Didi Diah, S.Kom |
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Entah mau jadi apa Indonesia ini nantinya. Tak punya lagi wibawa, kemapanan, serta kemandirian dan ketahanan hidup berangsa. Negeri ini terkoyak sudah, dari urusan perut hingga merangsek ke pendidikan anak bangsa.
Belum lama ini, dilansir dari republika.co.id bahwa Kemenag meminjam dana hibah luar negeri, yaitu ke Bank Dunia sebesar 3,7 trilyun untuk mendukung program peningkatan mutu madrasah dasar dan menengah di Indonesia. Dan pinjaman itu dilakukan melalui panjang tangan Kementrian Keuangan.
Berdasarkan catatan Bank Dunia, sekitar 8 juta anak atau 15 persen dari total siswa sekolah dasar dan menengah di Indonesia mengenyam pendidikan di sekolah agama, di bawah Kementerian Agama (Kemenag). Dalam praktiknya, sekolah-sekolah tersebut mengikuti kurikulum nasional, dan banyak diikuti anak-anak dari keluarga termiskin di daerah pedesaan.
Pinjaman ini nantinya akan digunakan untuk melaksanakan program Realizing Education’s Promise. Melalui proyek tersebut pemerintah akan membangun sistem perencanaan dan penganggaran elektronik berskala nasional untuk mendorong belanja yang lebih efisien oleh sumberdaya di bawah naungan Kemenag. (CNN, Indonesia)
Potret Buram Pendidikan Indonesia.
Jika kita menelisik kebelakang, kita akan melihat dan rasakan bagaimana pendidikan negeri ini dijalankan. Pendidikan yang berbasis materialistik yang tidak dapat menghadirkan kemampuan anak didik yang terukur juga terarah, baik dalam konsep maupun aplikasinya. Justru yang kerap hadir adalah banyaknya persoalan, mulai dari masalah zonasi, guru honerer, impor guru, hingga kekerasan fisik maupun seksual yang terjadi di ranah sekolah.
Lalu, dengan masalah baru yang kini muncul, apakah negara bisa menjamin generasi muslim yang ada, menjadi yang terbaik jika asupan ilmunya didapat dari dana asing dan lembaganya sudah tergadaikan ?
Mandulnya Peran Negara atas Pendidikan Anak Negeri
Negeri ini seolah sudah tidak mau mengurusi generasi penerus dalam hal pendidikan. Dengan perjanjian hutang luar negeri ini, maka sudah pasti lembaga-lembaga pendidikan yang menerima dana tersebut tidak lagi memiliki independensi dalam proses pendidikannya.
Idealnya, negara berperan penting dalam menghasilkan output pendidikan berkualitas baik sekolah negeri ataupun madrasah. Apalagi madrasah yang berbasis pendidikan Islam, dimana siswa memiliki kepribadian yang tangguh, bersyaksiyah Islam guna menjawab segala permasalahan hidup dan juga mampu memberikan solusi sesuai tuntutan syariat. Juga tafaqquh fiddin, yang mampu bersaing menjadi generasi pencipta bukan generasi konsumtif.
Negara sungguh abai menjalani perannya, lembaga pendidikan dibiarkan mencari dana sendiri untuk menghidupi aktifitas pembelajaran dan seluruh kegiatan pendidikan tanpa kontrol, apalagi meminjam dana dengan sistem riba dan unsur balas budi, Astaghfirullah. Maka, bisa dipastikan akan hilang marwah diri sekolah-sekolah Islam yang ada.
Islam Sebagai Solusi
Akhirnya, hanya dengan Islam kita mengembalikan semua permasalahan, pendidikan Islam yang jelas mencetak generasi gemilang, tangguh, pembangun peradaban Islam mulia yang akan maju menjadi pemimpin ummat, yang dengannya akan diterapkan aturan Islam yang kaffah yang akan mampu menjawab tantangan zaman.
Daulah Islam juga akan membiayai seluruh aktifitas pendidikan dari tingkat dasar hingga perkuliahan, dan memberikan kebebasan rakyat untuk mempelajari ilmu apapun. Dan sungguh, Islam akan senantiasa menjaga kekuatan aqidah umat dari segala bentuk kejahiliyahan, terutama di kalangan generasi muda dalam proses pendidikan. Wallahu’alam bishowwab.]
*Praktisi pendidikan
Comment