Oleh : Indri NR, Entrepreneur Muslimah
_________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Generasi muda adalah ujung tombak kemajuan bangsa, karena ditangan merekalah estafet kempemimpinan akan dilanjutlkan. Namun sungguh miris dengan apa yang terjadi di generasi muda saat ini. Narkoba, miras, zina dan tawuran menghiasi pemberitaan di berbagai portal berita.
Seperti yang baru-baru ini terjadi, delapan siswa SMP terlibat tawuran di Desa Asinan, Kecamatan Bawen, Semarang. Polisi mengamankan delapan siswa beserta alat yang digunakan untuk tawuran. Beberapa diantaranya adalah senjata tajam berupa sabit dan sabuk gir sepeda motor (Republika.co.id, 15/02/2022).
Permasalahan tawuran tidak hanya terjadi sekali atau dua kali, namun berulang dan ada yang menimbulkan korban jiwa. Tawuran yang terjadi diantara para siswa menunjukan kualitas pendidikan dinegeri kita saat ini. Tujuan pendidikan untuk mencerdaskan anak bangsa kira perlu untuk dikoreksi pelaksanaannya.
Saat bicara pendidikan kepada anak, tidak bisa hanya bertumpu pada sekolah sebagai lembaga formal penyelenggara pendidikan. Anak akan mendapat pendidikan mulai dari buaian, sehingga evaluasi kepada pendidikan yang diberikan oleh keluarga juga perlu dilakukan. Keluarga saat ini banyak yang mengambil pemahaman sekuler sebagai akibat mereka hidup dalam lingkungan Kapitalisme yang mendewakan sekulerisme.
Akibat fatal dari adanya cara didik sekuler dari lingkungan keluarga menjadikan anak tidak memiliki pondasi akidah yang kokoh guna dipakai dalam menghadapi kehidupan yang lebih kompleks di luar keluarganya.
Akidah yang rapuh akibat sekulerisme menjadikan anak tidak memiliki pegangan yang baku terkait mana benar dan salah, baik dan buruk. Sehingga saat mereka berinteraksi dengan dunia luar, mereka tidak memiliki arah.
Paham liberal yang menjangkiti keluarga saat ini juga menjadi masalah bagi kualitas generasi. Paham liberal atau serba bebas menjadikan standarisasi perbuatan menjadi kabur. Semua bisa dilakukan karena dianggap setiap manusia berhak dengan bebas mengekspresikan diri.
Paham liberal yang kebablasan menghasilkan kehidupan yang carut marut dan menghantarkan manusia kepada pelanggaran norma-norma yang berlaku.
Tidak hanya dalam keluarga, sekolah sebagai lembaga pendidikan juga perlu melakukan evaluasi. Dalam sistem kurikulum sekolah yang mengesampingkan pendidikan agama dan lebih mengedepankan kecakapan dalam pelajaran hanya akan menghasilkan generasi tidak berkepribadian utuh.
Jamak kita jumpai ada anak yang cerdas dalam akademi namun minim dalam kualitas kepribadian,akhirnya bisa juga terlibat dalam tawuran. Diperparah dengan konsep Merdeka belajar yang membuat sekolah kebingungan dalam menentukan arah kualitas generasi yang dicetak.
Pangkal dari ini semua sebenarnya adalah aturan atau sistem yang dibuat oleh negara. Negara saat ini mengadopsi sistem Kapitalisme yang mengedepankan sekulerisme dan liberalisme.
Kebijakan yang diambil oleh negara dalam dunia pendidikan yang bertumpu pada liberalisme menjadikan negara berlepas tangan terhadap kualitas pendidikan. Dengan dalih kemandirian dan merdeka belajar, negara menjadikan sekolah harus berjuang sendiri-sendiri untuk melakukan aktivitas pendidikan. Yang tentunya ini akan sangat menyulitkan sekolah.
Sekolah disibukan dengan pembiayaan dan penyusunan program yang justru mengalihkan tujuan pendidikan yang ada. Beban administrasi justru lebih berat daripada beban mengajar. Hal ini berimbas kepada kualitas peserta didik yang ada. Guru mengajar untuk mengejar perolehan jam, akhirnya transfer ilmu sudah bukan lagi misi suci yang dapat menyentuh sanubari.
Belum lagi pendidikan sekuler yang diterapkan oleh negara yang akhirnya melahirkan manusia yang minus akhlaq. Seharusnya potensi akal manusia tidak boleh dibiarkan bebas begitu saja tanpa ada rambu-rambu agama.
Jika hal ini terjadi maka akan melahirkan orang-orang yang eksploitatif. Mereka akan dapat menyalahgunakan kepintaran mereka kedalam hal yang negatif karena kontrol akidah tidak ada sehingga kebenaran akan kabur didepan mereka.
Berbeda jauh dengan pendidikan dalam sistem Islam,tujuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk kepribadian Islam yaitu membentuk aqliyah dan nafsiyah sesuai aturan Islam.
Pendidikan Islam hadir dengan memadukan agama serta Sains dalam satu kesatuan padu. Akal akan diberi batasan terkait standar baik dan buruk, terpuji dan tercela, sehingga peserta didik akan dapat memiliki kepribadian yang khas.
Tidak hanya itu, pendidikan Islam juga mencetak polymath yang handal. Spektrum pengetahuan dalam sistem Islam sangatlah luas, mereka tidak akan dipenjarakan dalam dikotomi keilmuan yang membatasi kemampuan peserta didik berkembang.
Maka tidak heran dalam pendidikan Islam kita akan jumpai seorang dokter yang juga merupakan filsuf dan diwaktu bersamaan juga merupakan seorang ulama seperti Ibnu Sina.
Sistem pendidikan Islam hanya dapat diaplikasi dengan tegaknya sistem Islam. Islam akan mengintegrasikan pendidikan anak mulai dari keluarga,masyarakat, sekolah dan negara. Islam akan membendung paham-paham yang merusak keluarga dan masyarakat seperti sekulerisme dan liberalisme.
Islam juga akan memastikan sistem pendidikan di sekolah berjalan sesuai aturan hukum syara’ dan akan memfasilitasi dengan pendidikan gratis serta gaji guru yang layak. Dengan ini peserta didik akan memiliki kemampuan akademik dan aqidah yang kuat, sehingga tidak mudah terjerumus dalam perkara yang rusak. Guru pun akan fokus mengajar dan membimbing muridnya karena tidak ada beban berat dalam hidupnya.
Inilah gambaran dari sistem Islam dalam kaitan mengatur pendidikan. Terlihat jauh perbedaan dengan sistem kapitalisme yang saat ini diterapkan. Maka tidak ada pilihan lain untuk mengatasi problem dunia pendidikan dan yang lainnya kecuali dengan kembali menegakan sistem Islam.[]
Comment