Oleh: Chris Komari,
Activis Demokrasi,
Activis Forum Tanah Air (FTA) USA & Global, Anggota City Council 2002 & 2008
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Tunawisma (homeless) di Amerika Serikat (AS) itu berbeda dengan tunawisma di tanah air, Indonesia.
1). Homeless folks di Amerika Serikat (USA) mendapatkan “EBT CARD” yg bisa dipakai untuk beli makanan fresh foods, minuman dan fresh fruits di grocery store seperti orang kaya.
EBT CARD (Electronic Benefit Transfer) adalah semacam credit card seperti VISA atau MASTER CARD yang tiap bulan mendapatkan benefits transfer dari pemerintah sebagai bagian dari SAFETY NET PROGRAMS.
Homeless di Amerika Serikat (AS) tidak ada yang mati kelaparan karena kurang makan, asal mengikuti programs pemerintah.
Kalau mati karena doing drugs dan alcoholism, itu banyak. Banyak life style menjadi homeless adalah karena kondisi doing drugs (addiction to drugs) dan pilihan hidup mereka masing-masing.
Tetapi program safety net pemerintah itu besar sekali, bukan hanya ditingkat Federal Government, tetapi juga banyak safety net programs ditingkat STATE, ditingkat Propinsi (Counties) dan ditingkat pemerintahan Kota (Cities).
EBT card juga bukan satu-satunya satefy net programs pemerintah.
2). FOOD BANKS (Feeding America Programs)
Food banks adalah a giant warehouse yang disewa untuk menampung kebutuhan makan sehari-hari yang bisa diambil oleh siapa saja yang membutuhkannya secara gratis, tanpa ada pertanyaan macam-macam, meski per orang atau per keluarga ada batasnya.
Tetapi more than enough kebutuhan makan sehari-hari untuk semua anggota keluarga, dari a few loaf of breads, sugar, eggs, a bunch of can foods, can-fruits, milk, jam, fresh fruits, vegetables, frozen meats, etc.
Dua programs pemerintah itu saja sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan isi perut keluarga dan tidak harus menjadi tunawisma (homeless) tidur di jalanan di bawah jembatan.
Itulah mengapa, orang America itu ego pribadinya tinggi when it comes to “equality” dan kadang merasa tersinggung kalau ditraktir makan tanpa bicara lebih dulu.
Karena orang America tidak ingin harga dirinya direndahkan karena soal “makanan”.
Soal makanan di USA itu sangat mudah didapatkan dan gratis pula. Sehingga ketika orang America direndahkan dengan ditraktir makan, that is the lowest of the lowest treatment.
Karena itulah orang America ketika makan sama-sama dalam satu group di restaurant, lebih suka bayar sendiri, supaya di antara kita tetap mempertahankan equality (persamaan derajat). Kamu tidak merasa lebih hebat dari saya dan saya tidak merasa lebih hebat dari kamu.
Itu bukan ego dan kesombongan.
That is equality in United States of America (USA).
Di bawah ini saya berikan informasi tentang safety net programs pemerintah Amerika Serikat (AS) lebih banyak lagi, system perpajakan di USA, penerimaan pajak negara di tingkat Federal Government dan negara bagian (STATE).
Sumber pendapatan USA
Keuangan dan sumber pendapatan pajak APBN pemerintah pusat (Federal Government) di negara Amerika Serikat (AS) itu tergantung kepada setoran dari 50 negara bagian.
Kalau 50 negara bagian itu “mogok dan protes,” berhenti menyetor pajak tiap tahun ke pemerintah Federal, Maka pemerintah Federal Government di Washington D.C akan bangkrut dan nyungsep.
Sementara itu, 50 negara bagian (STATE) masih kuat, strong dan baik-baik saja.
APBN pemerintah Federal Government USA menerima dana dari 50 negara bagian tiap tahun, berupa:
1). Individual income tax revenues (pajak penghasilan individual) sebesar $2 trillion per tahun (51%).
2). Sebesar $1,1 trillion tiap tahun berupa Sosial Security dan Medicare (31%).
