Ketaatan Tidak Akan Membuat Kehilangan

Opini670 Views

 

Oleh: Siti Rahmah, Activis Muslimah

__________

RADARIDONESIANEWS.COM, JAKARTA –Ketika rasa cinta pada pasangan dan ketaatan terhadap orang tua diuji, mana yang harus diutamakan? Untuk memilih di antara keduanya bukan lah hal yang mudah. Pasti berat, sulit dan menyakitkan.

Tapi hal ini banyak terjadi dan dialami banyak orang dalam kehidupan. Begitupun yang terjadi di masa para shohabat dan shohabiyah. Tak pelak mereka juga dihadapkan pada sebuah pilihan yang sangat sulit.

Lantas apa yang mereka pilih? Di sinilah pentingnya kita belajar sejarah, supaya kita apart mengambil pelajaran (ibrah) dari setiap perjalanan dan mampu bersikap dengannya. Sehingga kita tidak melakukan kesalahan menyongsong langkah masa depan.

Alkisah, Abdullah bin Abu Bakar pernah berada di posisi ini. Di mana beliau dihadapkan pada pilihan yang sangat berat. Di satu sisi istri yang sangat dicintai namun di sisi lain beliau sebagai seorang ayah yang sangat mencintainya. Sehingga begitu menjaganya dan melindunginya dengan sebaik-baik perlindungan.

Abdullah in Abu Bakar memiliki istri yang cantik jelita, Atikah bin Zaid namanya. Sosok istri yang luar biasa, yang membuat Abdullah selalu jatuh cinta pada istrinya. Kasih sayang, kesetiaan dan kelembutan yang membuat Abdullah tidak mampu berjauhan dengan istrinya meski hanya sesaat.

Karena cintanya pada sang istri, Abdullah lebih senang menghabiskan waktu di rumah menemani, becanda dan membersamai sang Istri dalam segala keadaan. Abdullah tidak sadar jika semua itu tidak luput dari perhatian sang ayah.

Sampai akhirnya sang ayah, Abu Bakar mengetahui hal itu. Abu Bakar merasakan karena istrinya, Abdullah tampak bermalas-malasan dan khawatir kecintaan anak pada sang istri melebihi kecintaan pada Pencipta.

Kasih sayang yang besar, yang melahirkan segala kekhawatiran. Khawatir kalau sang anak terpalingkan oleh perhiasan dunia, khawatir kalau sang anak lebih mencintai titipan sang pecinta, khawatir kalau sang anak lalai pada pencipta. Hal ini membuat Abu Bakar harus mengambil keputusan besar untuk hidup sang anak.

Apa keputusan itu? Dengan berat hati Abu Bakar menyuruh Abdullah menceraikan istrinya. Bukan tidak ingin melihat putra kesayangannya bahagia tapi abu bakar tidak mau kebahagiaan semu itu membuat anaknya kehilangan kebahagiaan hakiki. Karena hakikat kebahagiaan seorang muslim bukan hanya di dunia tapi di akhirat.

Abdullah pun melakukan pembelaan dan berjanji tidak akan bermalas-malasan lagi. Tapi Abu Bakar tetap menginginkan sang anak menceraikan istrinya. Akhirnya langkah menyakitkan pun diambil oleh Abdullah.

Demi ketaatan pada sang ayah, karena bagi anak laki-laki ketaatan kepada orangtua itu yang utama. Maka Abdullah pun menceraikan istrinya. Bukan sudah tidak cinta tapi demi bakti seorang anak.

Sedih, terpuruk, tentu dirasakan oleh Abdullah. Apalagi istrinya dicerai bukan karena berbuat kesalahan. Atikah adalah sosok wanita yang cantik, cerdas dan taat. Memiliki keimanan yang menghujam. Karena itulah Abdullah sangat mencintainya.

Setelah menceraikan Atikah, Abdullah menjadi sosok yang senantiasa mengikuti dan mentaati keinginan orang tuanya. Namun dibalik semua itu gurat kesesedihan tidak bisa dihilangkan darinya.

Bahkan seringkali Abu Bakar menemukan anaknya sedang menangis dalam kesendirian, atau bahkan sedang mendendangkan syair tentang kerinduan.

Karena tidak tega melihat kondisi anaknya, akhirnya Abu Bakar menyuruh anaknya rujuk kembali dengan istrinya. Kebahagian tiada tara pun dirasakan oleh Abdullah. Mereka pun kembali bersatu, kembali dalam ikatan pernikahan di bawah naungan ridho orang tuanya. Itulah buah dari ketaatan, yang berakhir dengan kebahagiaan.

Sahabat, ketaatan dan ketundukan semata-mata karena Allah tidak akan membuat seseorang kehilangan. Justru akan membuat dia mendapatkan jalan terbaikbseperti yang dilakukan oleh Abdullah.

Bukan tidak bisa menolak keinginan orang tuanya tapi Abdullah tahu bahwa sebagai seorang anak, birrul walidain adalah perintah Allah. Terutama untuk anak laki-laki, ketaatan kepada orang tua itu yang utama selama perintah orang tua tidak bertentangan dengan perintah Allah.

Abdullah sadar apa yang dilakukan oleh ayahnya adalah bentuk kasih sayang. Abdullah juga sadar bahwa seorang istri bisa menjadi fitnah sebagaimana disebutkan dalam QS Al-Munafiqun ayat 9:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.”

Sehingga rasa cinta yang besar seorang istri nyatanya tidak mampu mengalahkan ketaatannya kepada Allah, Rasul dan orang tuanya. Di sinilah cinta itu diuji. Tapi Masya Allah karena bimbingan dan tarbiyah yang dilakukan oleh Abu Bakar ternyata mampu membuat Abdullah mengambil keputusan yang tepat untuk masa depannya.

Dengan Ketaatannya itu justru Abdullah bisa kembali mendapatkan cintanya dan kembali bersama istri tercinta. Kembali menjalani biduk rumah tangga dengan pelajaran berharga sehingga membuat hidupnya menjali lebih baik.

Sahabat jangan pernah takut ketika kita dihadapkan dengan pilihan. Pilihlah sesuatu yang sesuai dengan aturanNya. Pilihlah sesuatu yang tidak menyalahi perintah Rasulullah.  Pilihlah sesuatu yang membuat orang tua ridhoa pada kita. InsyaAllah semua tidak akan sia-sia.[]

Comment