Urgenkah Produksi Laptop Lokal di Masa Pandemi?

Opini669 Views

 

 

Oleh:  Silmi Dhiyaulhaq, Praktisi Pendidikan

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Pandemi masih belum usai, angka penambahan kasus per hari pun masih tinggi. Namun, di tengah pilu rakyat menelan segala duka, Pemerintah malah menyiapkan anggaran sebesar Rp17 triliun untuk pengembangan laptop lokal yang kemudian disebut laptop merah putih. Hal itu disampaikan Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pada 22 Juli 2021.

Luhut menyebut terdapat enam produsen laptop dalam negeri dengan nilai tingkat kandungan dalam negeri 25 persen dan telah dapat memenuhi kebutuhan pengadaan Kemendikbudristek dan Pemda pada tahun ini.

Mengutip Tempo, Senin (26/7/2021), enam produsen itu adalah PT Zyrexindo Mandiri Buana, PT Tera Data Indonusa, PT Supertone, PT Evercoss Technology Indonesia, PT Bangga Teknologi Indonesia, dan Acer Manufacturing Indonesia. Luhut mengungkapkan kesiapan produksi laptop dalam negeri ini adalah 351 ribu unit pada September 2021, dan total sebanyak 718.100 unit pada November 2021.

Lantas, salahkah bila negeri ini ingin mengembangkan laptop lokal buatan dalam negeri? Jawabannya, tentu sah-sah saja bila Indonesia ingin meraih kemandirian dalam pengadaan laptop di tengah program digitalisasi di segala bidang. Masalahnya adalah rakyat saat ini sedang memerlukan hadirnya pemerintah untuk membantu mereka melewati masa pandemi.

PPKM yang sudah diterapkan hingga level 4 dan diperpanjang lagi hingga 9 Agustus 2021 mendatang, sungguh tidak mudah bagi rakyat. Banyak rakyat kecil yang tidak bisa makan karena usahanya terdampak PPKM. Mengapa pemerintah tidak mengalihkan alokasi anggarannya untuk bantuan sosial atau sediaan medis terlebih dahulu yang kini kondisinya belum memadai untuk menampung para pasien Covid-19?

Padahal masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan bantuan sosial. Tak sedikit pula masyarakat yang isoman tanpa pelayanan medis yang memadai akhirnya harus meregang nyawa.

Inilah gambaran pemerintah yang tidak mengedepankan rakyat. Berbagai kebijakan yang diambil hanya menambah kekecewaan rakyat yang sedang berjibaku agar dapat bertahan hidup di masa pandemi ini. Belum pula diketahui kapan pandemi ini akan berakhir.

Pemerintah seperti ini niscaya akan tetap ada selama aturan yang dipakai adalah sistem kapitalisme neoliberal karena memang tipe pemimpin seperti itu yang dicetak dalam sistem tersebut.

Kapitalisme neoliberal memandang pemerintah hanya sekedar menggunakan otoritasnya sebagai penguasa dengan berbagai kebijakan yang secara fakta lebih banyak berpihak pada pengusaha atau pemilik modal.

Tujuan utama yang ingin dicapai bukanlah kemaslahatan atau kesejahteraan rakyat, melainkan manfaat dan keuntungan secara ekonomi semata. Rezim neolib ala sistem kapitalisme ini begitu perhitungan bahkan terkesan pelit kepada rakyat. Namun, di sisi lain begitu loyal kepada para pengusaha dan pemilik modal. Maka bila benar pemerintah akan membangun industri laptop merah putih, tentu ini merupakan angin segar bagi para pemilik modal.

Kondisi ini sangat berbeda dengan Islam. Islam memandang bahwa negara bertanggung jawab penuh atas kebijakan maupun regulasi terkait berbagai urusan dan kebutuhan hidup rakyatnya.

Saat terjadi pandemi, Islam memprioritaskan penyelamatan nyawa sejak awal pandemi terjadi. Pada titik ini pula alokasi anggaran dipusatkan sebab nyawa seorang manusia sangat berharga di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Hilangnya nyawa seorang muslim lebih besar perkaranya daripada hilangnya dunia. Selain untuk penyelamatan nyawa, kebijakan tersebut dilakukan agar sistem kesehatan negara tidak mengalami kolaps.

Sungguh para khalifah telah mencontohkan sikap teladan mereka dalam mengurusi rakyat. Salah satunya kisah kehidupan dan kepemimpinan khalifah kedua kaum muslimin, Umar bin Khattab ra.

Ketika terjadi krisis, Khalifah Umar ra. melakukan beberapa hal berikut: pertama, ketika terjadi krisis ekonomi, sang Khalifah memberi contoh baik dengan cara berhemat dan bergaya hidup sederhana, bahkan hidup lebih kekurangan daripada rakyatnya; kedua, langsung memerintahkan untuk membuat posko-posko bantuan.

Penguasa dan pemimpin yang amanah seperti ini, mustahil bisa tercipta dari sistem kapitalisme yang asas dan aturannya banyak bertentangan dengan Islam.

Walaupun dalam sistem Islam pemimpin juga bukanlah malaikat, akan tetapi sistem yang bersumber dari al-Qur’an dan as Sunnah akan mampu meredam hawa nafsu serakah penguasa. Sistem Islam akan menumbuhkan rasa takut seorang pemimpin kepada Rabb-Nya atas segala kebijakan yang dikeluarkan untuk mengurus rakyatnya.

Semua kebijakannya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak. Rasa takutnya itu akan membuatnya berhati-hati dan serius mengurus rakyat serta memenuhi segala kebutuhannya. Bukan hanya memperkaya diri dan orang-orang di sekitar kekuasaannya saja.

Semoga apa yang terjadi saat ini semakin menguatkan keimanan dan menyadarkan kita bahwa hanya sistem Islam yang mampu melahirkan pemimpin yang amanah. Sistem ini pun tidak akan memihak karena diturunkan Allah untuk mengatur seluruh manusia di bumi Allah hingga terwujud rahmat bagi seluruh alam.Wallahu’alam bishshawab.[]

Comment