Panti Jompo, Tepatkah Sebagai Solusi Penitipan Seorang Ibu?

Opini588 Views

 

 

Oleh : Ukhty Islaba, Founder Akhwat Parigi dan Tongkuno Ngaji

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Nak,…Kau gadaikan yang masih tersisa
Kau uangkan dariku segala yang masih bisa kau raba
Kau makan semua hasilnya
Dan untukku sedikit saja
Kau foya-foya sementara
Sedang akhirnya saat semua tak lagi ada
Kau lupakan aku dan pura-pura lupa
Nak,…
Aku ibumu
Tapi kau malu panggilku ibu

Penggalan puisi Hida Koma di atas mewakili kisah pilu yang di alami Trimah, seorang ibu berusia 65 tahun yang mendadak viral di media sosial (medsos). Trimah di titipkan di Griya Lansia Husnul Khatimah, Dusun Baran, Desa Wajak, Kabupaten Malang Kamis 28/10/2021 oleh ke tiga anaknya.

Dikutip dari RadarMalang.com, yang membuat miris, Trimah tidak hanya diserahkan ketiga anaknya untuk dirawat, namun mereka juga memasrahkan sepenuhnya prosesi pemakaman bila Trimah meninggal dunia.

Hal ini dibenarkan pendiri Yayasan Husnul Khatimah Arief Camra. Trimah dititipkan ke Griya lLansia beserta surat pernyataan bermaterai Rp10.000 yang ditandatangani oleh ketiga anaknya.

“Ya waktu dititipkan juga disertakan surat pernyataannya juga,” ucap Arief saat ditemui Sabtu (30/10).

Panti Wreda adalah sebutan lain untuk Panti Jompo dalam bahasa Bali, menunjuk pada wisma dengan fasilitas penunjang yang diperuntukkan bagi orang lanjut usia (lansia).

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) penduduk usia lanjut saat ini sebanyak 16 juta jiwa. Jumlah ini sebesar 5,95% dari total penduduk Indonesia yang tercatat sebanyak 270,2 juta jiwa pada 4 Februari 2021.

Menurut seseorang yang diduga anak Trimah, isu ibunya yang dibuang begitu saja ke panti jompo sama sekali tidak benar.

“Assalamualaikum saya akan meluruskan berita yang menyatakan bahwa Ibu Trimah dibuang oleh anak-anaknya. Itu tidak benar,” katanya dalam unggahan audio yang dibagikan di Instagram @memomedsos pada Senin, 1 November 2021.

“Sebenarnya tidak ada yang membuang, dari awal dia sakit, diapun sudah diurusin anak yang paling kecil, di situ dia selalu berulah, setiap hari berantem dengan menantu dan cucunya,” katanya.

Di dalam Islam, ibu mendapatkan tempat pada posisi yang sangat mulia, sehingga anak diwajibkan memuliakan ibu terlebih dahulu, sebelum kepada Ayah. Karena ibu merupakan sosok yang sangat istimewa, sebagaimana

Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakan aku harus berbakti pertama kali?’. Nabi shalallahu alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu’. Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’, Nabi shalallahu alaihi wasallam menjawab ‘Ibumu’.

Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’, beliau menjawab ‘Ibumu’. Orang tersebut bertanya kembali, ‘ Kemudian siapa lagi,’ Nabi menjawab ‘Kemudian ayahmu”
(HR. Bukhari dan Muslim).

Sudah menjadi kewajibannya kita sebagai anak untuk berbakti dan memuliakan kedua orang tua terutama kepada seorang Ibu, hal ini sejalan dengan kisah salah seorang sahabat Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam, Uwais Al-Qarni.  Beliau merupakan seorang pemuda yang tidak terkenal, miskin, dan memiliki penyakit kulit.

Tak ada orang yang mengenalnya bahkan namanya pun tak pernah dikenal. Namun ia merupakan pemuda yang pernah disebut oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam sebagai pemuda yang sangat dicintai oleh Allah dan terkenal di langit.

Sebab kecintaan Allah kepadanya yaitu dikarenakan ia patuh dan menghormati ibunya yang sakit lumpuh. Suatu waktu, Uwais meminta izin kepada sang ibu untuk pergi ke Madinah dalam rangka untuk melepaskan kerinduannnya kepada Rasulullah. Sang ibu memberinya izin untuk pergi, namun dengan syarat agar setelah berjumpa Rasulullah ia cepat pulang kembali karena ibunya yang sakit-sakitan.

Setelah melakukan perjalanan yang sangat panjang, Uwais tidak mendapati Rasulullah di rumahnya karena sedang memimpin peperangan. Meski kerindunya amat besar terhadap Rasulullah, Uwais lekas pulang demi ibunya. Sebelum pulang, Ia menitip pesan kepada Siti Aisyah ra untuk Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.

Kemudian pada kesempatan yang lain, sang ibu meminta Uwais untuk mengantarkannya pergi haji. Uwais tidak mau menolak walaupun mereka merupakan keluarga yang miskin, dengan sekuat tenaga ia menggendong ibunya yang lumpuh itu untuk berziarah ke Baitullah.

Meski belum pernah berjumpa dengannya, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam sepertinya sudah mengenal betul pemuda miskin itu. Ia memuji Uwais dengan mengatakan kepada para Sahabat yang lain, “Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan Uwais , mintalah doa dan istighfarnya. Dia adalah penghuni langit dan bumi,”
(HR. Ahmad).

Panti jompo merupakan salah satu wasilah untuk menampung Lansia (orang-orang lanjut usia) baik laki-laki maupun perempuan, hal ini menjadikan banyaknya kasus seorang anak yang menitipkan Ibunya di panti Jompo dengan berbagai alasan, terutama alasan yang paling sering di jumpai adalah faktor ekonomi.

Jika posisi Ibu Trimah tadi betul-betul dalam kondisi tidak memiliki seorang anak, maka menjadi hal yang wajar-wajar saja bila ibu Trimah di titipkan di panti jompo, bahkan sudah menjadi kewajiban negara untuk menyediakan dan mengurus setiap warga negaranya.

Namun, bagaimana dengan seorang ibu yang memiliki anak yang dia secara materi dan waktu, cukup untuk merawat Ibu nya. Bukankah menjadi hal yg miris jika harus menitipkannya ke panti jompo?.

Semoga kita semua memiliki kesiapan dan sudah menjadi keharusan untuk mempersiapkan diri, memberikan waktu untuk merawat ibu kita, sebagai bentuk bakti kita kepada seorang ibu yang telah susah payah mengandung, melahirkan, menyusui dan merawat kita tanpa mengharap balas jasa.

Begitulah hidup, Semua orang pasti memiliki masalah kehidupan dan setiap masalah Insya Allah pasti ada solusinya.

Aturan Islam pun menawarkan demikian, karena Islam tidak hanya mengatur kehidupan secara spiritual saja melainkan kehidupan secara keseluruhan, mulai dari kita bangun tidur hingga tidur lagi.

Sebagaimana Allah Subuhanna wata’ala berfirman yang artinya:
Masuklah kalian kedalam Islam secara Kaffah (menyeluruh), dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaitan sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al Baraqarah ayat 208).

Semoga kita semua dalam lindungan Allah Subuhanna wata’ala.
Aamiin, Aamiin ya rabbal Alamin. Wallahu A’lam bisawwab.[]

Comment