Kekerasan Berulang, Bukti Sistem yang Tinggal Diam?

Opini442 Views

 

 

 

Oleh: Siti Sahara, Freelance Writer

__________

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA–  Tawuran berkedok perang sarung nyaris terjadi di Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Sabtu dini hari (25/3/2023). Tiga titik menjadi lokasi rencana aksi ini yakni Lapang Sekarwangi, Desa Karangtengah, dan Kampung Gaya Ika, Kelurahan Cibadak.

Sejumlah warga bersama aparat TNI/Polri dan Satpol PP termasuk Karang Taruna Cibadak kemudian berkoordinasi untuk penyergapan. Ini dilakukan lantaran rencana aksi tawuran berkedok perang sarung ini sudah meresahkan masyarakat setempat, terutama saat ini sedang bulan Ramadhan (Sukabumiupdate.com, 25/03/2023).

Selain itu, aksi pembacokan terjadi di Jalan Raya Cisauk, Kabupaten Tangerang. Akibat insiden itu, korban berinisial NH mengalami luka bacok senjata tajam (sajam).

Kapolsek Pagedangan, AKP Seala Syah Alam mengatakan bahwa kejadian itu terjadi pada Selasa, (28/3) sekitar pukul 01.30 WIB. Total ada 3 pelaku yang melalukan pembacokan yang berasal dari kelompok Kampung Nengnong, Cisauk.

Kejadian bermula ketika polisi mendapat laporan adanya korban yang terluka di daerah Pagedangan diduga karena tawuran atau dibacok dan dirawat di Rumah Sakit (RS) Selaras, Cisauk. Polisi lantas mendatangi korban untuk dimintai keterangan (Detik.com 30/03/2023).

Kasus seperti ini bukanlah kali pertama terjadi di negeri ini, bahkan hal ini telah berulang kali terjadi terjadi. Hal ini bukan lagi suatu hal yang bersifat biasa karena terjadi secara berulang-ulang.

Kerusakan generasi terjadi karena kurangnya iman, sehingga dengan mudah melakukan kemaksiatan termasuk membuat kerusakan, hilangnya rasa kemanusiaan dan kasih sayang. Pun lebih mengedepankan hawa nafsu, melakukan apapun tanpa pertimbangan halal dan haram dan dilakukan demi terwujudnya keinginan.

Pun pergaulan generasi muda masa kini tidaklah sehat, tuntutan peran dalam komunitas memaksa keikutsertaan sehingga bisa diakui. Kecanggihan teknologi, tontonan hingga pembuatan konten yang mengharuskan menarik, agar mendapatkan followers yang banyak, walaupun dengan menyuguhkan konten yang tidak baikpun kerap dilakukan.

Di samping itu, tuntutan kebutuhan ekonomi setiap harinya yang meningkat, ditambah lagi dengan gaya hidup yang hedonis, sedangkan pekerjaan sulit. Ini menjadikan tindak kriminal adalah satu hal yang dianggap keterpaksaan dan maklum untuk dilakukan agar dengan mudah mendapatkan uang.

Satu-satunya sumber utama dalam perkara pelik ini adalah karena sekularisme kapitalisme dimana kehidupan dipisahkan dari peran agama, sehingga agama tidak harus mengatur kehidupan dunia setiap umatnya. Bahkan agama disinyalir sebagai penghambat dalam disalurkannya kesenangan dan kebebasan dalam hidup.

Apalagi sekularisme-kapitalisme telah merasuk disebagian besar jiwa umat ini, maka tidak heran jika perilaku manusia makin lama akan makin rusak seperti yang terlihat saat ini.

Lain halnya jika yang berlaku di masyarakat adalah sistem Islam, maka kebalikan dari sifat buruk ini, yaitu akan dirasakan bersama ketertiban dan keamanan hidup di masyarakat.

Adapun beberapa hal yang dapat mengontrol tindakan setiap individu di antaranya, yaitu: Pertama adalah kontrol keluarga, di mana pelajaran utama yang akan didapatkan adalah edukasi terkait nilai spritual yang mana dari itu akan membantu membentuk ketakwaan individu dalam pendidikan keluarga, disebabkan pola asuh orang tua.

Sehingga setiap tindakan yang dilakukan berdasarkan halal dan haram. Dari itu akan terbentuklah karakter yang menjadikan individu bertakwa.

Kedua adalah kontrol masyarakat, dalam ini yakni berupa amar makruf nahi mungkar, saling nasehat menasehati dalam kebenaran, sehingga hal itu akan mampu membantu peran lingkungan keluarga dalam mengondisikan anak menjadi baik.

Ketiga adalah kontrol negara, yakni negara menerapkan pendidikan berbasis akidah, pemenuhan kebutuhan dasar rakyat, menutup pintu kejahatan (pemblokiran situs rusak, penutupan industri miras, dan lainnya) serta tak kalah penting adalah diterapkan sanksi yang tegas dalam setiap pelanggaran.

Oleh karena itu, sulit mewujudkan generasi muda yang memiliki kepribadian yang baik, jika tidak adanya sinergi antara peran keluarga, masyarakat dan negara.

Karenanya, ketakwaan individu dan kontrol masyarakat serta peran negara dalam sistem yang baik akan menghasilkan orang-orang yang beriman dan bertakwa serta generasi muda yang bermoral, sehingga menciptakan sebuah masyarakat tak terkecuali generasi yang berbudi pekerti yang luhur. Wallahu a’lam.[]

Comment