Islam Dan Kemandirian Pangan

Opini700 Views

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Tahu dan tempe adalah makanan kesukaan masyarakat Indonesia, tua muda, kaya miskin, semua menyukai makanan ini selain harganya murah, makanan ini mengandung gizi yang tinggi, tak hanya protein, juga mengandung vitamin dan mineral. Tempe memiliki manfaat untuk kesehatan diantaranya, mengendalikan kadar kolesterol, menangkal radikal bebas, mengandung probiotik, baik untuk diet, juga meningkatkan kesehatan jantung.

Sayang sekali kini tahu tempe harganya sangat mahal. Hal ini disebabkan produsen tahu dan tempe melakukan mogok kerja dikarenakan harga kedelai impor yang tinggi, akibatnya keuntungan para perajin tahu dan tempe makin menurun.

Biasanya harga bahan pangan naik terjadi karena stok bahan pangan sedikit. Sehingga pemerintah mengeluarkan kebijakan impor, mengimpor bahan pangan untuk menutupi bahan pangan, jika bahan pangan yang diimpor melambung maka berimbas pada stok pangan nasional, ketika stok pangan menipis maka harga-harga akan melambung tinggi, otomatis harga-harga akan ikut-ikutan naik. Begitu juga dengan harga kedelai impor yang melambung.

Sungguh ironis di negara kaya raya, subur makmur tapi kebutuhan tergantung pada impor. Ini membuktikan cengkeraman kapitalis sangat kuat sehingga pemerintah tidak berdaya. Padahal ketahanan pangan adalah perkara serius yang harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Ketergantungan pangan kepada negara lain akan mengakibatkan negara mudah dijajah dan dikuasi.

Islam Dan Ketahanan Pangan

Berbeda dengan pemerintahan dengan sistem Islam. Islam memandang bahwa kebutuhan pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi rakyat. Karenanya negara bertanggung jawab menjamin terpenuhinya segala kebutuhan.

Islam memiliki aturan dalam segala urusan, termasuk urusan untuk menjamin terlaksananya mekanisme pasar dengan baik. Islam mewajibkan negara memberantas berbagai distorsi pasar seperti, penimbunan, riba, monopoli dan penipuan karena bertentangan dengan syariat Islam.

Negara dalam sistem islam juga mencatat dengan jelas berapa banyak stok hasil produksi yang akan disalurkan ke masyarakat, dan berapa jumlah yang dibutuhkan. Sehingga akan terjadi keseimbangan.

Di sisi lain negara wajib menerapkan kebijakan dalam mengatasi masalah kelangkaan dengan memanfaatkan model agraris secara optimal di antaranya dengan pemberian subsidi  untuk keperluan produksi petani.

Para petani diberikan berbagi bantuan, dukungan dan fasilitas dalam berbagai bentuk. Bantuan bisa berupa modal, peralatan, benih, teknologi, teknik, budidaya, obat-obatan, pamasaran, informasi dan sebagainya.

Tidak hanya itu, Islam telah memberikan contoh bagaimana membangun ketahan pangan sebagaimana diatur di dalam Al-Qur’an.

Di dalam Qur’an dicontohkan bagaimana Nabi Yusuf  membangun ketahanan pangan. Nabi Yusuf berhasil menerjemahkan mimpi raja Mesir tentang 7 sapi kurus dan 7 sapi gemuk, dengan tafsiran siklus ekonomi 7 tahunan negeri Mesir saat itu, yaitu akan terjadi 7 tahun masa panen yang subur dan disusul 7 tahun masa kering paceklik dan kemudian subur kembali.

Oleh Nabi Yusuf, tidak semua produk pangan di masa subur akan dikonsumsi. Tetapi ada yang disimpan untuk cadangan.

Oleh sebab itu, perlu dikembangkan teknik pengawetan pangan, sistem sirkulasi, standar bangunan penyimpanan pangan, serta pengaturan gaya hidup dan konsumsi masyarakat. Semua ini  merupakan komponen yang harus diperhatikan sebagai upaya mewujudkan ketahanan pangan negara. Wallahualam Bisshowab.[]

Comment