Tren Latah Citayam, Antara Aktualisasi Diri Dan Mental Bebek

Opini797 Views

 

 

Oleh : Murni, S.E, Freelance Writer

________

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Fenomena tren terbaru, Citayam Fashion Week (CFW) belakangan ini semakin menarik perhatian. Wira-wiri mengisi timeline konten media sosial, baik TikTok, Twitter, Facebook, maupun Instagram.

Istilah Citayam Fashion Week menjadi kian populer setelah sejumlah remaja dari sekitaran Jakarta mengenakan pakaian unik dan nongkrong serta bergaya bak model di street zebra di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, tepatnya di Stasiun MRT BNI Dukuh Atas dan Terowongan Kendal.

Para remaja CFW dari Sudirman, Citayam, Bekasi dan Depok (SCBD) datang dengan beragam tampilan gaya outfit masing-masing, berpakaian dan melakukan fashion show sarana zebra cross. Seolah mereka haus akan popularitas dan aktualisasi diri melalui kebebasan berekspresi.

Lewat fenomena CFW yang viral itu, banyak remaja membanjiri kawasan Citayam tersebut mulai dari selebgram, tiktoker, penyanyi, artis, gubernur hingga pejabat tanah air. Seolah Mereka  tak ingin ketinggalan moment yang bisa mendompleng popularitas.

Keberadaannya menuai banyak respon pro dan kontra dari berbagai pihak. Ada pihak yang menilai bahwa ini merupakan sesuatu yang patut diapresiasi.

Salah satunya disampaikan pakar komunikasi Universitas Airlangga (Unair), Rachmah Ida. Ia menilai fenomena tersebut adalah bentuk ekspresi atas absennya ruang ekspresi.

Keberadaan Citayam Fashion Week menunjukkan bahwa terdapat ruang baru, berupa ruang publik yang sebelumnya tidak mereka dapatkan serta bentuk liberated young people, ekspresi kebebasan diri anak muda dari kungkungan kapitalisme busana,” ujarnya seperti ditulis Tempo dari laman unair.ac.id, Selasa (19 Juli 2022).

Dipihak lain menilai hal ini merupakan sebuah tren latah yang sangat membahayakan generasi – generasi anak bangsa. Muda – mudi yang seenaknya bebas mengekpresikan diri tanpa ada batasan.

Tren Latah Buah Liberalisme

Patut disayangkan fenomena yang sangat memprihatinkan di kalangan muda – mudi khususnya tren Citayam ini. Tidak menutup kemungkinan para muda – mudi yang lain pun ikut terpengaruh dan tidak ingin ketinggalan mengekpresikan diri sebagaimana halnya CFW.

Asas HAM telah memberikan 4 ruang kebebasan, salah satu di antaranya adalah kebebasan berperilaku /berekspresi (freedom of behavior). Seolah bukan menjadi hal tabu dan tidak dianggap perilaku menyimpang, sekalipun akan merusak akhlak generasi. Sebab mereka berorientasi pada sisi value, terkait dampak buruknya itu soal belakangan.

Kapitalis – liberalisme memandang tolok ukur kebahagian seseorang adalah pencapaian setinggi-tingginya terhadap materi bukan pada perubahan perilaku buruk menjadi baik atau pun dari segi perubahan pemikirannya dalam memandang hakekat alam semesta, manusia dan kehidupan serta kesadaran akan hubungannya dengan sang pencipta, Allah SWT.

Lantas, apakah lewat fenomena Citayam dengan style street fashion mampu menemukan jati diri mereka?  Outfit – outfit yang digunakan mengumbar aurat, berikhtilat (campur baur), berkhalwat (berdua-duaan), sampai pada aktivitas pacaran berlebihan tanpa ada rasa malu sedikit pun diraut wajah mereka.

Mereka rela merogoh kocek mereka demi food, fashion and fun, bahkan ditemukan beberapa remaja laki – laki dan perempuan rela tidur di pedestrian akibat ketinggalan kereta usai nongkrong hingga larut malam.

Di mana peran penjagaan orang tua dalam mendidik anak-anaknya? Sungguh miris potret remaja hari ini, generasi pembebek yang berkiblat pada hedonisme barat. Maka wajar jika nilai halal-haram pun diabaikan. Na’udzubillahi minzaliik.

Lagi pula fenomena baru Citayam fashion week ini tidak punya izin dari Pemda setempat, tapi tidak ada pelarangan, yang ada justru pembiaran dan ikut mempromosikan. Berbeda jauh perlakuannya dengan aksi mengaji di jalan Malioboro  31 Maret 2022 yang dilarang dengan alasan karena tidak memiliki izin. Bukankah di negeri ini penduduknya mayoritas muslim ?

Generasi Islam Adalah Generasi Terbaik

Islam memiliki sudut pandang yang jelas, lugas, lengkap, dan komprehensif serta memuaskan akal bagi yang mengkaji dan memahaminya. Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk mencari celah akan ketidak terikatan kita terhadap hukum Syara’.

Generasi terbaik adalah bukan generasi bermental pembebek, ikut – ikutan latah mengikuti tren yang sejatinya bertentangan dengan fitrah manusia itu sendiri.

Menjadikan barat sebagai role mode dalam hal food, fashion and fun di bawah payung kebebasan hanya akan menjadikan generasi kehilangan jati dirinya sebagai ummat terbaik di antara ummat yang lain.

Sebut saja Muhammad Al-Fatih, sejak kecil ia mendapatkan pendidikan yang luar biasa dari kedua orang tuanya, di mana di usianya yang masih belia ia sudah menguasai 7 bahasa, hafal Al-Qur’an 30 juz, belajar hadist-hadist, belajar ilmu fiqih, matematika, ilmu falaq dan strategi perang.

Ia juga dididik agar memiliki mental seorang penakluk. Kehebatan Muhammad Al-fatih tidak terlepas dari kegigihan dan keyakinannya untuk merealisasikan bisyaroh dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, di usianya yang ke 23 tahun mampu menaklukkan Konstantinopel di Romawi Timur.

Begitu juga sahabat nabi Zaid bin Tsabit an-Najjari al-Anshari. Di usianya yang sangat muda, menjadi sang pena Rasulullah dalam menulis wahyu dan menghimpun Al-Quran. Masih banyak lagi kisah- kisah sahabat nabi yang bisa diambil ibroh di dalamnya.

Melihat kondisi generasi Islam hari ini, banyak yang terlena dengan gaya hedonisme yang disajikan barat. Jadilah anak muda bermental pembebek dan menjadi budak industri guna meraih materi dan popularitas serta menguntungkan para kapitalis yang semakin menjauhkan mereka menemukan jati diri yang sebenarnya.

Mereka lupa akan konotasinya sebagai ummat terbaik yang pernah ada. Karena semua itu sudah Allah janjikan kepada kita dalam Quran:

“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah. (TQS ‘Ali Imran :110).

Tren Citayam fashion week, sejatinya hanya akan mengantarkan generasi pada jurang kehinaan dan malapetaka. Mereka hanya mengejar aktualisasi diri semu tanpa menemukan jati diri mereka yang sebenarnya.

Semoga Allah melayakkan dan memampukkan kita untuk merealisasikan diri menjadi umat dan generasi terbaik, yang dengannya akan tercipta peradaban Islam gemilang di bawah sistem Islam. Allahu ‘Alam Bisshowab.[]

Comment