Mencari Solusi Alternatif Tuntaskan Persoalan Palestina

Opini858 Views

 

Oleh: Putri Hanifah*

RADARINDONESIAMEWS.COM, JAKARTA — Bulan Maret tahun 2021 menjadi penanda bahwa kita sudah melewati satu tahun pandemi. Tak hanya itu bulan ini juga menjadi penanda bulan Rajab yang sudah hampir berakhir.

Banyak peristiwa besar di bulan Rajab namun hanya berlalu tanpa makna begitu saja. Padahal bulan ini menjadi salah satu bulan haram yang Allah sebut langsung di dalam Alquran.

Bila tanggal 27 Rajab kita memperingati Isra-Mi’raj, maka tanggal 28 Rajab 1342 H, 100 tahun yang lalu umat Islam kehilangan perisai yang melindungi seluruh kaum muslimin.

Genap sudah tahun ini 100 tahun umat islam tanpa kepemimpinan dunia dan dipecah menjadi 50 negara bangsa yang masing-masing memiliki pemimpinnya sendiri. Masing-masing bangsa teraebut saling membanggakan tanah air dan bangsa swhingga memutus hakikat persaudaraan antara negeri muslim tersebut. Persaudaraan muslim tenggelam dan pupus oleh sekat bangsa antara satu dengan yang lainnya.

Sejak itulah negara negara muslim yang telah berdinding nasion mulai terjajah dan hidup di bawah kezaliman, kemiskinan dan penderitaan.

Tentu kita tidak lupa dengan deretan pende4itaan yang dialami kaum muslimin di Bosnia Herzegovina, Kashmir, India. Muslim Rohingya di Myanmar, Uighur di Turkistan Timur (Xinjiang), Suriah dan tentu Palestina yang setelah sekian puluh tahun lamanya menderita dan bersimbah darah oleh penjajahan Israel yang didukung oleh Amerika dan Eropa.

Sejarah pendudukan Israel yerhadap Palestina

Palestina berada di bagian Selatan negeri Syam. Penaklukan Palestina pertama kali dilakukan pada masa Kholifah Umar bin Khaththab pada tahun 15 Hijriah.

Setelah Palestina jatuh ke tangan tentara Salib, Salahudin Al Ayubi merebut kembali tanah Palestina. Berulang kali Yahudi (Theodore Herzl) melobi Sultan Abdul Hamid II untuk membeli tanah Palestina, namun usahanya dengan t3gas ditolak Sultan dan tak ada yang membuahkan hasil.

Namun mimpi buruk kaum muslim menjadi kenyataan ketika kedigdayaan Utsmani mengalami kekalahan pada Perang Dunia I. Kemenangan Inggris dan Perancis menyebabkan wilayah kaum muslim menjadi dua bagian melalui perjanjian Sykes dan Picot. Inggris mendapatkan Palestina, Kuwait, Irak, Iran, India dll. Sedangkan Perancis mendapatkan bagian Suriah, Aljazair, Sudan dll.

Dari sinilah Lord Rothchilds meminta Raja Inggris untuk memberikan wilayah Palestina kepadanya. Permintaan itu dikabulkan dan dituangkan dalam perjanjian Balfour tanggal 2 November 1917, yaitu sebuah kesepakatan penyerahan Palestina ke komunitas Yahudi yang kemudian secara paksa mendirikan “Negara” Israel bagi Yahudi di Palestina.

Memasuki Perang Dunia II, Amerika Serikat mengambil alih kekuasaan Inggris kemudian menggantikan Liga Bangsa-Bangsa (LBB) dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan memutuskan pembagian (daerah Palestina) melalui resolusi yang dikeluarkan oleh Majelis Umum pada 29 Oktober 1947.

Keputusan tersebut membagi Palestina menjadi dua. Sebagian besar wilayah Palestina diserahkan pada Yahudi. Selanjutnya Yahudi mendeklarasikan sebuah “Negara” Israel di tahun 1948. Tinggallah daerah Gaza yang tersisa untuk Palestina.

Nasib Palestina Hari Ini
Meski berita tentang penyerangan Israel kepada Palestina tidak kita dengar setiap hari, namun sesungguhnya muslim Palestina menghabiskan seluruh waktunya untuk menjaga setiap jengkal tanah yang diberkahi nan dijanjikan, Al Aqsha meski harus mengorbankan darah dan nyawa.

Tak sedikit kini negeri-negeri muslim menaruh harapan pada Presiden Amerika Serikat yang baru saja dilantik. Salah satunya Indonesia, dengan sejumlah harapan untuk pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Biden, termasuk soal Palestina. Benarkah kemuliaan Palestina akan terwujud di tangan mereka?

Bila melihat sejarah kependudukan Israel atas tanah Palestina, dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya penyebab utama terjadinya konflik di Palestina adalah dirampasnya tanah milik Palestina oleh Israel. Selanjutnya, Zionis Israel meminta tanah Palestina dibagi menjadi dua wilayah, yaitu Negara Israel (Perampas) dan Palestina sebagai pemilik sah.