3). Corporate taxes sebesar $ 371 billions (9%).
4). PAJAK lainya (miscellaneous revenues lainya).
Itu semua datangnya dari 50 negara bagian.
B). Bagaimana dengan penghasilan negara bagian (STATE)…???
Di negara bagian California (State of California), penghasilan tiap tahunya didapatkan dari:
1). Penghasilan pajak individual (Individual income tax revenues) sebesar $248 billion dollar in 2021
2). Sales taxes.
3). Property taxes.
4). Corporate taxes dan licenses.
Bagaimana dengan penghasilan pemerintahan Propinsi (County) dan pemerintahan Kota di USA?
Pemerintahan Provinsi dan Kota di USA mendapatkan income revenues dari:
1). Property taxes
2). Sales taxes
3). Corporate taxes dan licenses
4). Pengelolaan assets yg dimiliki Propinsi atau Kota lewat “redevelopment agency”, guna memperbesar penghasilan asli daerah (PAD).
Income revenues dari point nomer #1 hingga point nomer #4, itu sumbernya dari employment (lapangan kerja) dan dunia usaha.
Ketika dunia usaha masih berjalan dgn baik dan unemployment rate itu rendah, maka ekonomi negara itu masih berjalan dengan baik, meskipun dihantam inflasi agak tinggi.
Itulah mengapa ketika rate unemployment rendah dan dunia usaha masih lancar, meski rate of inflation itu cukup tinggi, masih tidak terasa.
Di samping masing-masing negara bagian (STATE), pemerintahan tingkat Propinsi (County) dan pemerintahan tingkat Kota (City) memiliki program subsidi berupa “safety net programs” yang sangat besar dan banyak.
Ketika employment rate masih tinggi, semua orang masih memiliki pekerjaan, memiliki gaji bulanan, semua orang masih punya income, maka pada akhir tahun, pemerintah Federal Government, State Government, pemerintah tingkat Propinsi dan pemerintah tingkat Kota (City government), masing-masing masih akan menerima pendapatan PAJAK dari rakyat, berupa pajak penghasilan setiap individual (individual income tax revenues), property taxes, sales taxes, franchise taxes, business taxes, corporate taxes, permit, licensing, dll.
Itulah yang membuat ekonomi KOTA, COUNTY, NEGARA BAGIAN (STATE) dan negara Federal Government itu sangat kuat, kokoh dan mandiri.
APBN negara bagian (STATE) itu self-funded. APBD Propinsi itu juga self-funded. APBD Kota itu juga self-funded.
Yang tidak self-funded di USA adalah APBN pemerintah pusat Federal Government. Itu kebalikan dengan APBN dan APBD di Indonesia.
Dengan struktur perpajakan yang rapi dan organized, fiscal dan perekonomian di USA dibuat “self-sufficient” atau “self-funded” untuk semua system pemerintahan, baik pemerintah Kota, pemerintahan Propinsi dan pemerintahan negara bagian (State), dengan perkecualian APBN pemerintahan pusat Federal Government di Washington D.C.
Bagaimana dengan penghasilan APBN pemerintah pusat Indonesia?
1). Pendapatan pajak adalah yang sangat dominant mencapai 115.35% dari sektor manufacturing industries, seperti petroleum and natural gas, textiles and apparels, mining, footwear, palm oil, plywood, rubber and chemical fertilizers.
2). Pendapatan non-pajak sangat kecil.
3). Pendapatan hibah dari luar negeri yg juga sangat kecil.
Ketika dunia usaha manufacturing industries nyungsep, di situlah income revenues APBN akan ikut NYUNGSEP.
Beda dengan di USA, di mana yang dominan menjadi income revenues pemerintah Federal, pemerintah negara bagian (STATE) adalah pendapatan pajak individual (individual income revenues).
Karena itu di USA, rate of unemployment menjadi barometer dan ukuran bagi kesuksesan seorang Presiden di USA.
