Ibu Tempat Kebaikan dan Surga Yang Terlupakan

Opini533 Views

 

 

Oleh: Ghaziya Al-ayyubi, Mahasiswa

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Ummuka, ummuka, ummuka (ibumu, ibumu, ibumu) begitu kata Rasulullah Saw saat ditanya, tentang kepada siapa kita harus berbuat baik pertama kali. Tsumma abuka (lalu ayahmu) beliau melanjutkan.

Maasyaa Allah, sungguh luar biasa sabda Nabi Saw yang sangat memuliakan seorang ibu ini. Beliau menempatkan posisi pertama kepada siapa kita harus berbuat baik, beliau menyebut ibu sampai tiga kali lalu kemudian ayahmu lanjut beliau.

Seorang ibu begitu mulia, sebab ia mengandung selama sembilan bulan, melahirkan, menyapih serta merawat kita sampai dewasa. Kita bisa bertumbuh sehat adalah karena mereka yang merawat kita. Tak ada yang bisa membalas kasih dan sayang mereka kecuali Allah SWT.

Nabi Saw juga bersabda, bahwa surga ada di bawah telapak kaki ibu. Artinya ibu kitalah surga kita sesungguhnya, surga paling tengah dan paling mudah untuk kita masuki. Sabda Nabi:
الْجَنَّةُ تَحْتَ أَقْدَامِ الأمَّهَات؛ مَن شِئن أدخلن، ومَنْ شِئن أخْرَجن-.

“Surga di bawah telapak kaki ibu. Siapa yang dikehendaki (diridhai) para ibu, mereka bisa memasukkannya (ke surga); siapa yang dikehendaki (tidak diridhai), mereka bisa mengeluarkannya (dari surga).”

Anak Bunuh Ibu Kandung

Faktanya, saat ini kebanyakan dari kita melupakan surga yang termudah itu dan banyak pula di antara kita yang mungkin justru menyia-nyiakannya, Tidak berbuat baik padanya, membahtah dan melawannya, bahkan ada yang tega sampai membunuh ibunya. Na’udzu billah tsumma na’udzu billah.

Sebagaimana yang terjadi pada seorang pria asal desa Jekulo, kecamatan Jekulo, kabupaten Kudus, Jawa Tengah ditangkap karena membunuh ibu kandungnya UK (52).

Kasus tersebut seperti ditulis laman kompas.com, berawal pada saat (UK) ditemukan tewas di dalam kamarnya, diduga bunuh diri sebab ada bekas luka sayatan di tangannya. Namun dari hasil olah tempat kejadian perkara, UK tewas di bunuh karena ditemukan luka di kepala korban.

Merasa selalu salah di depan ibu AB tega membunuh karena sakit hati. “Saya tidak pernah dipukul ibu saya, tapi kata-katanya seeing menyakiti perasaan. Apa yang saya pebuat dan saya lakukan tidak pernah benar di mata ibu saya” ungkapnya, Rabu (28/12/2022).

Kasih sayang ibu yang tak disadari

Miris dan sedih sekali rasanya  mendengar pembunuhan terhadap seorang ibu oleh anaknya sendiri. Meski dengan alasan tersebut, tetap saja apa yang dilakukan sang anak adalah tindakan kriminal yang melampaui batas.

Sejatinya seorang ibu adalah orang yang sangat mencintai anaknya, marah adalah bentuk peduli, nasihat adalah bentuk kasih sayang yang diberikannya dengan tulus untuk kebaikan sang buah hati. Mungkin anak sering menganggap ini kebencian dan ketidak peduliannya terhadap perasaan, namun yakinlah sebenarnya anak saja yang tidak menyadari betapa besarnya cinta kasih yang dicurahkannya

Dalam sebuah hadist Rasulullah Saw juga bersabda:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548).

Begitu mulia kedudukan seorang ibu sampai Nabi menyebutnya tiga kali. Lantas mengapa masih ada anak yang tega membunuh ibunya. Tidakkah seorang anak ingat bahwa dahulu – ketika masih dalam kandungan, sang ibu senantiasa membawa anaknya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah?

Beliau juga telah merawat, memenuhi seluruh hajat di saat kecil. Hingga dewasa, tangan yang dulu amat dicintai ibu ternyata sanggup membunuh orang yang banyak berkorban untuk dirinya.

Inikah balasan anak terhadap ibu, setelah segala daya dan upaya yang telah dikerahkan? Maka dari itu, sudah sepantasnya kita bermuhasabah diri terhadap apa yang telah kita lakukan di masa lalu. Perbaiki kesalahan yang sering kita lakukan. Ucapan ‘ah’ yang kita lontarkan, kata-kata yang tidak baik yang kita ucapkan, nada tinggi dan bentakkan yang kita berikan perbaikilah.

Selagi nafas masih sanggup menghela, selagi badan masih di beri-Nya kesehatan. Pereratlah hibungan dengan ibu, santunlah terhadapnya, berlemah lembutlah dan berbaktilah demi mendapat Ridha-Nya.

Mudah-mudahan kita termasuk hamba Allah yang bertaqwa dengan berbakti kepada kedua orang tua, terutama ibu kita semata-mata karena-Nya. Wallahua’lam bishawab.[]

Comment