Oleh: Della Novita Sari, Aktivis Dakwah
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Lagi dan lagi, berita penghinaan terhadap ulama besar menjadi sorotan, kali ini penghinaan itu dilakukan oleh seorang komika yang diduga menghina eks Imam Besar FPI, Rizieq Shihab.
Dalam video yang tersebar luas itu terlihat sang komika itu sedang membawakan sebuah acara yang diiringi oleh alunan musik dari DJ perempuan. Di situlah sang komika kemudian melontarkan pernyataan yang berisi penghinaan kepada habib rizieq. Tentu saja hal ini memancing kemarahan umat muslim dengan munculnya tagar untuk menangkap sang komika yang trending di twitter setelah video itu beredar.
Kasus penghinaan terhadap islam dan ulama terus berulang, bak rumput liar yang terus tumbuh subur di negeri ini. Beberapa waktu lalu, jagat dunia maya juga dihebohkan dengan kasus penghinaan ulama yang dilakukan oleh komika.
Banyak laporan yang ditudingkan masyarakat kepada tersangka, namun yang sangat disayangkan laporan-laporan itu tidak membuahkan hasil, bahkan tidak ditindak lanjuti. Sehingga wajar, penghinaan-penghinaan terhadap islam dan ulama, tumbuh subur di negeri ini, agama dan syariat menjadi bahan olok-olokan dan lelucon.
Dalam kurun waktu belakangan ini banyak sekali terjadi penghinaan terhadap agama dan ulama yang berputar di lingkungan para komika dan stand up comedy. Berbicara soal agama memang ini adalah bahasan yang sangat sensitive, hal ini bisa dijadikan alat bagi para pencari panggung untuk menaikkan popularitasnya, walaupun dengan resiko dikecam oleh umat muslim.
Tetapi kenapa hal ini terus berulang? Karena memang tidak ada sanksi yang tegas bagi pelaku, proses hukum yang lemah terhadap kasus ini dan kurangnya keimanan pada individu.
Inilah potret kehidupan dalam sistem sekuler, pemisahan agama dalam kehidupan, urusan agama hanya sebatas pekara ibadah saja. Dalam urusan lain syariat islam dicampakkan. Maka wajar ketika islam, pemeluknya dan tokoh-tokoh agama, akan terus mendapatkan kerugian, bahkan dijadikan sebagai bahan ejekan dan olok-olokan.
Tidak ada yang menjaga kehormatan agama, rasul dan ulama-ulama. Bahkan yang terus timbul panggung demi panggung untuk mengolok agama, syiar islam, dan tokoh-tokoh agama. Negara pun tidak memberi aturan dan sanksi yang tegas. Sedangkan penyebaran syariat islam justru dihambat.
Penindakan hukum yang berlaku sangat berbanding terbalik dan sangat tegas terhadap tokoh-tokoh agama yang dengan tegas menyuarakan kebenaran dan iapa saja yang kritis terhadap pemerintah.
Hal ini tentu sangat bertolak belakang dengan islam. Dalam sistem islam hal seperti ini tidak akan terjadi. Karena adanya larangan dan sanksi yang tegas bagi pelaku ihtiza, apalagi ihtiza dalam hal agama. Ihtiza dilarang keras dalam islam, baik dengan alasan apapun, alasan hiburan, lelucon, ataupun untuk memenuhi ekonomi dan lainnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam kitabNya:
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: “Sesungguhnya kami hanya bersenda-gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya, kamu selalu berolok-olok?”. [At Taubah/9 : 65].
Dari ayat tersebut dapat kita pahami bahwa Allah sangat melarang kerasn perbuatan ihtiza (mengolok-olok). Para pelakunya akan mendapatkan ganjaran dariNya, dapat dilihat pada firman Allah subhanahu wa Ta’ala berikut ini:
“Orang-orang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi di dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka: “Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan RasulNya)”. Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti. [At-Taubah/9 : 64].
Hanya dengan penerapan sistem Isam secara kaffah yang diterapkan dalam seluruh dimensi kehidupan, yang mampu menutup pintu-pintu ihtiza.
Karena negara akan memberikan sanksi hukum yang tegas bagi pelaku ihtiza, sanksi yang mampu memberikan efek jera bagi masyarakat yang lain, agar hal ini tidak terus berulang. Wallahu a’lam bishowab.[]
Comment