Oleh: Heni Ummu Faiz, Ibu Pemerhati Umat
_________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Kelangkaan minyak goreng telah menelan korban jiwa bagi masyarakat. Kondisi ini justru seolah diabaikan oleh pemerintah. Antrean ibu-ibu yang mengharap agar bisa membeli sekantong minyak goreng menjadi pemandangan yang tidak asing setiap hari.
Sesak dada ini, sedih hingga marah terhadap kondisi saat ini manakala menyaksikan ibu-ibu berduyun-duyun mengantri minyak goreng. Belum lagi ancaman virus Omicron menghantui. Akibat fatal pun bisa terjadi hingga hilangnya nyawa tak bisa dihindari.
Seperti dikutip CNN Indonesia (13/03/2022), akibat mengantre minyak goreng telah menelan korban nyawa. Di mana seorang ibu rumah tangga bernama Sandra (41) di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur (Kaltim), meninggal dunia saat mau mengantre minyak goreng di depan gerai minimarket, Sabtu (12/3). Sandra dilaporkan tiba-tiba batuk dan kejang-kejang sebelum terjatuh di lokasi antrean. Sontak, kabar itu menjadi viral.
Minyak goreng beberapa minggu ini menjadi barang langka. Dugaan penimbunan terhadap minyak goreng ini terus bergulir. Bahkan ironinya justru para emak atau irt yang diduga menimbunnya.
Dikutip dari JawaPos.com (14/3/2022), Anggota Komisi VI DPR RI Achmad Baidowi menilai pernyataan Kementerian Perdagangan (Kemendag) bahwa masyarakat melakukan penimbunan minyak goreng, sehingga terjadi kelangkaan, sangat menyakitkan masyarakat. Masyarakat menyimpan minyak itu adalah karena kebutuhan, bukan karena ingin menimbun.
Menurut Achmad Baidowi pernyataan dari Kemendag bahwa kelangkaan minyak goreng salah satunya disebabkan karena penimbunan oleh warga. Tentu ini pernyataan yang sangat menyakitkan, bahkan tuduhan yang tidak menggunakan logika akal sehat.
Dari fakta di atas kita bisa menelaah bahwa penguasa saat ini abai terhadap kondisi rakyat. Padahal penderitaan rakyat kian hari semakin bertambah. Memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja sudah dibuat kembang kempis, ditambah lagi penderitaan harus mencari kebutuhan tersebut seperti halnya minyak goreng. Sudah mahal susah lagi.
Tak heran jika kemudian banyak para ibu yang rela desak-desakan demi sekantong minyak goreng. Mirisnya justru tuduhan penimbunan disematkan ke masyarakat. Padahal sesungguhnya apa yang terjadi justru semua ini terjadi permainan para kapitalis yang bengis.
Indonesia merupakan negara agraris perkebunan sawit begitu luas dan hasilnya melimpah ruah. Ironi memang, tak sepantasnya negara penghasil kelapa sawit justru minyak goreng mengalami kelangkaan.
Setelah sekian lama spekulasi bergulir terkait kelangkaan minyak goreng ternyata di ekspor ke luar negeri. Sungguh menyakitkan bukan. Ternyata penguasa negeri ini lebih memilih pangsa pasar luar negeri dibandingkan memenuhi kebutuhan rakyatnya sendiri.
Anehnya adanya kelangkaan minyak goreng terjadi di saat menjelang Ramadan. Bahkan bukan hanya minyak goreng yang langka harga kebutuhan pun semua naik.
Kondisi ini terus berulang dan entah harus berapa lagi korban yang terus berjatuhan akibat kebijakan yang nihil pro rakyat. Berapa banyak air mata para ibu berjatuhan hanya berjuang sekantong minyak goreng.
Bagaimana dengan Islam? Tentu jika kita bertanya dengan sistem Islam tidak akan ada lagi korban berjatuhan hanya demi memenuhi kebutuhan pokok seperti minyak goreng. Islam agama yang lurus sesuai fitrah dan memanusiakan manusia dengan seperangkat aturan yang komprehensif telah membuktikan mampu menyejahterakan rakyat. Jarang sekali kita mendengar rakyat kelaparan apalagi hanya memperjuangkan minyak goreng.
Khalifah (pemimpin) dalam Islam sangat sayang terhadap rakyat. Rasa takut terhadap pengadilan akhirat atas periayahan rakyat. Ada rasa malu jika bergelimang harta pejabatnya sementara rakyat mengemis untuk memenuhi kebutuhan seperti minyak goreng.
Sistem Islam atau khilafah memperhatikan kondisi rakyat, memenuhi kebutuhan hidup masyarakat dengan ketersediaan sandang, pangan, papan yang cukup. Khalifah bertanggung jawab penuh kepada rakyat dilandasi rasa keimanan dan ketakwaan kepada Allah, bukan pencitraan atau mencari suara rakyat.
Jika kita membaca literatur Islam yang benar akan banyak menemukan kondisi khalifah yang rela terjun langsung membantu rakyatnya yang kelaparan. Masa khalifah Umar bin Khattab dan khalifah Umar bin Abdulaziz merupakan masa-masa gemilang. Gambaran pemimpin yang bertanggung jawab akan sangat mudah ditemui. Sungguh hal ini berbeda dengan sistem demokrasi mencari pemimpin sayang rakyat sangat sulit ditemukan.
Inilah konsekuensi dari keimanan dan aturan yang fitrah akan lahir pemimpin yang sayang rakyat. Tentu tidak akan ada lagi korban nyawa hanya demi sekantong minyak goreng. Tak ada lagi cerita berdesak-desakan hanya karena antre minyak goreng.
Walhasil sistem Islam saja yang mampu menyejahterakan. Masihkah kita meragukannya? Atau justru mau bertahan dengan sistem rusak yang tega menyaksikan rakyat mengantre minyak goreng.
Patut direnungkan bagi mereka yang diberi amanah oleh Allah Swt,
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ. فَالإمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَهِيَ مَسْئُولَةٌ، وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ. أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ.
Dari Abdullah, Nabi ﷺ bersabda:
Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya.
Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya.
Seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya.
Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya, dan ia pun akan dimintai pertanggungjawabannya.
Seorang budak juga pemimpin atas harta tuannya dan ia juga akan dimintai pertanggungjawabannya.
Sungguh setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya.Wallahu a’lam bishshawab.[]
Comment