Harga Cabai Anjlok, Petani Merugi

Opini598 Views

 

 

 

Oleh : Mutiara Aini, Praktisi Pendidikan

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Indonesia dikenal sebagai negeri agraris dengan mayoritas penduduknya bertani. Bahkan, Indonesia merupakan negara dengan lahan pertanian yang luas dan sumber daya alam yang beraneka ragam lagi melimpah.

Dengan demikian, bisa dipastikan akan terjadi surplus beras sehingga rakyatnya hidup sejahtera dan makmur. Namum sayang, keberadaan ini hanya sebuah fatamorgana. Kebijakan yang diambil pemerintah tak sesuai harapan.

Anjloknya harga cabai menjadi topik hangat saat ini. Bagaimana tidak, nasib buruk menimpa para petani saat ini. Mereka mengeluh karena harga cabai landai saat panen berlangsung.

Dilansir kabarjombang.com (29/8/21), beberapa bulan sebelumnya, cabai impor banyak ditemukan di Pasar Pon Jombang, Jawa Timur. Harga cabai merah keriting impor dari luar negeri itu seharga Rp34 ribu dalam kondisi segar, dan dalam kondisi kering Rp40 ribu per kilogram.

Ketua Forum Petani, Kalasan Janu Riyanto pun mengeluhkan harga cabai di tingkat petani merosot hingga 50% dari harga normal, yaitu dari harga kisaran Rp11.000 per kilogram anjlok ke harga Rp5.000 per kilogram sebagaimana dikutip yogya.ayoindonesia.com, 29/8/2021).

Ketua Umum Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Abdul Hamid seperti dikutip bisnis.com (31/8/2021) menjelaskan bahwa harga cabai merah keriting anlok menyentuh Rp7.000 per kilogram (kg). Sementara itu cabai rawit merah berkisar Rp8.000 per kg di tingkat petani.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Oke Nurwan menjelaskan bahwa penurunan harga yang terjadi akibat pergeseran musim tanam yang memicu harga melambung tinggi pada Mei dan turun pada Agustus.

Bahkan, anjloknya harga cabai disebabkan sepinya pasar akibat kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), yang merupakan kebijakan Pemerintah Indonesia sejak awal 2021 untuk menangani pandemi Covid-19 di Indonesia.

Demokrasi Biang Kegagalan

Malangnya nasib petani dalam sistem demokrasi ini diakibatkan karena lemahnya posisi petani serta kurangnya sokongan dari pemerintah. Sehingga petani dibiarkan dengan segala kesulitannya. Seperti keterbatasan lahan, kurang modal, kurang cakap teknologi pertanian, atau lemahnya posisi petani di hadapan para tengkulak.

Melihat kondisi seperti ini, negara seharusnya melindungi petani lokal dan bertanggung jawab penuh dalam mengurusi petani, mulai dari penyediaan lahan pertanian yang layak tanam, pupuk dengan harga terjangkau, memfasilitasi sistem irigasi yang memadai serta aman untuk lingkungan, menjaga stabilitas harga panen tanaman, hingga menjamin hasil panen terdistribusi dengan baik sampai ke tangan konsumen.

Islam Solusi Terbaik

Masalah pangan tak terlepas dari kebijakan negara di bidang ekonomi, Semuanya tercantum dalam sistem ekonomi Islam yang memiliki prinsip bahwa negara benar-benar memegang kendali, bukan diserahkan kepada swasta apalagi individu.

Negara juga harus berpegang teguh pada ideologi Islam dan syariatnya yang diambil untuk menjalankan pemerintahan-Nya. Islam dengan ideologinya mampu menangani kebutuhan pangan negaranya dengan tuntas. Negara Islam dengan sistem ekonomi Islamnya bertekad mewujudkan swasembada pangan dan menghindari ketergantungan impor.

Dalam Islam pemerintah sejatinya menjadi pengayom bagi seluruh rakyat. Penguasa meriayah rakyat serta memastikan kebutuhan rakyatnya terpenuhi dengan baik. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw,” Imam (Khalifah) adalah raa’in( pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya”(HR. Al Bukhori). Wallahu àlam bisshawwab.[]

Comment