Baliho Politisi Antara Pencitraan Dan Penanganan Pandemi

Opini648 Views

 

 

Oleh : Diana Eka Sri Agustin, A.Md, Writer Freelancer

_________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Analis politik dan Direktur Eksekutif Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago, berharap Partai Demokrat dan PKS tetap konsisten di pihak oposisi bila PAN betul merapat ke koalisi pemerintah.

Pangi menyebut negara tanpa ada kekuatan oposisi tidaklah baik.

“Sudah 82 persen koalisi pendukung presiden, tinggal PKS dan Demokrat, semoga konsisten tidak jadi tukang stempel dan mengamini semua kebijakan pemerintah,” ungkap Pangi seperti dikutip tribunnews, Sabtu (28/8/2021).

Belum usai wabah covid -19 menyerang negeri ini, para politisi itu berlomba memasang baliho untuk mendapat simpati rakyat.

Beberapa partai politik pun berlomba-lomba dan merapat ke barisan koalisi pemerintahan guna menyelamatkan kepentingan politik mereka. Padahal jalannya suatu kepemimpinan idealnya harus memiliki kekuatan koalisi dan oposisi yang berimbang.

Jika kekuatan persentase koalisi terlalu besar, hanya akan mereduksi peran parlemen terkait check and balances. Tanpa kekuatan oposisi maka yang terjadi adalah pemerintahan yang kolutif dan koruptif.

Tetapi apalah daya meskipun kondisi ekonomi rakyat masih sulit, para petualang politik tetap fokus dengan permainan mereka. Sungguh ironis, masyakat yang semestinya menjadi prioritas utama dan tanggung jawab para pemangku jabatan justeru termarginalkan oleh kepentingan politik mereka. Kepedulian terhadap rakyat seakan terpinggirkan oleh kepentingan tersebut.

Padahal kepedulian ini merupakan janji janji mereka sebelum memperoleh jabatan dan posisi dulu?

Jika melihat negeri dengan sumber kekayaan alam yang begitu melimpah ruah seperti batu bara, karet, sawit, gas alam, emas, dsb,   mustahil kekayaan alam ini tidak mampu mensejahterakan seluruh rakyatnya.

Namun, meskipun SDA bertebaran Di sana sini, masih banyak masyarakat yang tidak memiliki rumah, anak-anak putus sekolah, pelayanan kesehatan yang tidak merata, dsb.

Kondisi ini tentu memukul hati rakyat, mestinya penguasa paham bagaimana menjadi seorang pemimpin yang mampu menjadi pelayan bagi rakyatnya. Tetapi lagi-lagi jauh panggang dari api semua itu tidak terealisasi.

Prinsip dan slogan demokrasi yang menyatakan dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat itu hanya pemanis bibir alias lips service belaka yang bermuara pada sebuah pencitraan.

Pemenang dalam sistem yang digaungkan dunia Barat ini tidak lagi mementingkan urusan demi hajat hidup orang banyak. Tolak ukur kebijakan dalam sistem turunan kapitalisme ini hanya menguntungkan individu maupun kelompok yang ‘memiliki uang’.

Berebut jabatan dengan kampanye dan menggelontorkan dana yang tidak sedikit agar menjadi pemenang sudah menjadi ciri khas sistem ini.

Manusia sesungguhnya sangat lemah, terbatas, mudah khilaf dan memiliki banyak kekurangan. Kelemahan ini sejatinya membuat manusia sadar bahwa sistem yang lahir dari manusia yang lemah tidak akan mampu menyelesaikan persoalan manusia yang kompleks. Sekulerisme dan apapun sistem itu sangat lemah dan rapuh sehingga tidak tepat dijadikan sebagai landasan hidup manusia.

Sudah saatnya manusia melakukan kritik terhadap sistem ini dan mencari alternatif sistem yang lebih baik dan universal. Islam sebagai aturan yang pernah memberi kesejahteraan dan keadilan selama 13 abad tanpa pandang bulu ini perlu mendapat kajian alternatif. Islam hadir tanpa ada celah kezaliman sebagaimana sistem yang lahir atas pemikiran manusia yang lemah. Islam sangat tegas mengancam pelaku kezaliman

Dalam hadits ditegaskan bahwa para pemimpin zalim yang menipu rakyat dengan janji-janji palsunya, diharamkan baginya surga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنِ اسْتَرْعَاهُ اللهُ رَعِيَّةً ثُمَّ لَمْ يُحِطْهَا بِنُصْحٍ إِلَّا حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الجَنَّةَ. متفق عليه. وفي لفظ : يَمُوتُ حِينَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاسِ لِرَعِيَّتِهِ إِلَّا حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ.

“Barangsiapa yang diangkat oleh Allah untuk memimpin rakyatnya, kemudian ia tidak mencurahkan kesetiaannya, maka Allah haramkan baginya surga” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim].

Dalam lafadh yang lain disebutkan : ”Ia mati di mana ketika matinya itu ia dalam keadaan menipu rakyatnya, maka Allah haramkan baginya surga”

Dalam sistem Islam, pemimpin atau khalifah sebagai pemegang kuasaan tertinggi tetap diminta pertanggung jawaban terhadap semua kepemimpinannya di hari hisab kelak.

Menjadi seorang khalifah sejatinya memiliki rasa empati yang tinggi terhadap kehidupan masyarakat. Tingginya iman seseorang khalifah menjadikan dirinya sebagai pelayan yang benar-benar mampu mensejahterahkan seluruh rakyat. Kampanye dan pencitraan melalui baliho bukan hal penting dan urgen Di saat rakyat dalam keadaan sulit.

Islam dan sistem pemerintahan  berupaya semaksimal mungkin mewujudkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Tidak akanbada kampanye dan baliho pencitraan yang menghamburkan banyak anggaran.

Rkyat senantiasa diajarkan melakukan amal ma’ruf nahi munkar dan tidak akan menggunakan cara kotor seperti politik uang maupun politisasi agama dalam rangka mendapatkan kursi pemimpin.

Islam merupakan aturan yang komprehensif, tidak hanya mengatur (ruhiyah) saja seperti akidah, ibadah, tetapi mengatur seluruh dimensi kehidupan manusia termasuk Di dalamnya pemerintahan.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata’ala.

Artinya :

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS Al-A’raf: 96).Wallahu Alam Bishowab.[]

Comment