Selama rate of unemployment itu rendah, dan employment rate itu tinggi artinya semua pemerintahan dari Kota, Propinsi, State dan Federal Government masih akan mendapatkan cukup income tax revenues.
Karena:
APBN pemerintahan di negara USA itu berdasarkan lapangan pekerjaan dan dunia usaha (employment base).
Sementara APBN di Indonesia itu berdasarkan dunia industry manufaktur, atau industry manufacturing base.
Indonesia bisa saja melakukan system dan konsep yang sama seperti USA, dimana semua pemerintahan Propinsi, Kota dan Kabupaten bisa dibuat “self-sufficient dan self-funded”, hanya tinggal merubah cara berpikir kita saja, khususnya cara berpikir dan cara kerja para pejabat di pemerintahan.
Di sinilah pentingnya bagi semua rakyat Indonesia secara menyeluruh untuk mengetahui hak, wewenang dan kedaulatan tertinggi rakyat dalam demokrasi.
Ketika APBN dan APBD dirubah dan dipaksa dengan pendekatan “SURPLUS-ORIENTED, maka semua pejabat negara dan pejabat daerah, akan menyesuaikan tuntutan itu.
Tidak lagi boros dan spending ugal-ugalan. Bahkan para direksi BUMN juga harus dipaksa profit-oriented atau surplus-oriented.
Tidak ada lagi konsep atau istilah BUMN dijadikan SAPI PERAH pejabat negara.
Yang kuat secara ekonomi dan keuangan di negara USA itu sebenarnya adalah negara bagian (STATE), bukan pemerintah Federal Government.
Yang kaya raya di negara USA itu bukan pemerintah Federal Government, tetapi rakyat Amerika Serikat (AS) yg tersebar diseluruh 50 negara bagian.
Kekayaan pemerintah Federal Government hanya sekitar $23 trillion dollar.
Kekayaan 1% Americans; the super duper filthy rich Americans kalau digabung mencapai $500 trillion lebih.
Kalau pemerintah Federal Government di Washington DC bangkrut, tidak ada masalah bagi rakyat Amerika Serikat (AS).
Ini yang tidak banyak dipahami oleh orang non-american, khususnya di Indonesia.
Tanpa kontribusi “PAJAK” dari negara bagian (STATE), maka financial Federal Government bisa NYUNGSEP.
Negara Federal government di USA boleh nyungsep, tetapi bukan berarti semua 50 negara bagian (State) akan ikut NYUNGSEP.
Bisa jadi 50 negara bagian (STATE) itu malah baik-baik saja, doing just fine, tetap kuat karena secara financial dan ekonomi, mereka itu sangat mandiri, self-funded dan independent, lepas dari bantuan keuangan dari pemerintah Federal Government.
System ekonomi, fiscal responsibility, perpajakan dan keuangan di United States of America (USA) itu sangat berbeda jauh dengan system di Indonesia.
Di USA, negara Federal Government boleh nyungsep secara financial, tetapi 50 negara bagian (STATE) masih bisa tetap kuat, karena secara fiscal, ekonomi dan keuangan mereka mandiri dan independent, APBD mereka sangat mandiri, tidak tergantung dana dari APBN Federal Government.
Debt ratio to GDP USA di atas 137% dan Japan di atas 270%, tetapi mengapa “buying power” pemerintah USA dan JAPAN lebih besar dari Indonesia?
Mengapa secara keuangan, ekonomi dan fiscal, pemerintah USA dan JAPAN masih lebih kuat dibanding Indonesia?
Karena negara USA dan JAPAN memiliki 3 hal yg tidak dimiliki oleh Indonesia, yakni:
1). Domestic Equity Market yg besar dan solid.
2). Market Capitalization yg besar dan tembus diseluruh dunia. Produk buatan USA dan JAPAN rata-rata dikenal dunia international dan tembus dipasaran international.
F). Besarnya Subsidi dan Safety net programs negara Barat, khususnya di negara Amerika Serikat (AS).
Saya mendapatkan beberapa kiriman video clips dari YouTubers dan membaca komentar diberbagai media sosial.
