Penulis: Siti Jubaidah, M.Pd, Pendidik
_________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Hebohnya kasus pelecehan yang dilakukan anak kyai terhadap sejumlah santriwati di pesantren Shiddiqiyyah, Jombang, bikin geger Tanah Air seperti dikutip detiknews.com.
Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri sebagaimana dikutip msn.com menyelidiki dugaan penyelewengan dana donasi yang dilakukan lembaga filantropis Aksi Cepat Tanggap (ACT) setelah media mengungkapkan dugaan penyelewengan tersebut.
Kasus yang menimpa Pesantren Shiddiqiyyah dan ACT memang miris. Tapi kasus ini diberitakan sangat masif kala oknum pelakunya berkaitan dengan simbol keislaman? Apakah ini sebuah kebetulan atau kesengajaan? Padahal kasus-kasus lainnya yg tidak berkaitan simbol islam tidak semasif itu pemberitaannya.
Pemberitaan ini tidak lepas dari lembaga RAND Corporation. RAND Corporation sendiri diketahui sebagai lembaga wadah pemikir kebijakan global nirlaba AS yang salah satunya Cheryl Bernard.
Lembaga ini kerap membenturkan kelompok Islam serta berupaya melemahkan dan membelokkan pemahaman Islam, seperti jihad dan sebagainya. Mereka juga membuat program bersama—deradikalisasi—dengan sasaran bidiknya adalah ormas Islam, majelis taklim, para kiai dan ustaz/ustazah, berbagai institusi perguruan tinggi, dan masyarakat.
Pada 2003, RAND Corp. pernah merilis buku Civil Democratic Islam: Partners, Resources, And Strategy. Buku yang ditulis Cheryl Bernard ini membahas tentang politik perang pemikiran atau strategi dan taktik pemikiran yang perlu dilakukan Barat untuk menghadapi umat Islam pascaperistiwa pemboman WTC 11 September 2001 atau lebih dikenal dengan 9/11.
Targetnya untuk melawan sesuatu yang tidak jelas, yaitu terorisme dan fundamentalisme dalam Islam untuk menyerang kelompok muslim yang mereka sebut fundamentalis. Mereka juga membunuh karakter tokoh-tokoh agama, pesantren dan lembaga kemanusiaan Islam, terlepas tokoh atau lembaga donasi tersebut betul-betul melakukan penyelewengan di depan hukum ataukah hanya fitnah.
Di antaranya pertama, encouraging journalists to investigate issues of corruption, hypocrisy, and immorality. Mendorong media untuk memublikasikan kesalahan tokoh atau pengelola pesantren, seperti korupsinya, kemunafikannya, atau berbagai tindakan tidak bermoral lainnya. Tujuannya agar masyarakat tidak percaya lagi kepada simbol pendidikan Islam, semisal pesantren dan lembaga kemanusiaan Islam.
Kedua, exposing their relationships with illegal groups and activities. Mengaitkan tokoh atau pengelola lembaga kemanusiaan Islam tersebut dengan kelompok yang dicap teroris atau radikal agar masyarakat menjauhi mereka dan enggan menyumbangkan dana.
Islamofobia sudah ada sejak zaman Rasulullah ﷺ. Sejak awal dakwah beliau, Rasulullah ﷺ dan kaum muslim banyak mendapat ujian berupa celaan, fitnah, hingga ancaman fisik berupa siksaan hingga pembunuhan.
Orang-orang kafir gencar memfitnah dan memprovokasi orang-orang Makkah untuk melakukan aksi kekerasan terhadap Rasulullah ﷺ dan para pengikutnya. Rosulpun menghadapi hal ini dengan selalu bersabar dan hijrah untuk mencari perlindungan dari ancaman.
Setelah dilakukan penaklukan Kota Makkah (Fathul Makkah), masyarakat Arab mulai menerima Islam secara luas. Sepeninggal Rasulullah ﷺ dan Daulah Islam berdiri di Madinah, Islam makin berkembang hingga ke luar jazirah Arab.