Keberhasilan Israel merampas tanah milik Palestina dimulai dengan menaklukkan Negara Adidaya sebelumnya. Tak peduli berapa banyaknya nyawa dan harta yang dikorbankan, semua demi tergulingnya kedigdayaan Utsmani.

Maka setelah sekian lama kegagalan pelobian Israel kepada Sultan Abdul Hamid II, akhirnya Israel berhasil memukul mundur kedigdayaan Utsmani melalui perang Dunia pertama.

Sejak saat itulah Palestina menjadi negara yang stateless, tidak memiliki negara dan apapun yang Palestina lakukan adalah sebuah kesalahan.

Ratusan tahun lamanya Palestina tersiksa.  Sesungguhnya tidak ada solusi tuntas selain mengembalikan lagi kemuliaan umat melalui kepemimpinan islam dunia.

Berharap kepada Amerika? Inggris? PBB? Halo. Inggris itu adalah Ayahnya Israel, Amerika adalah Ibunya sedangkan PBB adalah bidannya. Maka bagaimana mungkin kita berharap kepada Amerika (Biden)?

Oleh karena itu, kebutuhan mendasar Palestina saat ini adalah bantun bentuk ril yakni militer untuk mengusir tentara Israel dari bumi Palestina. Bukan bantuan lain yang elementer sifatnya.

Jika kita analogikan, ada seorang perampok yang merampas sebuah rumah dan membunuh para penghuni lalu memaksa untuk membagi dua rumah tersebut. Bantuan apakah yang logis dan proporsional agar permasalahan analogi ini selesai?

Tentu kita harus membantu tuan rumah untuk mengusir perampok tersebut. Pemberian obat-obatan dan makanan sesungguhnya tidaklah mampu memutus persoalan Palestina.

Namun kenyataannya, pemimpin negeei negeri muslim diam tak bergeming dalam hal yang satu ini. Dari 50 negeri muslim yang ada, tak ada satu pun yang mengirimkan tentaranya. Mereka hanya mengecam dan mengecam tanpa mampu menghentikan tindakanperampasan  Israel atas Palestina. Kecaman itu sama sekali tak membuat takut Israel sedikitpun.

Mengapa para pemimpin negeri Muslim bungkam, bahkan negeri yang wilayahnya berbatasan langsung dengan Palestina justru manut pada AS?

Jawabnya adalah, mayoritas pemimpin negeri muslim telah takluk baik secara politis maupun ekonomi (kalau tidak mau dikatakan sebagai) antek Barat.

Atas nama kepentingan nasional, mereka rela melihat saudaranya teraniaya dan tezalimi. Buktinya, walaupun sudah jelas terang-terangan AS menyuplai senjata pada Israel dan mendukung penuh kependudukan, namun tak ada satupun negeri muslim yang membantu mengusir tentara Israel dari Palestina.

Seharusnya tak ada alasan bagi umat muslim untuk takut kepada AS, apalagi Israel. Meskipun saat ini industri militer dunia Islam dalam keadaan mundur, namun secara kuantitas potensi militer dunia Islam sungguh sangat besar. Satu persen saja dari semiliar penduduk dunia Islam, akan ada 10 juta tentara muslim yang siap membela kaum muslimin.

Akan tetapi, penggabungan potensi militer ini tak akan mungkin bisa dilakukan saat ini akibat nasionalisme yang mengakar kuat dalam benak umat muslim. Nation state telah menyekat negeri-negeri muslim dan menghilangkan nilai nilai ikatan persaudaraan (ukhuwah) atas nama keamanan dalam negeri.

Oleh karena itu, urgen untuk mencabut sekat-sekat kenegaraan karena itulah yang dicontohkan Rasulullah saw,  para Khulafaur Rasyidin, dan dilanjutkan para Khalifah selanjutnya yang telah menghimpun seluruh wilayah muslim dalam satu kepemimpinan internasional.

Puluhan juta tentara muslim dari seluruh wilayah di bawah naungan kepemimpianan dunia akan mampu mengusir tentara Israel. Bahkan, induk yang memberinya makan saat ini (AS) akan dengan mudah terkalahkan.

Sungguh, hal demikian tidaklah mustahil. Allah Swt. berjanji bahwa Islam akan kembali memimpin dunia. Problematik akut yang melanda seluruh negeri, terkhusus negeri-negeri muslim adalah akibat pengaruh dan infiltrasi peradaban Barat yang membius dunia islam. Jika sistem ini menjadi rujukan negeri-negeri muslim, maka tunggulah kehancurannya.

Kita ingin masalah Palestina menemui benang merahnya. Maka segeralah melakukan langkah langkah menuju persatuan dalam satu kepemimpinan sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat dahulu.[]

Sumber: muslimahnews.com

*Mahasiswi

_____

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat menyampaikan opini dan pendapat yang dituangkan dalam bentuk tulisan.

Setiap Opini yang ditulis oleh penulis menjadi tanggung jawab penulis dan Radar Indonesia News terbebas dari segala macam bentuk tuntutan.

Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan dalam opini ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawab terhadap tulisan opini tersebut.

Sebagai upaya menegakkan independensi dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ), Redaksi Radar Indonesia News akan menayangkan hak jawab tersebut secara berimbang.

Comment