Halloween, Bagaimana Islam Menyikapi?

Opini313 Views

 

Oleh:Ummu Balqis, Ibu Pembelajar

_________

RADARINDOESIANEWS.COM, JAKARTA — Sejatinya, perayaan Halloween atau All Hallows’ Eve adalah hari libur yang diperingati pada tanggal 31 Oktober, satu malam sebelum Hari All Saints atau All Hallows’. Namun, sejak perayaan ini dilakukan di seluruh belahan dunia, banyak pesta yang dilakukan sebelum tanggal 31 Oktober.

Dalam festival ini, mereka meyakini bahwa roh orang yang sudah meninggal akan turun ke bumi, sehingga mereka berpakaian seperti hantu untuk menakuti roh jahat. Sebagaimana yang dimuat pada Detik.com (01/11/2022), Biasanya, perayaan Halloween identik dengan tema pakaian serba hantu atau horor.

Hal ini berkaitan pada kepercayaan dulu, saat festival Samhain orang-orang menyalakan api unggun di puncak bukit untuk menakuti roh jahat. Kemudian orang-orang mengenakan topeng dan penyamaran lain untuk menghindari dikenali oleh hantu yang dianggap ada.

Pesta ini juga dilakukan oleh masyarakat Korea Selatan, tepatnya di kota Itaewon, namun sayangnya berujung pada sebuah tragedi yang menewaskan ratusan orang. Dilansir Detik.com (01/11/2022), korban tewas saat perayaan Halloween yang berujung tragedi di Itaewon, bertambah. Korban jiwa kini mencapai 155 orang.

Yang paling mengejutkan, ternyata pesta ini juga dirayakan oleh masyarakat Arab Saudi. Dilansir CNBCIndonesia.com (31/10/2022) ,Arab Saudi dilaporkan menyelenggarakan festival Halloween. Padahal sebelumnya, perayaan tersebut dilarang di negeri Raja Salman tersebut.

Bahkan di Indonesia, perayaan Halloween juga dilakukan oleh segelintir orang, meskipun tidak melibatkan anak-anak. Dilansir Suara.com (08/10/22), Perayaan Halloween bukannya tidak ada sama sekali di Indonesia. Namun, hanya segelintir kelompok kecil saja yang melakukannya. Umumnya acara ini diadakan dengan pesta atau cosplay menjadi tokoh populer tertentu.

Halloween dan Sikap Penguasa

Sebagai sesama manusia, kita patut prihatin atas tragedi Halloween di Itaewon yang menewaskan ratusan manusia. Namun keprihatinan ini tidak lantas lebih besar dibandingkan prihatinnya kita terhadap tragedi yang menimpa sesama muslim, seperti halnya tragedi Palestina, muslim Uighur dan tragedi kekejaman penguasa lainnya yang membantai ribuan umat Islam.

Bolehnya pesta Halloween di negeri muslim baik Arab Saudi, Indonesia dan negeri muslim lainnya, menunjukkan penguasa di negeri tersebut memandang positif terhadap Halloween ini. Padahal budaya ini bukan berasal dari Islam. Bahkan budaya ini tidak memberi manfaat sedikitpun bagi generasi.

Arab Saudi yang dahulunya kental dengan nuansa Islam, justru semakin liberal. Mulai dari dibukanya kota “surga alkohol”, pantai bikini, perayaan natal secara terbuka, pelonggaran untuk perempuan, izinkan konser dan bioskop, kini memberikan kebebasan untuk merayakan pesta Halloween dengan berbusana hantu yang mengerikan. Sungguh sangat miris kebijakan penguasa negeri muslim ini.

Ketika generasi Islam diarahkan hanya untuk berhura-hura dengan berbagai macam pesta yang tidak bermanfaat, dipandang maksiat, bahkan bisa merusak aqidah umat, lantas akan dibawa kemana generasi Islam di masa depan. Hal ini sangat perlu disadari oleh generasi Islam, agar tidak terjebak dengan berbagai macam budaya barat karena dapat merusak potensi generasi untuk kebangkitan Islam.

Pandangan Islam terhadap Halloween

Pesta Halloween berasal dari budaya barat. Islam melarang seorang muslim untuk mengikuti budaya barat yang bertentangan dengan syari’at. Apabila seorang muslim tetap mengikutinya maka dia dianggap sama seperti mereka. “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad 2: 50 dan Abu Daud no. 4031).

Begitupula dengan seorang penguasa muslim yang memberikan kebebasan kepada rakyatnya khususnya bagi muslim, maka penguasa tersebut kelak akan diminta pertanggungjawaban, karena telah membuat akidah umat tergerus.

Seorang penguasa muslim wajib menjaga aqidah umat agar tidak terjebak dari perayaan-perayaan yang tidak sesuai syariat, apalagi justru akan menjadikan generasi Islam rusak aqidahnya dan lalai dalam kemaksiatan.

Di sisi lain, banyak sisi negatif dari pesta Halloween ini, seperti dapat membuat terganggunya psikis anak karena melihat hal-hal yang menyeramkan dari pesta ini. Sehingga anak-anak menjadi trauma. Maka hal-hal yang mengantarkan pada mudharat, sudah pasti Islam melarangnya.

Dalam Islam hanya ada dua hari raya besar yang dibolehkan untuk kita merayakannya, yaitu hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.

Dari sahabat Anas, ia berkata, “Sekali waktu Nabi SAW datang ke Madinah, di sana penduduknya sedang bersuka ria selama dua hari”. Lalu Nabi bertanya “Hari apakah ini (sehingga penduduk Madinah bersuka ria)?”.

“Mereka menjawab “Dulu semasa zaman jahiliah pada dua hari ini kami selalu bersuka ria”. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT telah menggantikannya dalam Islam dengan dua hari yang lebih baik dan lebih mulia, yaitu hari raya kurban (Idul Adha) dan hari raya fitri (Idul Fitri),” (HR Abu Dawud).

Oleh karena itu, haram bagi setiap muslim untuk mengikuti perayaan Halloween meskipun niatnya hanya bersenang-senang. Hari besar umat islam penuh dengan kebaikan. Menganjurkan berpakaian rapi dan bersih.

Dari pakaian saja sudah tampak ketentraman hati. Tidak seperti pesta Helloween yang menunjukkan suasana horor, menakutkan dan trauma bagi yang melihatnya. Whallahu’alam.[]

Comment