Oleh: Khaeriyah Nasruddin, S.Sos, Freelance Writer
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Akhir-akhir ini sedang viral di sosial media terkait boneka bernama spirit doll. Ketenaran spirit doll langsung melambung tinggi ketika banyaknya artis papan atas yang mempublikasikan dirinya juga mengadopsi boneka tersebut.
Spirit doll terlihat lucu dan menggemaskan namun jangan salah, ini bukanlah boneka biasa, boneka yang sengaja dibentuk layaknya manusia ini dianggap berisi arwah bayi-bayi yang meninggal. Sebab itulah para adopter harus memperlakukan boneka tersebut layaknya anak kecil, dirawat penuh sayang, diberikan makan-minum juga pakaian, jika tidak, boneka tersebut bisa saja berbuat jahat kepada adopternya.
Karena ini bukanlah boneka biasa maka kita pun tidak boleh ikut-ikutan tren karena sejatinya setiap yang viral belum tentu kebaikan. Sebaliknya bisa jadi keburukan seperti halnya spirit doll ini.
Lihat saja beberapa penuturan dari para adopter, mereka seperti terlindungi dengan keberadaan boneka ini. Spirit doll diyakini mampu menunjukkan mana hal baik-buruk, mana orang baik-buruk sehingga harus diwaspadai atau dihindari. Boneka ini seperti mengetahui apa saja yang akan terjadi padahal ia benda mati.
Inilah potret rapuhnya pemahaman dan aqidah yang terjadi dalam diri manusia meskipun secara logika sulit diterima. Bagaimana mungkin benda mati yang meskipun diberi makan bertahun-tahun tidak bisa tumbuh tapi dipercayai bisa membisikkan sesuatu kepada pemiliknya (baca: melindungi).
Sebagai seorang muslim kita harus selalu berkaca pada hukum syara, apakah perbuatan ini seusai atau tidak. Adapun keyakinan-keyakinan tertentu pada spirit doll itu adalah hal salah, bahkan bisa menyeret seseorang ada kesyirikan. Tentu kita tidak mau hanya karena sebuah benda mati membuat keimanan kita jadi rapuh dan rusak.
Allah swt berfirman dalam QS. An-Nisa: 48 yang artinya, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain itu bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh dia telah berbuat dosa yang besar.”
Adapun keberadaan arwah bayi-bayi yang tinggal di tubuh boneka itu tidaklah ada. Arwah tak pernah kembali ke dunia sebagaimana disampaikan Allah swt dalam QS. Al-Mukminun 99-100:
“Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu, hingga apabila datang kematian kepada seserorang dari mereka, dia berkata, ‘Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku dapat berbuat kebajikan yang telah aku tinggalkan.’ Sekali-kali tidak! Sesungguhnya itu adalah dalih yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh (dinding) sampai pada hari mereka dibangkitkan.”
Realitas seperti ini akan sering terjadi karena berakarnya paham liberalisasi dalam pemikiran dan tingkah laku masyarakat. Di samping itu aturan yang diterapkan juga sekuler, yaitu, pemisahan agama dari kehidupan.
Negara pun menjamin adanya kebebasan berpendapat, berperilaku, kepemilikian dan beragama. Adanya jaminan kebebasan ini membuat orang-orang bebas berbuat semaunya meskipun hal itu bertentangan dengan identitasnya sebagai seorang muslim.
Kapitalisme mendorong orang-orang berbuat maksiat. Kejahatan tak pernah tuntas diselesaikan selama masih ada keuntungan materi di dalamnya.
Berbeda halnya dalam sistem islam yang memiliki seperangkat aturan untuk menjaga umatnya agar terhindar dari kesesatan dalam beragama.
Dalam islam, masyarakat senantiasa didorong untuk berbuat kebaikan, saling mengingatkan satu sama lain dan saling mencegah terjadinya kemungkaran. Tidak hanya itu para petugas keamanan akan siaga dan sigap menindak pelaku kemaksiatan dengan sanksi tegas.
Bila kemaksiatan makin merajalela maka pemimpin tak boleh tinggal diam. Sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah saw yang langsung mengutus pasukan ke Yaman untuk menghancurkan berhala Dzul Khalasah yang disembah oleh penduduk setempat.
Demikianlah islam menjaga akidah umatnya yang tak ingin memberikan celah sekecil apapun terhadap perilaku kesyirikan. Umat terlindungi, akidah terjaga, hidup damai dan tenteram sejatinya ada hanya ada dalam sebuah sistem yang menerapkan aturan dari Pencipta, bukan yang lain.Wallahu ‘alam bissawab.[]
Comment