Oleh: Widya Rahayu, Lingkar Studi Muslimah Bali
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Investasi besar di tengah pandemi makin tak terkendali di negeri ini. Banyak nyawa mati, dana bansos di korupsi, akibat penguasa tak punya empati.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengumumkan rencana produksi laptop dalam negeri, menyedot anggaran puluhan trilyun.
Pemerintah berambisi menciptakan barang elektronik dalam negeri, salah satunya laptop merah putih yang pembuatannya menggandeng produsen laptop dalam negeri seperti PT Xyrexindo Mandiri Buana.
Indonesia akan segera memiliki laptop dan tablet Merah Putih yang dikembangkan konsorsium industri TIK bersama Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, dan Universitas Gadjah Mada. Dengan alasan agar tidak ketergantungan terhadap produk impor.
“Belanja pemerintah untuk produk dalam negeri betul-betul kita dorong. Tidak boleh kita impor-impor, padahal kita bisa produksi. Harus dibasmi orang-orang yang masih main di sini,” ujar Luhut dalam tayangan YouTube Kemenko Marves, Kamis, 22 Juli 2021 (Sukabumiupdate.com, 22/7/2021).
Mengapa pemerintah tidak mengalihkan alokasi anggarannya untuk bansos atau penyediaan medis?
Program ini dirasa kurang tepat di tengah pandemi saat ini. Rakyat membutuhkan perhatian nyata pemerintah dalam hal kebutuhan pokok dan kesehatan. Para nakes sudah mulai tumbang dan usaha rakyat mulai hancur diterpa pandemi.
Perekonomian menurun rakyat butuh dana nyata tanpa syarat untuk memulai usaha baru dan para nakes membutuhkan alat bantu kesehatan terbaru dan memadai yang cukup untuk melakukan tugasnya.
Pemerintah harus lebih fokus dengan rakyat karena pandemi yang tak kunjung selesai. Tingkat kematian yang tinggi yang terjadi membuat rakyat banyak yang kehilangan anggota keluarga, istri kehilangan suami, suami kehilangan istri, banyak anak yang menjadi yatim piatu dalam kondisi memprihatinkan, kekurangan serta kelaparan.
Seharusnya pemerintah lebih bijak mengeluarkan dana yang jumlahnya cukup besar dan semestinya dapat menuntaskan kesulitan rakyat dan menstabilkan ekonomi, dengan menjadikan kesehatan dan keselamatan nyawa sebagai prioritas.
Rakyat tidak tau harus minta tolong kemana. Pemerintah saat ini tidak maksimal mengurusi rakyat.
Aneh, di tengah susahnya hidup rakyat akibat Pandemi dan PHK pemerintah malah mencetuskan program pengadaan laptop untuk pendidik dengan dana Rp17,42 trilyun.
Pemerintah telah offside melaksanakan kebijakan nonprioritas dan seakan mengenyampingkan persoalan dan penderitaan rakyat akibat pandemi. Proyek ini bagus tapi tidak tepat direalisasikan saat rakyat menderita.
Rakyat kelaparan, para nakes mulai tumbang, namun yang terjadi para penguasa sibuk dengan kebijakan sektoral yang bukan prioritas.
Kapitalisme sekuler telah mematikan rasa dan empati. Manusia tanpa empati atau kapitalisme yang tidak punya hati?
Kapitalisme-sekuler memberi ruang lebar sehingga penyimpangan terjadi dalam relasi politik, ekonomi, sosial dan budaya.
Hanya sistem Islam yang mampu menyelesaikan masalah sesuai ajaran Rasulullah SAW yang sudah terbukti mampu bertahan sampai 14 abad.
Islam sebagai the role of life memiliki peraturan yang sempurna dengan merujuk pada kaidah universal yang berasal dari Pencipta manusia. Bukan aturan dari sebuah pemikiran dan kesepakatan bersama dengan sudut pandang manusia. Kapitalisme tidak pernah lahir dari Islam, sehingga wajar tidak akan sama aturan yang diberlakukan.
Islam sebagai rahmatan lil alamin bukan hanya sekedar bagaimana berdoa dan beribadah, namun ketaatan total pada perintah pencipta bahkan dalam ranah pemerintahan.
Islam memiliki model pengaturan dan strategi riayah yang mampu menjamin kesejahteraan semua umat manusia. Dalam konteks musibah, Islam tidak hanya menyelamatkan umat Islam namun seluruh umat manusia tanpa terkecuali.
Luar biasa perhatian Khalifah dalam meriayah rakyat, hingga sulit menemukan celah cacat sedikitpun sebaliknya, kapitalisme hanya berorientasi ekonomi dan menisbikan nilai nilai kemanusiaan.[]
Comment