Oleh: Siti Mardhiyah, S.M, Pendidik dan Pemerhati Remaja
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Menyaksikan berbagai fakta didunia pendidikan diwarnai dengan beberapa fenomena yang membuat rakyat semakin berat.
Di tengah wabah corona yang tak kunjung hilang, dunia pendidikan merasakan dampak yg sangat dalam. Bagaimana tidak hampir 2 tahun proses pembelajaran tatap muka sangat terbatas untuk dilakukan oleh sekolah-sekolah, terlebih untuk sekolah yang terletak di pelosok yang diharuskan untuk pembelajaran daring (online) banyak memgalami kendala. Salah satunya adalah sinyal yang tidak mudah dijangkau. Banyak orang tua yang mengeluhkan tentang kebijakan pendidikan di era pandemi ini.
Selain itu biaya pendidikan semakin melangit bukan hanya untuk pendidikan level atas namun juga dari level bawah. Taman kanak-kanak di salah satu TK internasional Jakarta, seperti dikutip jouska.id, membandrol biaya SPP pertahun sebesar Rp334 juta.
Untuk dapat memasukkan sekolah yang biayanya menggunung para orang tua harus memutar otak sementara banyak terjadi PHK akibat isu corona. Pada satu sisi orang tua mengharapkan anak-anaknya mendapatkan pendidikan terbaik namun di sisi lain pundi-pundi yang harus dikeluarkan juga tidak sedikit.
Alhasil untuk masyarakat yang tingkat perekonomiannya biasa saja memilih memasukkan putra-putrinya ke sekolah standar dengan biaya terjangkau asal dapat menempuh pendidikan formal dan mengenyampingkan kualitas dan output yang dihasilkan dari sekolah-sekolah pilihannya.
Saat ini kondisi masyarakat banyak yang sadar jika pendidikan adalah basic needs, namun di saat yang sama mereka harus berjuang dan mengorbankan banyak hal untuk bisa memenuhi kebutuhan dasar tersebut.
Pendidikan sama pentingnya dengan sandang dan pangan yang wajib dipenuhi oleh setiap masyarakat tanpa melihat suku, ras, agama, budaya serta status sosial.
Setidaknga 20% APBN telah dianggarkan untuk pendidikan, namun entah mengapa potret pendidikan kita masih jauh dari kata memuaskan.
Lebih memprihatinkan lagi jika biaya itu melangit sehingga membuat masyarakat menjerit dan terjepit di antara banyak beban yang melilit.
Masyarakat menaruh harapan besar pada pendidikan untuk mencetak generasi yang berkompeten dan berkarakter, namun jika menilik biaya yang sangat mahal maka tidak semua masyarakat mampu mengenyam bangku pendidikan yang layak.
Dalam islam, orang berilmu sangat dimuliakan bahkan dalam Al-qur’an disebutkan Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu.
Negara wajib mengatur segala aspek yang berkenaan dengan sistem pendidikan bukan hanya mengatur tentang kurikulum, akreditasi, metode pengajaran, bahan ajar namun juga mengupayakan agar pendidikan didapatkan dengan mudah dan murah bahkan gratis.
Berdasarkan sirah Nabi saw. dan tarikh Daulah Khilafah Islam (lihat Al Baghdadi, 1996), negara memberikan jaminan pendidikan secara gratis dan kesempatan seluas-luasnya bagi seluruh warga negara untuk melanjutkan pendidikan ke tahapan yang lebih tinggi dengan fasilitas (sarana dan prasarana) yang disediakan negara.
Kesejahteraan dan gaji para pendidik sangat diperhatikan dan merupakan beban negara yang diambil dari kas Baitul Maal (kas negara).
Sistem pendidikan bebas biaya tersebut berdasarkan ijma’ shahabat yang memberi gaji kepada para pendidik dari baitul maal dengan jumlah tertentu.
Contoh praktisnya adalah Madrasah Al Muntashiriah yang didirikan khalifah Al Muntahsir di kota Baghdad. Pada Sekolah ini setiap siswa menerima beasiswa berupa emas seharga satu dinar. Kehidupan keseharian mereka dijamin sepenuhnya oleh negara. Fasilitas sekolah disediakan, seperti perpustakaan beserta isinya, rumah sakit, dan pemandian.
Media pendidikan adalah segala sarana dan prasarana yang digunakan untuk melaksanakan program dan kegiatan pendidikan. Setiap kegiatan pendidikan harus dilengkapi dengan sarana-sarana fisik yang mendorong terlaksananya program dan kegiatan tersebut sesuai dengan kreativitas, daya cipta, dan kebutuhan.
Sarana itu dapat berupa buku-buku pelajaran, sekolah/kampus, asrama siswa, perpustakaan, laboratorium, toko-toko buku, ruang seminar -audiotorium tempat dilakukan aktivitas diskusi, majalah, surat kabar, radio, televisi, kaset, komputer, internet, dan lain sebagainya.
Jika kekayaan dan Sumber Daya Alam dikelola pemangku jabatan dengan benar maka bukan tidak mungkin bahwa pendidikan gratis berkualitas sebagaimana yang diaplikasikan islam dapat terwujud menggantikan sistem pendidikan sekuler saat ini.[]
Comment