Benarkah di Amerika Serikat (USA) saat ini sedang krisis pangan?
Terus saya menjawab begini:
Kalau negara Amerika Serikat (USA) itu benar-benar krisis pangan, kenapa US Congress sampai hari ini sudah meloloskan bantuan ke Ukraina mencapai $50 billion dollar…???
Kenapa uang sebanyak itu; $50 billion dollar (with B), tidak dipakai saja untuk membantu rakyatnya sendiri yang kelaparan karena krisis pangan? Mikir dikit?
Kesulitan memenuhi kebutuhan hidup, berbeda dengan bukan kesulitan pangan.
Ketika inflation national di USA mencapai 9%, inflasi di negara bagian bisa lebih tinggi, seperti di Kota Phoenix, Arizona, sudah mencapai 12,3%, jauh diatas rata-rata.
Dengan high inflation seperti itu, tentu akan menyulitkan banyak buruh, pekerja (average workers) yg mendapatkan gaji minimum untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Bagusnya, pemerintah Amerika itu memiliki banyak safety net programs untuk membantu homeless, fakir miskin, the needy atau yang tidak bekerja (unemployed).
Program safety nets pemerintah USA itu ada yg “Federal” funded, artinya program safety net itu dibiayai fully oleh Federal government.
Dan ada juga “State” funded yang dikelola oleh setiap county (pemerintah propinsi) dan juga pemerintah kota (City).
Apa saja subsidi pemerintah dan program safety nets di Amerika Serikat (AS)?
1). Temporary Assistance to Needy Families (TANF).
2). Supplemental Nutrition Assistance Program ( SNAP).
3). Earned Income Tax Credit (EITC)
4). Medicaid, health insurance gratis bagi fakir miskin.
5). Supplemental food program bagi Woman, Infant dan Children (WIC)
6). Meals on wheels, bagi senior citizens program yang dikirim ke rumah-rumah senior citizens atau nongkrong di senior citizens hall.
7). Shelter program, bagi homeless yang tidak memiliki rumah untuk mendapatkan housing.
8). Section X program, membantu family yang tergolong kurang mampu untuk mendapatkan bantuan renting house dengan mayoritas biaya rent dibayar oleh pemerintah.
9). Unemployment insurance program, dimana bagi buruh atau pekerja yang di lay off atau kehilangan pekerjaan, akan mendapatkan bantuan unemployment checks selama 2 tahun.
10). Food banks atau feeding’s America program, adalah gudang besar yang berisi makanan dan kebutuhan pokok lainya yang disediakan oleh pemerintah supaya rakyatnya tidak ada yang kelaparan.
Semua orang yang membutuhkan makanan sehari-hari, tinggal datang ke FOOD BANK dan akan menerima makanan secara gratis.
11). Food banking program ini awalnya di prakarsai oleh seorang pensiunan businessman di Phoenix, Arizona, tahun 1960’an bernama John Van Hengel.
Di California sendiri, food banks atau yg lengkapnya disebut California Association of Food Banks (CAFB) didirikan tahun 1995 with one mission, that is to end hunger in California.
Di Amerika Serikat (AS) itu tidak pernah mendengar orang mati kelaparan, tetapi kalau mati “kebanyakan” makan dan doing drugs itu yang banyak.
12). EBT program (Electronic Benefit Transfer).
EBT adalah program safety net pemerintah negara bagian California untuk membantu orang miskin supaya kelihatan punya derajat yg sama (equality) seperti orang kaya.
EBT (Electronic Benefit Transfer) itu semacam credit card (seperti VISA, MASTER CARD) yang di dalamnya ada uang gratis yg d ttransfer dari pemerintah secara automatis setiap bulan, dan uang itu bisa dipakai untuk membeli fresh foods di grocery stores seperti orang kaya.
Jadi yang namanya orang mati kelaparan, kurang gizi itu tidak terdengar di Amerika Serikat (AS) meski terjadi inflasi yg tinggi atau pemerintahan pusat Federal Government kebanyakan UTANG dan hampir bangkrut.
