Oleh : drg.Nita Savitri, Praktisi Kesehatan, Pemerhati Kebijakan Publik
_________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Generasi strawberry merupakan julukan bagi remaja saat ini. Satu generasi yang tampak bagus penampilan luar namun rapuh isinya. Mereka lebih menonjolkan penampilan dari pada kualitas pemikiran. Mudah dipengaruhi budaya negatif yang merusak iman dan kepribadian.
Aksi anak-anak muda yang tergabung dalam Citayam Fashion Week (CFW) menjadi buah bibir masyarakat Indonesia.
Bermula dari keisengan sekelompok anak-anak jalanan yang berlenggak-lenggok di area penyebrangan (zebra cross) Dukuh Atas, Jakarta Pusat. Mereka memamerkan outfit baju cerminan anak muda jaman now di saat lampu merah, berusaha menarik perhatian para pemakai jalan. Aksi ini direkam dan dibuat konten yang diunggah dalam medsos, hingga ternyata viral ditonton jutaan.
Pemda DKI melalui Wakil Gubernurnya Riza Patria Ahmad seperti ditulis CNN.Indonesia, 23/7/22, menyatakan pihaknya tidak akan membatasi kreativitas anak-anak muda tersebut. Namun dirinya menghimbau agar mereka menjaga ketertiban, kebersihan dan kedisiplinan waktu. Dirinya berharap kegiatan tersebut nantinya tidak berlangsung di jalanan. Pihaknya akan menyiapkan tempat khusus yang tidak membahayakan keselamatan para pengguna jalan.
Sementara pihak Polda Metro Jaya telah menegaskan aksi CFW telah melanggar UU lalu lintas jalan raya. Pelanggaran berupa menggunakan zebra cross untuk melakukan aktivitas. Semestinya aksi ini memang patut dilarang. Apalagi jika faktanya aksi ini mengakibatkan anak-anak tanggung usia tidur di jalanan akibat ketinggalan kereta. Memang aksi ini telah memicu kemarahan masyarakat yang merasa terganggu perjalanannya. Akhirnya mereka dibubarkan atas aksi di zebra crossnya, dipindahkan naik ke trotoar.
Kehebohan aksi CFW pun menjalar di tempat lain. Aksi serupa juga ditemui di Surabaya, mereka menyebutnya Tunjungan Fashion Week (CNN.Indonesia, 24 Juli 2022).
Berlenggak-lenggok bak model untuk membuat konten di zebra cross seakan menjadi vibes anak muda saat ini. Mereka merasa apa yang dilakukan telah mendapat apresiasi dari para tokoh maupun selebriti. Terbukti dengan ikut terjunnya Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil dan DKI, Anies Baswedan pun mencicipi panggung CFW. Demikian pula dengan para seleb dan model terkenal turun ke jalan meniru aksi CWF.
Sistem Lumpuh Lahirkan Generasi Rapuh
Potret aksi CFW semakin membuat miris, ketika mereka lebih hafal nama youtuber dibanding lafal niat shalat, atau penolakan beasiswa dari Menteri karena lebih memilih membuat konten, cepat mendapat uang dari pada belajar yang prosesnya lama untuk kaya. Generasi yang sarat dengan dunia foya-foya, tapi nihil daya pikirnya.
Lahirnya generasi semacam ini tentu bukan tanpa sebab. Kehidupan sekuler menjadi pangkal penyebab. Bagaimana nilai kebebasan senantiasa diagungkan, mengalahkan keterikatan terhadap aturan Tuhan.
Kebebasan menurut sistem Kapitalisme sekuler akan membawa kemajuan dan kemodernan kehidupan manusia. Agama hanya untuk mengatur ibadah saja sementara pergaulan, pendidikan, berpakaian, perekonomian, dan ketata negaraan diatur menurut keinginan dan pikiran manusia.
Sungguh aneh, manusia yang lemah bersikap sombong, berdalih sanggup mencipta aturan kehidupan. Walhasil aturan yang dihasilkannya pun tidak berdaya menyelesaikan permasalahan yang timbul akibat penerapan sistem/aturan buatan manusia.
CFW dianggap sebagai penyaluran kreativitas yang timbul dengan adanya kebebasan berekspresi, bergaul, bersikap sesuai keinginan tanpa dibelenggu aturan.
Kebebasan berekpresi tanpa mempedulikan aturan publik apalagi agama inilah yang disuguhkan dalam aksi CFW. Banyak aksi muda-mudi bergerombol yang bisa berpeluang munculnya pergaulan bebas.
Ada pula aksi kaum L68T yang leluasa pamer penampilan untuk membuat sensasi tawa atau demi konten media sosial. Ditambah aksi yang berlangsung hingga larut malam, sampai melupakan urusan sekolah maupun pulang ke rumah.
Aksi remaja CFW menjadi bukti adanya generasi muda yang menganggap kebahagiaan hidup hanya dengan bergelimang harta, puas membeli barang impian tanpa peduli aturan agama yang memberi kelapangan hidup lebih abadi.
Mereka sudah bosan dengan mahalnya biaya sekolah, kemiskinan yang membelenggu hidup dan menghinakan sehingga memaksa mereka menjadi anak jalanan. Apalagi sistem pendidikan yang tidak membekas dalam kehidupan dan sekedar mencari nilai untuk lulus agar bisa bekerja.
Akhirnya wajar jika generasi strawberry lebih memilih kerja yang cepat mendatangkan uang tanpa susah dan lama. Maka membludaklah para pembuat konten remaja membuat video aneh/lucu hanya sekedar meraih jempol dan subcribe. Jika viral, otomatis kontennya menghasilkan uang.
Sistem Islam Lahirkan Generasi Tangguh
Islam sebagai agama sempurna dan paripurna dibawa oleh Rasulullah Saw. untuk seluruh umat manusia memiliki aturan yang lengkap (syamil) dan sempurna (kamil).
Aturan dari Sang Pencipta (khaliq) dan Pengatur (mudabbir), Allah Swt. yang mengatur seluruh aspek kehidupan baik ibadah maupun non-ibadah seperti pendidikan, pergaulan, penafkahan, dan sebagainya.
Pendidikan generasi dalam Islam menjadi tanggung jawab negara untuk memenuhinya. Setiap anggota masyarakat berhak menikmati pendidikan secara gratis atau murah.
Adanya akidah Islam menjadi asas, dengan standar baik-buruk, terpuji mulia menurut ketentuan Allah Swt. Penanaman akidah secara kuat menjadi pondasi awal dalam mendidik generasi. Anak dibina sampai memahami tujuan dan kebahagiaan hidup.
Mereka akan dididik menjadi generasi penerus yang mampu dan tangguh untuk mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. Hal ini seperti tertuang dalam QS. Al-Annisa ayat 9:
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.
Walhasil hanya Islam yang mampu mengolah SDA dan menjamin setiap ayah/lelaki untuk mendapat pekerjaan secara layak. Sehingga mampu membentuk generasi yang rahmatan lil alamin.Wallahu’alam bishawwab.[]
Comment