Oleh Lilis Sulistyowati, S.E, Pemerhati Sosial
_________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Ketua Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Provinsi Sumatera Utara, Willy Agus Utomo menyampaikan bahwa UMP yang diteken oleh Gubsu Edy sangatlah menyedihkan.
“Kalau hanya naiknya segitu, kenaikan tersebut lebih murah dari biaya parkir sepeda motor. Kita lihat UMP tahun 2021 hanya sebesar Rp 2.499.423 artinya kenaikan yang tidak sampai satu persen itu perhari kurang dari Rp2000, bahkan jika dihitung dengan UMK,” ujar Willy, mengutip pemberitaan Era.id, Sabtu 20 November 2021.(terkini.id)
Suara yang disampaikan perwakilan buruh ini sedikit menggambarkan bahwa sebenarnya kenaikan upah masih belum layak untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Masih sangat minim sekali dibandingkan parkir sepeda motor. Pertanyaanya, Apakah dengan kenaikan Upah minimum setiap tahunya kaum buruh mendapatkan kesejahteraan?
Kesejahteraan Menjadi Impian
Arif Firmansyah S.E, M.M dari Lembaga Studi Ekonomi Ideologis – ELSEI mencermati bahwa ” Kenaikan upah malah menunjukkan kehidupan pekerja begitu minimnya”. Beliau menambahkan, perhitungan upah berdasarkan living cost atau biaya hidup yang terendah sehingga meraih kesejahteraan masih menjadi impian. (insert#104PKAD)
Pemaparan Arif sangat gamblang bahwa penetapan Upah minimum diambil dari standard terendah, yang itu hanya cukup untuk bertahan hidup satu orang. Lalu bagaimana dengan keluarganya? Anak dan istrinya? Kebutuhan selain makan, misal pendidikan dan kesehatan?
Arif menyampaikan upah minimum itu belum manusiawi, jika ingin mencukupi kebutuhan yang lain mereka harus bekerja dan bekerja, tidak bisa memikirkan yang lain.
Beginilah gambaran kesejahteraan dalam sistem ekonomi Kapitalis, diambil dari standard yang paling rendah padahal tidak dapat dipungkiri kebutuhan tidak hanya makan, akan tetapi pendidikan, kesehatan, sosial bermasyarakat juga membutuhkan biaya. Belum lagi kebutuhan primer orang – orang yang berada dalam tanggunganya misal anak, istri atau orang tua yang sudah sepuh.
Jika diambil dari standard yang paling rendah tidak bisa mencukupi mereka semua, siapa yang mau menanggung mereka semua? Wajar jika upah selalu naik setiap tahunya, akan tetapi belum mampu mensejahterakan.
Kesejahteraan Dalam Islam
Islam agama yang mulia dan mampu memuliakan manusia. Kesejahteraan di dalam Islam diukur berdasarkan standard kelayakan. Jika sudah terpenuhi kebutuhan primer seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan itu semua masih ditambahi mampu memenuhi kebutuhan sesuai dengan kelayakan disekitarnya.
Maksudnya jika semua punya mesin cuci, mobil maka dalam pandangan Islam sejahtera ketika mereka memiliki mesin cuci dan mobil karena itu merupakan kebutuhan saat ini.
Begitu tinggi standar hidup dalam Islam, tidak hanya urusan bertahan hidup akan tetapi sesuai dengan kelayakan masyarakat sekitar. Sehingga wajar kita pernah menemui ketika masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz tidak ditemukan orang yang berhak menerima zakat, karena semuanya sudah sejahtera.
Kesejahteraan dalam Islam bukan lagi impian akan tetapi kenyataan. Islam sangat memuliakan manusia, jika belum mampu memenuhi kesejahteraan masing – masing individu, Baitul Mal pun siap mengeluarkan zakat bagi 8 asnaf yang membutuhkan. Sehingga tidak menunggu mereka kelaparan dan angka kemiskinan yang sangat tinggi baru upah berusaha dinaikkan itupun diambil yang terendah. Jauh berbeda dengan Islam yang sangat memanusiakan manusia.
Pernah ada kisah Khalifah Umar bin Khotob yang membawa gandum sendiri dan memasak untuk rakyatnya. Hal ini dilakukan sebagai wujud ketundukkan kepada Allah yang akan memintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dipimpinya. Sehingga Umar melakukan hal itu sendiri karena takut akan hisab Allah kelak.
Begitulah sedikit gambaran pengaturan ekonomi dalam Islam. Semua dilandaskan pada pertanggungjawaban pada Allah, sehingga berusaha mendistribusikan dengan baik harta yang ada dalam Baitul Mal, dan jika kosong segera diisi dengan zakat, infaq atau sedekah.[]
Comment