Oleh : Widya Soviana, ST., M.Si
Dosen dan Pemerhati Masalah Sosial Masyarakat
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Islam adalah agama yang diturunkan Allah Subhana wa Ta’ala kepada manusia melalui para Nabi, sebagai satu-satunya agama yang diridhai sebagaimana firman Allah di dalam Al Qur’an, Surah Ali Imran ayat 85 yang artinya “Barang siapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”.
Sebagai addiin,, Islam meliputi segala aspek kehidupan baik menyangkut hubungan manusia dengan Pencipta, manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam semesta.
Dengan kesempurnaannya, Islam sebagai satu-satunya agama (diin) yang mampu mengatur kehidupan manusia di segala lini kehidupan. Hal ini telah pula disampaikan di dalam Al Qur’an, Surah Ali Imran ayat 3, yang artinya, “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu”.
Dari ayat ini, kita meyakini bahwa kesempurnaan Islam merupakan jaminan langsung dari Allah Subhana wa Ta’ala. Siapa saja yang mau meengimplementasikannya, maka dia akan.memperoleh kebaikan hidup di dunia maupun di akhirat.
Engan kesempurnaan itu menjadikan Islam mudah diterima oleh siapa saja, lebih spesifik oleh mereka yang mau mendengarkan dakwah, mempelajari dan memahami islam.
Sebagaimana keberhasilan para pendakwah dahulu yang telah mengantar penduduk Indonesia kepada Islam yang kemudian menjadi agama mayoritas hingga saat ini.
Namun, sebagai agama dengan pemeluk mayoritas penduduk Indonesia, Islam mengalami banyak mengalami upaya stigmatisasi dengan label negatif dan pandangan nyeleneh bahkan penghinaan.
Berulang kali pelecehan terhadap ajaran dan simbol-simbol Islam terjadi di Indonesia. Seakan para pelaku mendapat ruang yang bebas untuk melakukannya. Bahkan hampir tidak ada sanksi hukum terhadap para pelaku penghina agama Islam.
Kata “maaf” atau surat pernyataan bermaterai tidak membuat para pelaku jera, hingga pelecehan terhadap islam yang mulia terus dan terus terjadi.
Hal naif itu bukan saja dilakukan oleh kalangan tertentu di Indonesia. Melalui media, pihak asing pun kini sudah mulai berani melakukan hal yang sama. Mereka berkomentar miring dan menyudutkan suara adzan yang menjadi syiar agama Islam sebagai gangguan kebisingan (polusi suara).
Dengam mengatas-namakan seorang muslimah mengalami gangguan kecemasan, seperti dikutip detiknews (14)10/2022), media asing tersebut membuat narasi dan mempropagandakan bahwa adzan sebagai suara yang mengejutkan dan membuat orang lain terjaga dan tidak bisa tidur di malam hari.
Dengan alasan takut, mereka yang mengalami gangguan suara adzan tidak berani melaporkan secara langsung, hingga kemudian isu ini diberitakan oleh media asing. Kemungkinan besar si pelapor adalah orang yang tidak menyukai syiar Islam.
Hal ini tentu dapat dipahami dari banyaknya pelecehan dan penghinaan terhadap islam yang bersumber dari para haters belakangan ini.
Berulang kali, kaum.muslim disuguhkan berita tentang pelecehan terhadap ajaran dan syiar-syiar agama Islam. Hal ini mengindikasikan tidak adanya sanksi tegas terhadap para pelaku intoleransi islam. Di samping itu, tidak ada pula perlindungan yang jelas oleh negara terhadap seluruh syiar Islam.
Sebaliknya, pemerintah justru menggaungkan wacana islam moderat yang semakin menambah bingung masyarakat islam itu sendiri.
Pemerintah sejatinya fokus terhadap pembangunan SDM dan SDA demi menciptakan lapangan kerja yang dapat memberikan kesejahteraan rakyat bukan malah mengurusi dan intervensi ke dalam urusan agama baik Islam, Kristen, katholik, Hindu maupun Buddha.
Propaganda Islam yang moderat terus dilakukan oleh berbagai kalangan. Islam moderat dimaknai dengan ajaran Islam yang sesuai dengan perkembangan kondisi saat ini.
Islam yang dibawa oleh Baginda Rasulullah Shalallahu’alaihi wa salam telah sempurna hingga akhir zaman nanti.
Islam merupakan sebuah din yang sangat sesuai di setiap kondisi waktu dan tempat. Dengan begitu, upaya pembaharuan Islam sebagaimana diwacanakan dengan konsep Islam moderat menjadi pemikiran yang tidak proporsional.
Berbagai propaganda dan pelecehan terhadap syariat Islam yang terjadi selama ini adalah disebabkan oleh hilangnya junnah (pelindung) bagi umat Islam, baik dalam konteks nasional maupun internasional.
Hilangnya kepemimpin umat Islam secara khusus sebagaimana ajaran Rasululllah Shalallahu’alaihi wa Salam dan para Khulafur Rasyidin, menjadi sebab utama jatuhnya kewibawaan kaum muslimin dengan penistaan terhadap simbol-simbol dan syiar-syiar Islam yang terus terjadi.
Oleh karena itu, penting bagi setiap muslim menghadirkan kembali kepemimpinan kaum muslimin secara universal, yang dengan keberadaannya, maka seluruh ajaran Islam yakni syariatnya akan terlindungi serta dapat diterapkan di dalam kehidupan kaum muslimin.
Dengan kehadirannya pula, wibawa Islam dan pemeluknya tidak dapat lagi dilecehkan dan diolok-olok seperti yang terjadi saat ini. Karena Islam adalah agama yang tinggi sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah Shalallahu’alaihi wa salam dalam sabdanya, “Al islamu Ya’lu WA laa yu’la alaihi. Islam itu agama yang tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi dari pada Islam.” (HR. Baihaqi). []
Comment