Dunia Dalam Bayang-Bayang Stagflasi, Potret Kegagalan Kapitalisme?

Opini680 Views

 

 

Oleh: Puput Hariyani, S.Si, Pendidik Generasi

_________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Bayang-bayang stagflasi tengah mengintai dunia, tak terkecuali negara-negara besar seperti Amerika Serikat. Stagflasi merupakan sebuah kondisi di mana ekonomi menurun dan terjadi lonjakan inflasi pada saat bersamaan.

Kondisi ini mengakibatkan pengangguran meningkat sekaligus melemahnya daya beli masyarakat karena lambatnya pertumbuhan ekonomi.

Begitupun dengan adanya inflasi maka harga barang juga akan cenderung naik dengan suplai yang terbatas. Maka bukan tidak mungkin stagflasi akan mengarah pada indeks kesengsaraan (misery indeks) seperti ditulis investopedia.

Sebagaimana diungkap bahwa stagflasi ini juga terjadi di negara super power, negeri adidaya, kampiumnya kapitalisme yakni AS. Bahkan kondisi real di masyarakatnya sangat miris.

Dilansir dari CNN Indonesia, lonjakan inflasi di Amerika serikat menyebabkan harga gas hingga pangan naik drastis. Ribuan keluarga pun berbondong-bondong mengantre makanan bantuan di bank pangan setiap harinya.

Juru bicara Bank Makanan St. Mary, Jerry Brown, mengatakan bahwa lebih dari 900 keluarga berbaris di berbagai cabang organisasi mereka setiap harinya.

Bahkan di tahun ini negeri Paman Sam mengalami lonjakan tertinggi selama kurun waktu 40 tahun terakhir, naik 9.1 person jika dibandingkan tahun lalu. Harga kebutuhan pokok terus naik setiap harinya, penderitaan rakyat terus bertambah-tambah.

Jika di negara maju saja terimbas maka sudah barang tentu sulitnya memenuhi kebutuhan hidup juga terjadi di negara berkembang seperti Indonesia.

Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat jumlah penduduk miskin pada Maret 2022 sebanyak 26,16 juta orang. Persentase penduduk miskin terbanyak di pulau Jawa yaitu 52,96 persen (Tempo.co).

Kesulitan hidup yang merata dan dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat di berbagai negara menunjukkan adanya tata kelola yang tidak tepat, yakni kepemimpinan sistem kapitalisme yang diadopsi, diterapkan dan disebarluaskan. Sistem ini telah secara nyata gagal menciptakan kehidupan masyarakat yang anti krisis, aman, adil, dan sejahtera.

Sistem berbasis mata uang kertas yang rawan inflasi ini juga berpijak pada utang piutang dan ribawi. Juga sistem investasinya berbasis perjudian, jual beli saham dan penerapan ekonomi mikro yang beresiko tinggi pada pelemahan dan penghancuran ekonomi.

Sistem kapitalisme global juga dipahami pernah mengalami badai krisis berulangkali dan secara periodik memulihkan diri. Namun kejadian ini terus berulang dan memakan korban yang demikian besar dalam perjalanannya. Terbaru misalnya karena efek pandemi covid-19 dan konflik Rusia-Ukraina. Fenomena ini jelas telah menelanjangi kegagalan sistem kapitalisme untuk yang kesekian kalinya.

Menyaksikan kebobrokan kepemimpinan sistem kapitalisme global ini, meniscayakan dunia butuh alternatif solusi untuk mengatasi krisis ekonomi hingga stagflasi yang parah. Sistem itu adalah sistem Islam yang berasal dari Dzat pencipta manusia yang memahami baik buruknya kehidupan. Dalam khasanah fiqih sistem itu biasa dikenal dengan istilah khilafah Islamiyah.

Sistem khilafah ini memiliki konsep pengaturan yang komprehensif dan paripurna. Untuk mewujudkan kesejahteraan ekonomi masyarakat ada beberapa hal yang diwujudkan.

Pertama, menjamin seluruh kebutuhan masyarakat baik secara langsung maupun tak langsung. Secara tidak langsung negara akan menyediakan lapangan pekerjaan bagi seluruh warga negara dan menjamin secara langsung kebutuhan yang bersifat komunal seperti pendidikan, kesehatan, dan keamanan secara gratis tanpa dikomersilkan.

Kedua, menerapkan sistem moneter yang stabil berbasis dinar dan dirham yang memiliki nilai intrinsik tetap sehingga tidak mudah menyebabkan inflasi sebagaimana kelemahan mata uang kertas.

Ketiga, memiliki sistem fiskal yang stabil, yaitu pos baitul mall. Lembaga keuangan yang memiliki pos pemasukan dan pengeluaran berdasarkan ketentuan syariah Islam sehingga akan cukup untuk menjamin kesejahteraan rakyat tanpa harus bergantung pada hutang dan pajak yang mencekik rakyat.

Keempat, menghindari ekonomi ribawi, bursa saham, investasi berbasis perjudian dan ekonomi non riil yang justru menjadikan ekonomi nyungsep.

Melalui konsep terpadu ini lah negara akan mampu menyelamatkan ekonomi umat dan menghindarkannya dari krisis ekonomi serta melakukan penjaminan keadilan dan kesejahteraan terhadap seluruh masyarakat tanpa terkecuali dengan mengambil sistem Islam sebagaimana alternatif solusi. Wallahu ‘alam bi ash-showab.[]

Comment