Oleh: Dr. Wido Supraha, M.Si, Institut Adab Insan Mulia
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Banyak yang bertanya harus dari mana memulai mempelajari Islam yang mulia ini. Jawaban sederhananya adalah dari bagaimana Islam ini diturunkan secara bertahap melalui konten yang terekam dalam Al-Qur’an al-Karim.
Bimbingan pertama dari Allah melalui Al-Qur’an ternyata bukanlah Shalat dan Zakat, akan tetapi ‘Iqra’ atau ‘Bacalah’.
Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam diperintahkan untuk membaca dengan kedisiplinan (adab) khusus, yakni:
▪️Membaca dengan menyebut nama Allah Yang Telah Menciptakan.
▪️Membaca di atas kesadaran penuh bahwa Allah Yang Menciptakan segala sesuatu.
▪️Membaca bahwa segala sesuatu ada dengan permulaan.
▪️Membaca bahwa yang tidak ada permulaan dan tidak ada akhir hanyalah Allah Subhanahū wa Ta’āla.
Membaca dalam konteks inilah yang disebut membaca dengan kecerdasan puncak. Kecerdasan yang dibangun dari prinsip: ‘Berpikir adalah pekerjaan dasar manusia.’
Pada saat umat Rasūlullāh SAW telah berpikir dalam kepasrahan bimbingan wahyu, ia telah meneladani Nabinya.
Pada saat itu, ia akan dimudahkan menyambung relasi antara Pencipta dan yang diciptakan, relasi Khalik dengan makhluk, yang kemudian akan berbuah akhlak.
Maka sejak awal, agama ini diturunkan telah menegaskan orientasinya pada kesempurnaan akhlak. Cara membaca yang benar akan membawa kita pada kebagusan akhlak (shalih al-akhlaq).
[Masjid al-Haram, 16 Rabi’ul Akhir 1444 H]alilah kepada Tuhanmu dengan rida dan diridai.[]
Comment