnya pendidikan dan pemahaman agama dalam menyikapi persoalan baby blues ini.

Sistem sekuler yang memisahkan agama dari setiap aspek kehidupan termasuk pendidikan sangat berdampak pada pembentukan pola pikir, karakter dan sikap setiap individu dalam menghadapi sebuah persoalan dan juga tentang pandangan hidup seseorang.

Jauhnya pemahaman agama yang mengajarkan tentang hidup, tentang fitrah seorang perempuan, tentang peran keluarga dan masyarakat, tentang pentingnya dukungan antar sesama telah menimbulkan berbagai tekanan serta melahirkan individu yang bermental strawberry, mudah hancur saat ditekan dan tidak siap menghadapi gelombang kehidupan.

Selain sekuleralisme, kapitalisme juga turut mendorong pengurangan supporting system yang dibutuhkan seorang ibu. Kehidupan kapitalisme yang kompetitif, dan selalu berorientasi materi membuat orang disibukkan dengan kegiatan pencapaian diri masing-masing, menciptakan interaksi sosial yang terbatas serta cenderung membuat orang jadi bersikap individualis dan egois serta membuat rasa empati dan kepedulian antar sesama bahkan antar keluarga tergerus dengan sendirinya.

Kehidupan sekuler kapitalistik juga terbukti telah merenggut kesehatan mental banyak individu. Gaya hidup yang bermuatan nilai sekuler, liberal dan kapitalis telah menciptakan sebuah kehidupan yang penuh dengan persaingan, ketidakadilan, kemiskinan, kecurangan dan kesejahteraan yang timpang.

Kondisi inilah yang memicu timbulnya stres hingga depresi. Mirisnya lagi, justru kaum perempuan, khususnya kaum ibu yang rentan mengalami hal ini. Baby blues sebenarnya akan cepat pulih dan sang ibu akan bahagia jika saja kita mau membuka mata dan mengerti akan buruknya sistem sekuler dan kapitalisme yang meniadakan peran agama dalam menjalankan aktivitas kita. Baby blues syndrome juga bisa dicegah dengan menyiapkan supporting system dan sistem pendidikan.

Sangat berbeda dengan sekuler kapitalis yang selalu menafikan peran agama, sistem Islam justru sebaliknya, Islam senantiasa terikat dengan ketentuan agama dalam setiap aspek kehidupan termasuk pendidikan. Islam memiliki kurikulum pendidikan yang sangat komprehensif, sesuai fitrah manusia, sehingga tak hanya bisa mencetak individu yang unggul dalam kecerdasan dan ketakwaan, tapi juga individu yang siap dan mampu mengemban peran mulia sebagai orang tua dan juga memahami bahwa anak adalah amanah dari Allah yang harus dirawat dengan sebaik-baiknya.

Para orang tua juga akan memahami bahwa mereka adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya.
Kurikulum pendidikan Islam yang berbasis akidah Islam akan membentuk individu dengan kepribadian Islam dan bertsaqofah Islam hingga memiliki pandangan dan tujuan hidup yang benar.

Sistem politik ekonomi Islam yang menyejahterakan dan adanya jaminan terpenuhinya kebutuhan hidup rakyat serta jaminan pendidikan dan kesehatan yang mudah diakses dan dinikmati secara gratis akan membantu menghilangkan kecemasan masyarakat dan membuat masyarakat fokus menjalani peran mereka masing-masing.

Peran kepala keluarga sebagai pencari nafkah ataupun peran sang ibu sebagai pengasuh dan pendidik anaknya. Sistem pendidikan Islam juga membuat generasi strawbery akan berganti dengan generasi yang berotot kawat dan bertulang besi, generasi yang suka berkhayal dan menjadi kaum rebahan akan bertransformasi menjadi generasi yang sibuk belajar dan berkarya untuk menjadi pengukir peradaban.

Selain mengatur segala hal terkait pendidikan dalam menyiapkan individu-individu yang tangguh, sistem Islam juga akan menyiapkan supporting system berupa lingkungan sosial yang bersih dari kemaksiatan, lingkungan yang Islami, dan lingkungan di mana masyarakatnya memiliki kepedulian dan empati yang tinggi, saling menolong dan terbiasa beramar ma’ruf nahi munkar. Lingkungan sosial diyakini memiliki pengaruh pada perkembangan mental seseorang. Maka dari itu, Islam begitu memperhatikan hal ini.

Selama 13 abad, Islam telah membuktikan bahwa kurikulum pendidikan yang berbasis akidah Islam, mampu menelurkan tokoh-tokoh besar semisal Ibnu Sina, Imam Syafe’i, Abbas Firna dan yang lainnya, serta tokoh perempuan yang hebat, seperti Fatimah Al-Fihri, pendiri Universitas Al-Qarawiyyin yang menjadi Universitas pertama di dunia, atau Mariam al-Asturlabi, Astronom muslim wanita penemu Astrolab.

Islam adalah solusi segala permasalahan, dengan Islam, Baby blues akan sirna, yang ada hanya baby yang bahagia karena akan diasuh dan dididik oleh orang tua yang siap menjadikan mereka sebagai individu yang cerdas dan bertakwa yang akan menorehkan tinta emas dalam sejarah peradaban manusia. Wallahualam bis shawab.[]

Comment