Penulis: Arnisah, Mahasiswi
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Kebutuhan pangan merupakan hal pokok yang harus dipenuhi. Namun, seiring semakin pesatnya kemajuan zaman saat ini, maka semakin sulit pula kebutuhan itu terpenuhi. Sebab harga-harga bahan pangan yang melambung tinggi. Di Indonesia bahkan di berbagai belahan dunia, kesulitan itu tidak bisa dipungkiri. Apalagi ketika keadaan diserang oleh pandemi.
Dilansir dari republika.co.id , Suriah mengalami krisis pangan yang belum terselesaikan hingga kini.
Seorang pria dari Kota Zabadani mengatakan, keluarganya yang beranggotakan empat orang telah berhenti makan keju dan daging pada awal 2020. Kini dia hanya mengandalkan roti untuk makanan mereka.
Namun, dengan kenaikan harga roti dan adanya batasan pemerintah, dia dan istrinya terpaksa hanya memakan secuil roti tiap harinya.
“Kami memecah roti menjadi gigitan kecil dan mencelupkannya ke dalam teh agar tampak lebih besar,”
Krisis pangan di Suriah sangat tragis. Bahkan untuk mendapatkan sepotong roti saja sangat sulit sekali. Apa yang menyebabkan hal ini terjadi?
Berdasarkan laporan Human Rights Watch, konflik bersenjata selama satu dekade telah menyebabkan kekurangan gandum yang parah di Suriah akibat lahan-lahan pertanian semakin sedikit. Selain itu, banyak pula toko roti yang ikut hancur dan tidak dapat beroperasi selama konflik.
Kondisi itu diperparah dengan kebijakan distribusi roti yang diskriminatif, yang mana ada pembatasan jumlah roti bersubsidi yang dapat dibeli warganya. Roti pun menjadi barang yang diperebutkan di Suriah, banyak orang yang melakukan perjalanan melalui pos pemeriksaan untuk sekadar mendapatkan roti.
Sementara yang lainnya, berdesakkan menunggu di depan toko roti. Padahal, seringkali tidak ada cukup roti untuk semua orang yang telah mengantre. Pejabat Suriah mengatakan, yang diprioritaskan adalah memastikan setiap orang memiliki cukup roti, tetapi tindakannya menunjukkan sebaliknya.
Pemandangan yang biasa terjadi. Ketika kebijakan tidak sesuai dengan realisasi. Memenuhi tanggung jawab dengan setengah hati. Akhirnya memenuhi kebutuhan rakyat dengan pilih-pilih. Hal ini bukan hanya terjadi di Suriah, bahkan di seluruh dunia.
Kesenjangan ekonomi menjadi salah satu faktor penyebab. Sebab sistem ekonomi yang berjalan di dunia ini adalah sistem ekonomi kapitalis, yang hanya menguntungkan bagi kalangan tertentu. Sistem kapitalis hanya berpihak pada orang yang mampu mengelola dengan menguasai Sumber Daya Alam yang tersedia.
Sejak sistem Islam runtuh dan tidak memimpin dunia lagi, kesejahteraan dunia mulai tergadai dengan sistem kapitalisme yang selalu menjebak hidup dalam kesulitan. Kesengsaraan terus menghantui kehidupan. Lihatlah hari ini, bagaimana sistem kapitalis dapat mengeluarkan keadaan dari kesulitan yang terjadi?
Satu-satunya harapan umat adalah kembali pada sistem ketatanegaraan berdasarkan syariat Islam. Sehingga berbagai masalah kehidupan dapat terselesaikan, terlebih masalah krisis pangan yang hebat.
Negara mengambil peran dalam pengelolaan pangan rakyat. Negara adalah penanggung jawab utama dalam mengurusi urusan rakyat. Sehingga kita tidak perlu khawatir akan terperosok dalam sulitnya kehidupan.
Sudah saatnya bersama kita menyongsong tegaknya prinsip prinsip pemerintahan yang pernah menjadi mercusuar dunia. WallaahuA’lam bis shawab.[]
Comment