Islam juga berhasil menaklukkan wilayah yang lebih besar selama pemerintahan Bani Umayyah, Abbasiyah, maupun Utsmaniyah. Pada masa itu, ketakutan terhadap pengaruh Islam mulai menyebar di kalangan Barat pada masa Perang Salib (1095—1291).
Kekaisaran Bizantium dan Gereja Roma menggunakan sentimen anti-Islam untuk merebut Yerusalem dari tangan kaum muslim. Wajah anti-Islamisme atau islamofobia terus bergulir hingga saat ini. Tidak heran saat ini Islam dan tokoh-tokoh ulamanya terus didera opini negatif.
Benarkah Islamofobia selalu ada?
Islamofobia muncul karena ketakutan orang kafir Barat terhadap ideologi Islam yang makin berkembang dan sinergis dengan dakwah Islam kafah ke seluruh penjuru dunia. Barat dengan ideologi kapitalisme sekulernya, cemas kedudukan mereka akan tergeser oleh Islam. Mereka khawatir ideologi Islam akan menaklukkan budaya, gaya hidup, dan peradaban sekuler.
Perang ideologi ini telah berlangsung lama sampai detik ini. Bukan hanya dugaan-dugaan semata. Barat telah mencium aroma kebangkitan Islam ini. Barat lakukan demi mencegah Islam kembali bangkit layaknya singa yang akan bangun dari tidur panjangnya.
Analis Barat George Bernard Shaw mengeluarkan pernyataan sebagai berikut,
“If any religion has a chance of conquering Britain and the whole of Europe within the next hundred years, that religion is Islam.”
(Jika ada sebuah agama yang berpeluang untuk menaklukkan Inggris Raya dan seluruh Eropa dalam 100 tahun ke depan, agama itu adalah Islam.) (Sir George Bernard Shaw in ‘The Genuine Islam’, Vol. 1, No. 8, 1936)
Upaya Menghadapi Islamofobia
Munculnya fenomena islamofobia tentu harus dihadapi dengan tepat agar umat Islam tidak termakan konspirasi Barat. Umat harus terus dibina agar memiliki keimanan yang kukuh, mempunyai wawasan politik yang kuat, sekaligus paham syariat Islam kafah sebagai solusi seluruh problem kehidupan yang justru dibutuhkan pada era kekinian.
Umat juga harus didorong untuk bersama-sama berupaya mewujudkan kekuatan politik Islam demi memenangi perang peradaban. Dengan kekuatan politik inilah, segala problem yang dihadapi umat akan mampu diselesaikan, termasuk melawan arus islamofobia yang diorganisasi oleh negara-negara pengusung kapitalisme yang ingin melanggengkan penjajahan.
Islam memiliki aturan dalam menghadapi ancaman Islamofobia yaitu pertama, negara akan gencar mendakwahkan Islam kaffah kepada penduduknya, baik muslim maupun nonmuslim.
Warga negara muslim akan siap menjalani ketaatan dengan landasan ketakwaan, sedangkan warga negara nonmuslim akan melihat indahnya penerapan syariat Islam yang yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. Mereka akan merasakan kenyamanan dan keadilan hidup dalam naungan Islam.
Kedua, negara membangun persepsi publik dengan memanfaatkan media yang dikuasai negara, baik luring maupun daring. Negara akan membuat gambaran positif terhadap Islam, para tokoh Islam, ustaz/ustazahnya, lembaga-lembaga pendidikan, dan lain-lain. Bahkan, negara akan menjadikan media sebagai salah satu kekuatan politik yang tidak bisa diremehkan.
Ketiga, terkait negara lain, Islam akan masif menyebarkan cahaya Islam dengan melakukan dakwah dan jihad fi sabilillah, serta melakukan penaklukan wilayah-wilayah lain dengan menjaga kewibawaan negara menggunakan seluruh kekuatan dan potensi yang dimiliki.
Hanya Islamlah yang dapat mengatur seluruh alam karena bukan hanya aturan ibadah, tetapi seperangkat aturan dari Allah sang Khalik agar menjadi rahmat seluruh alam.Wallahu’alam bisawab.[]
Comment