Suhaeni, M.Si |
RADARINDONESIANEWS. COM, JAKARTA – Dua garis biru merupakan film bergenre remaja yang lagi viral saat ini. Pasalnya film besutan Gina S. Noer ini tengah menuai kontroversi. Film berdurasi 103 menit ini berada dalam kerjasama studio produksi Starvision dan Wahana Kreator. Saat trailer yang diunggah di akun youtube Starvision Plus, banyak netizen yang protes. Ya, protes terkait isi cerita dalam film tersebut. Meskipun menuai protes keras, film ini tetap rilis di bioskop-bioskop Indonesia mulai kamis tanggal 11 Juli 2019.
Adegan di luar batas yang diperankan oleh Angga Yunanda (Bima) dan Zara JKT48 (Dara) sangat tidak layak ditonton. Dalam film ini remaja disuguhkan sajian gaya pacaran yang kebablasan dari dua remaja yang masih duduk di bangku SMA. Hingga hubungan keduanya berujung pada “dua garis biru” (baca: hamil).
Tanda dua garis biru bagi pasangan suami istri yang sudah halal memang bukanlah sesuatu yang menakutkan, bahkan bisa jadi tanda ini sangat diinginkan. Apalagi jika pasangan tersebut sudah bertahun-tahun tak juga diberi momongan. Tapi, beda cerita jika dua garis biru menyasar pada pasangan muda-mudi yang tidak ada status pernikahan. Jelas ini adalah perbuatan ZINA.
Miris! Remaja semakin hari semakin dihantui monster yang bernama pergaulan bebas. Mulai dari tontonan televisi, media sosial, lingkungan yang mendukung dan minimnya kontrol keluarga maupun masyarakat terhadap pergaulan mereka.
Pacaran menjadi sesuatu hal yang tak tabu lagi. Bahkan, ketika remaja menolak pacaran mereka _dibully_ dan dilabeli tidak normal. Parahnya, yang melakukan pacaran bukan hanya anak-anak yang duduk di bangku SMA atau pendidikan tinggi saja, tapi anak segede _“pitik”_ yang duduk di bangku SD sudah mengenal pacaran. Parahnya gaya pacaran mereka sangat kebablasan.
Tidak sedikit pula remaja yang sudah paham hukum pacaran itu haram. Tapi, anehnya masih banyak yang enjoy melakukannya. Bahkan ada yang berseloroh, “jangan ikut pengajian, nanti ujung-ujungnya kamu dilarang pacaran, kamu disuruh putusin pacar, de el el”_. Inilah tipe remaja yang ogah dibawa masuk surga.
Bullshits!_ Ketika ada yang beralasan bahwa _“kami pacaran sehat kok”, “pacaran itu bagus loh buat penyemangat, jadi bisa meningkatkan prestasi akademik”, “bagaimana bisa tau kalo dia baik, kalo tanpa pacaran”._ Ah, segambreng alasan yang mengada-ada. Dalam Islam hukum pacaran tetap HARAM. Karena pacaran menjadi kunci perbuatan zina.
Film dua garis biru sudah sangat jelas dan terpampang nyata, bahwa film ini mengkampanyekan pergaulan bebas dan menolak nikah dini. Meskipun banyak yang berdalih bahwa film ini bagus buat diambil pelajarannya. No…no…no! Bukan cara seperti ini Islam mengajarkan remaja tentang bahaya pergaulan bebas. Bagaimana tidak? Adegan yang diperankan oleh pemeran utama (Angga dan Zara) saja sudah tidak diperbolehkan. Apalagi Zara yang aslinya masih berusia 15 tahun. alih-alih bisa mencegah pergaulan bebas, eh malah sebaliknya menyuburkan prilaku gaul bebas di kalangan remaja. Jadi, film ini bukannya mendidik justru malah menghantui remaja.
*Liberalisme-Kapitalisme Menjadi Biang Kerok*
Kamu tau apa itu liberalisme? Ya, liberalisme adalah paham ala Barat yang memberikan kebebasan kepada individu, dengan kebebebasan yang sebebas-bebasnya. Paham ini mengajarkan kepada generasi muda untuk bebas berbuat tanpa mempertimbangkan aturan agama. Maka tidak heran ramaja saat ini dengan bebas mengekspresikan pemikiran dan prilakunya. Atas nama cinta maka mereka bebas melakukan apa saja. Karena menurut mereka, bahagia itu bukan terletak pada rida Allah. Tapi pada kepuasan yang bersifat materi dan duniawi.