Semua itu tidak ada effectnya dengan SUBSIDI dan safety net programs pemerintah, karena dananya sudah di alokasikan sebagai MANDAT dari Konstitusi di negara bagian masing-masing.
Jadi urusan isi perut di negara Barat, khususnya di Amerika Serikat (AS) itu menjadi tanggung-Jawab pemerintah setempat.
Rakyat Amerika Serikat (AS) bekerja to succeed and to complete above and beyond. Bagi yang miskin, disabled dan elderly, dilindungi oleh pemerintah Amerika Serikat (AS) lewat subsidi dan safety net programs.
Belum lagi puluhan, if not ratusan LSM atau non-profit organizations 501(c)(3) and 501(c)(6) across the STATE, seperti Gereja, Mesjid, Synagogue, Temple dan Chamber of Commerce di USA yg banyak membuat sosial programs untuk membantu orang miskin.
Bagaimana dengan homelessness di Amerika Serikat (AS)?
Saya sudah pernah menulis article tersendiri dengan homelessness di USA, khususnya di California yg sering kita lihat bikin tenda dibawah jembatan, dipingiran freeways dan highways, di on ramp and off ramp freeways dan highways.
Saya sendiri pernah ikut menjadi “volunteer” membantu membawa makanan gratis ke mereka, para homeless itu.
Dalam 1 kantong plastic itu berisi breads, jam, sugar, tea bags, a bag of fresh apples, water and $20 cash.
Tapi di luar dugaan saya, rata-rata para homeless sekitar didaerah saya itu menolak diberikan makanan gratis.
Mereka bilang sudah punya EBT credit card, yang bisa dipakai untuk membeli fresh foods kapan saja di grocery stores. Tapi mereka tidak menolak menerima $20 cash.
Who can resist getting free cash? Saya pernah juga ngobrol dengan mereka, sekedar ingin tahu latar belakang mereka kenapa menjadi homeless dan mengapa tidak ikut program pemerintah?
Mayoritas dari mereka yang memilih hidup seperti itu adalah karena tidak mau mengikuti syarat dan peraturan dalam safety net programs pemerintah.
Rata-rata karena males kerja, karena memiliki criminal records, susah mendapatkan kerja yang layak dan kebanyakan tidak mau lepas dari pengaruh alcoholism atau drugs…!!!
Untuk mempertahankan life style (hidup) yang memiliki banyak kebebasan (freedoms), tidak harus bangun pagi kerja dan masih bisa bebas menikmati alcohol and drugs, mereka memilih hidup seperti itu, menjadi homeless for the sake of having freedoms.
Ada sebagian kecil dari mereka yang menjadi homeless karena living cost yg tinggi, ingin saving gaji dan tidak cukup untuk bayar rent apartment, sehingga mereka memilih untuk tidur didalam mobil atau encampments.
Dengan high inflation yang terjadi di USA, memang menyebabkan harga kebutuhan pokok naik, harga fuel juga naik bahkan hampir double dan tentunya, living cost semakin mahal.
Bagi buruh dan pekerja yang mendapatkan gaji kecil atau minimum wage, tentu inflasi dan kenaikan kebutuhan pokok menyulitkan kehidupan mereka sehari-hari.
Tapi “kesulitan pangan” di USA itu tidak ada atau tidak terjadi di USA.
Food supplies itu masih mbludak, hanya harganya memang semakin mahal.
Kalau tidak punya cukup uang untuk membeli makanan pokok, tinggal pergi ke FOOD BANK terdekat.
Itulah bagusnya bila rakyat sadar akan kedaulatan tertingginya dan memaksa pemerintah untuk menyediakan SUBSIDI dan SAFETY NET PROGRAMS bagi rakyat yang membutuhkannya.
Bukan sebaliknya, rakyat dipaksa hidup sengsara, kelaparan kurang gizi untuk memberi SUBSIDI dan SAFETY NET PROGRAMS kepada pejabat pemerintah pusat.[]
Comment