Oleh : Rahmi Ekawati, S.H, Citizen Writer dan Content Creator
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Dikutip dari cxomedia.id,- Kasus yang melibatkan anak mantan pejabat menyita perhatian publik beberapa hari ke belakang. Bagaimana tidak, pria berumur 20 tahun itu tega memukuli anak salah satu kader ormas yang masih berusia 17 tahun sampai koma hingga saat ini.
Tak sampai di situ, di media sosial beredar sebuah video yang menunjukkan seperti apa pelaku memukul korban sampai akhirnya terkapar di jalan dan tak bergerak. Bahkan di video yang berdurasi kurang dari 1 menit itu pun terdengar pelaku mengatakan bahwa ia tidak takut kalau korban akhirnya meninggal akibat pukulannya.
Dari kasus di atas kita banyak belajar tentang bagiamana proses pola asuh anak hingga terjadi attitude yang signifikan berpengaruh pada dampak keluarga.
Berdasarkan data Susenas 2020, masih terdapat 3,73 persen balita yang pernah mendapatkan pola pengasuhan tidak layak. Selain itu, ada 15 provinsi dari 24 provinsi yang memiliki pola pengasuhan di bawah rata-rata Indonesia.
Padahal, pengasuhan anak merupakan salah satu agenda nasional untuk memberikan yang terbaik bagi anak. Hal ini mengakibatkan berbagai dampak negatif bagi perkembangan anak karena pemenuhan hak-hak anak tidak terpenuhi dengan baik, seperti hak kesehatan dan hak perlindungan.
Pengasuhan yang tidak layak akan menimbulkan perasaan mudah tersinggung dan mudah putus asa bagi anak. Bahkan, dapat mengakibatkan anak memiliki daya juang yang lemah. Dalam hal ini, orangtua memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk memberikan pengasuhan yang baik, termasuk memberi semangat, pujian, menghargai waktu, dan lain sebagainya.
Salah satu hal yang dikaitkan dengan perilaku buruk anak adalah kesalahan pola asuh dalam keluarga. Hal ini dapat terjadi karena ketidaksiapan dalam berperan sebagai orangtua. Peran ini adalah satu keniscayaan, sehingga seharusnya menjadi bagian dalam kurikulum pendidikan di semua jenjang pendidikan.
Namun saat ini hal tersebut justru tidak didapatkan dalam sistem pendidikan Indonesia. Kesadaran akan pentingnya ilmu menjadi orang tua malah menjadi salah satu peluang bisnis dalam sistem kapitalisme.
Cara Mendidik Generasi dalam Islam
Islam memahami peran penting orang tua dalam mendidik generasi. Oleh karena itu Islam memiliki tuntunan bagaimana menjadi orang tua, tidak saja dalam menyiapkan anak untuk mengarungi kehidupan di dunia, namuan juga agar selamat di akhirat.
Tuntunan tersebut akan diintegrasikan dalam sistem pendidikan mengingat setiap orang, laki-laki atau perempuan akan menjadi orang tua. Ini adalah bentuk tanggung jawab yang Islam bebankan kepada negara, karena Islam menyadari pentingnya generasi dalam membangun peradaban yang mulia.
“Seorang anak jika sudah diabaikan sejak awal perkembangannya, maka pada galibnya ia akan menjadi seorang yang buruk akhlaknya, pendusta, pendengki, pencuri, pengadu domba, bersifat kekanak-kanakan, serta tidak bisa serius dan dewasa. Itu semua hanya bisa diatasi dengan penggemblengan yang baik.” (Imam Ghazali).
Masa kanak-kanak adalah periode hidup manusia yang sangat fundamental, di masa inilah dasar-dasar kecerdasan dan kepribadian dibangun. Proses yang dilalui di masa kanak-kanak akan menentukan kelak di masa dewasa.
Sangat tepat jika dikatakan, masa kanak-kanak adalah masa yang sangat vital bagi penentuan arah hidup manusia. Oleh karena itu, merupakan keharusan untuk memperhatikan dan mempersiapkan strategi pengasuhan dan pendidikan yang baik dan tepat sehingga terwujud generasi masa depan yang berkualitas.
Membentuk Kepribadian Anak
Kepribadian anak tidak akan sempurna, kecuali jika diarahkan, dibina, dan dibimbing dari segala aspek. Masa kanak-kanak mempunyai keistimewaan berupa kelenturan, kesucian, dan fitrah ketika pada masa ini seseorang dapat menanamkan hal-hal baik dalam jiwanya.
Jika dibangun dengan penjagaan, bimbingan dan arahan yang baik, ia akan menjadi sosok yang kokoh kepribadiannya. Oleh karena itu, penanaman akidah, kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya, Al-Qur’an dan hadis-hadis Rasul harus dilakukan sejak dini.[]
Comment