Selain liberalisme, faktor lain yang menyebabkan rusaknya remaja adalah sistem kapitalisme yang saat ini bercokol di negeri ini. sistem ini memihak kepada para pemilik modal. Terbukti, film ini meskipun sudah menuai protes, tapi tetap tayang. Karena mereka memiliki modal besar. Parahnya, para pemodal biasanya membidik film-film yang sedang digandrungi remaja, misal film seputar kisah cinta para remaja. Para pemodal melihat ini sebagai ladang yang bisa mendatangkan keuntungan yang menggiurkan bagi mereka. Tak peduli film ini akan merusak generasi atau tidak. _Naudzubillah…_
*Sistem Islam Memberantas Pergaulan Bebas*
Penanaman nilai-nilai Islam menjadi syarat utama untuk menumbuhkan sikap imun (kebal) terhadap semua bentuk serangan kemaksiatan. Dengan pembinaan akhlak dan hukum-hukum Islam, diharapkan para remaja mampu mengatur prilakunya sehingga tidak terjerumus pada jurang kemaksiatan.
Selain pembinaan agama, yang perlu dilakukan adalah meminimumkan segala bentuk rangsangan. Hal ini karena, banyak remaja yang sudah tahu bahwa pergaulan bebas itu berbahaya dan berdosa di hadapan Allah SWT, namun mereka tetap terjerumus juga. Itu terjadi karena derasnya arus rangsangan dalam lingkungan masyarakat sehingga mereka tak mampu menolak dan menahan gejolak jiwa yang mulai terpengaruh. Oleh karena itu, mencegah munculnya rangsangan ini mestilah menjadi tanggung jawab semua pihak.
Biasanya rangsangan yang sering muncul berupa pornografi dan pornoaksi yang bertebaran di media. Baik media sosial maupun dalam bentuk film. Mudahnya akses internet terhadap hal-hal yang berbau pornografi dan pornoaksi disinyalir menjadi faktor penyebab merebaknya pergaulan bebas di kalangan remaja. Apalagi lemahnya kontrol pemerintah. Terbukti sampai detik ini pemerintah belum berhasil memblokir seluruh konten yang berbau pornografi dan pornoaksi tersebut.
Secara umum, mencegah munculnya pergaulan bebas memerlukan usaha individu, keluarga, masyarakat serta negara. Setiap remaja mesti memelihara diri dari perbuatan maksiat dengan ketakwaan kepada Allah SWT. Tatkala seorang muslim sudah memiliki ketakwaan, pasti dia akan memiliki rasa takut terhadap azab Allah SWT, akan mendambakan surga-NYA dan sangat ingin meraih keridaan-Nya. Ketakwaan itulah yang akan memalingkan remaja dari kemaksiatan kepada Allah SWT. Karena dia senantiasa merasa diawasi oleh Allah SWT (Q.S. Alhujurat :18).
Keluarga juga memiliki peran penting dalam menumbuhkan kesadaran remaja. Mereka memberikan bimbingan agama, perhatian dan kasih sayang yang cukup, keteladanan yang baik dan pengawasan yang efektif.
Dan, yang paling penting adalah peran negara. Negara membentuk sistem dan tata aturan dalam bermasyarakat untuk mengendalikan pergaulan bebas. Namun, masalahnya hingga saat ini peran negara masih lemah. Boro-boro mau menerapkan hukum Islam secara sempurna, memblokir situs porno saja tidak benar-benar serius. Lalu, sistem apa yang bisa mewujudkan hukum Islam diterapkan secara sempurna? Tidak ada lagi sistem yang paling sempurna selain Islam. Aturan Islam diturunkan dari Rabb Yang Maha Tahu atas seluruh hamba-Nya. Menurut catatan sejarah, selama berabad-abad Islam diterapkan hanya terdapat sekitar 200 kasus yang diajukan ke pengadilan. So, tindak kemasiatan berupa pergaulan bebas akan mudah diberntas dengan menerapkan sistem Islam secara kaffah dalam bingkai Daulah Khilafah Islamiyah. Wallahu a’lam bishawab.[]
Comment