RADARIDONESIANEWS.COM, JAKARTA—-Tak bisa dimungkiri tampilan makanan yang “ngilerable” (menggugah selera) akan menjadi daya tarik tersendiri bagi penikmat kuliner untuk mencoba suatu makanan.
Selain mendatangkan rasa lapar, ternyata makanan juga bisa memicu ingatan dan emosi seseorang. Oleh karena itu para pebisnis kuliner perlu memahami tehnik pengambilan gambar yang tepat agar produknya terlihat lebih menarik. Salah satunya adalah dengan memahami food fotografi.
Beberapa waktu lalu Akademi Desain dan Fotografi JLD menyelenggarakan kelas food fotografi yang diikuti oleh peserta dari berbagai daerah.
Nia Yuniawati Sutresno, yang akrab disapa Nia YS atau Nyak Zya merupakan salah satu mentor food fotografi JLD. Pemilik Dapur Nida AE ini mulai menggeluti food fotografi sejak Desember 2020.
Ia mengatakan alasan dibukanya kelas food fotografi ini supaya para peserta kelas bisa belajar menampilkan makanan yang sederhana menjadi eye catching.
“Sering kita melihat foto makanan yang sebenarnya makanannya oke tapi saat difoto jadi kurang menarik, kurang menggugah selera dan ngilerable. Jadi kita ingin teman-teman belajar menampilkan foto makanan menjadi lebih eye catching meskipun sederhana,” tuturnya kepada Radar Indonesia News, Ahad (9/10/2022).
Nia mengatakan memilih genre food fotografi karena sesuai dengan hobbinya di bidang kuliner.
“Saya sendiri di dunia nyata ada usaha kecil-kecilan di bidang kuliner. Awal saya belajar fotografi tentunya karena ingin menampilkan hasil dapur saya menjadi lebih menarik,” imbuhnya
Nia menjelaskan kendala yang biasanya dihadapi ketika belajar food fotografi adalah penataan Hero dan properti.
“Kalau dari pengalaman saya sendiri, yang paling sulit adalah penataan hero dan properti. Kadang mati gaya, bingung mau seperti apa lagi, dirasa-rasa nggak ada yang bagus,” bebernya.
Ia menambahkan ada beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum mengikuti kelas food fotografi.
“Siapkan mental supaya tidak tergoda untuk mencicipi Hero sebelum di foto. Menyiapkan waktu dan budget, ” ungkapnya.
Nia mengatakan bagian tersulit dari belajar food fotografi adalah bagian lighting (pencahayaan).
“Saat kita belum punya lighting tambahan dan hanya mengandalkan cahaya Ilahi, tidak bisa ditebak apakah saat mau memotret cuaca mendukung atau tidak,” jelasnya.
Nia menegaskan agar orang-orang yang memilih food fotografi bisa mencari referensi dari berbagai sumber, lalu menyesuaikan dengan kondisi masing-masing.
“Sering-seringlah mencari referensi tentang foto makanan dari berbagai sumber. Lalu sesuaikan dengan kondisi kita masing-masing, tidak perlu memaksakan untuk menyamakan dengan apa yang dilihat ” tandasnya.
Ia pun berpesan agar para member kelas food fotografi bisa mengelola hobinya dengan baik.
“Sesuaikan dengan kondisi kita masing-masing. Tidak perlu memaksakan untuk menyamakan dengan apa yang dilihat. Jangan sampai hobi mengganggu roda ekonomi, kecuali diniati untuk ditekuni, bisa nyicil berbagai properti, ” pungkasnya. [Sri Purwanti]
Comment