RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Kekalahan telak Ahok pada putaran kedua Pilkada DKI yang digelar pada Rabu (19/4) lalu menjadi sebuah indikasi bahwa kepemimpinan yang diharapkan warga Jakarta itu tidak hanya mengandal kecerdasan intelektual dengan seabreg pembangunan fisik semata.
Masih banyak warga DKI yang tetap memprioritaskan kecerdasan emosional dan perilaku sebagai prasyarat pemimpin yang dipilihnya. Meski pembangunan fisik dan fasilitas publik dibangun, tetap saja permasalahan moral menjadi hal utama yang mereka nilai.
Ahok boleh terlalu percaya diri dengan program pembangunan yang dicanangkannya, namun karena kurang dalam segi moral dan perilaku yang diharapkan memiliki sopan santun itu akhirnya kalah telak oleh Anies Sandi. Bahkan hampir 2% dari total suara yang diperoleh Ahok Djarot ikut raib berpindah memilih Anies Sandi.
Kekalahan Ahok yang cukup telak menjadi indikasi bahwa Jakarta masih memiliki moral. Warga DKI meski metropolis tetap memiliki landasan sebagai pijakan berpikir. Ini menunjukkan pula bahwa kepepmimpinan daerah maupun nasional memiliki prasyarat yang kental terkait dengan moralitas.
Jakarta belum bisa dipengaruhi sepenuhnya oleh kehidupan materialis dan meninggalkan segi moral dalam aspek kehidupan baik politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Anda salah kalau mengira dan berkesimpulan bahwa masyarakat Jakarta secara khusus dan Indonesia secara umum telah menghapus moralitas dari kehidupannya.
Masyarakat Jakarta dan secara keseluruhan akan merelakan anda para pemimpin yang memarginalkan dan menggerus nilai-nilai moral dan kebangsaan untuk meninggalkan Indonesia.. Indonesia bukan tempat para perusak tak bermoral.[]
Comment