Oleh : Deasy Yuliandasari, SE*
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA Perempuan merupakan makhluk terindah ciptaan Tuhan. Perempuan memiliki kebutuhan yang begitu kompleks. Mulai dari perawatan tubuh, pakaian, kendaraan, bahkan hunian menjadi peluang besar untuk dijadikan ladang bisnis. Perempuan merupakan peluang besar sebagai komoditi bisnis.
Ditunjang dengan kesetaraan gender yang menjadi program kaum feminis. Perempuan didorong untuk lebih aktif lagi dalam mengendalikan roda perekonomian baik dalam lingkup kecil atau keluarga hingga lingkup besar yaitu negara.
Dilansir oleh CNN Indonesia, 14/01/2021, Lembaga AS memberi jaminan kredit RP. 493 M untuk program pemberdayaan perempuan. Dengan kucuran dana tersebut diharapkan memberikan dampak yang baik untuk pemberdayaan perempuan.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa memajukan kesetaraan perempuan di Asia-Afrika dapat menambah US$4,5 triliun ke PDB kawasan tersebut pada 2025, atau meningkat 12 persen pertumbuhan rata-rata.
Namun CEO International Development Finance Corporation (DFC) Adam Boehler menyampaikan bahwa sampai saat ini kesenjangan gender yang masih luas menghalangi perempuan untuk mencapai potensi maksimal mereka.
Kemudian apakah benar bahwa kesenjangan gender yang membuat potensi perempuan tidak bisa tercapai maksimal? Dan apakah pemberdayaan perempuan yang digaungkan dalam sistem kapitalis ini benar-benar menjadi solusi masalah bagi perempuan itu sendiri?
Kesetaraan gender yang digaungkan oleh kaum feminisme sejak abad 18 dan berkembang pesat di abad 20 belum mampu menerjemahkan kesetaraan gender yang sesungguhnya.
Berbeda dengan Islam, perempuan dan laki-laki memang diciptakan berbeda agar mereka saling melengkapi dan tolong menolong dalam kebaikan, dan kesamaannya adalah keduanya akan mendapatkan pahala yang sama di mata Allah SWT atas kebaikan yang telah mereka kerjakan.
Bukan hanya sebatas profesi kerja yang telah digaungkan selama ini. Pantas saja jika saat ini dengan sistem kapitalis belum mampu untuk bisa memaksimalkan potensi terbesar perempuan.
Perempuan dalam sistem kapitalis hanya sebagai pendongkrak keuntungan kaum kapitalis itu sendiri. Dengan gaji yang murah dan ketelatenan bekerja perempuan dipaksa menjadi pendongkrak perekonomian.
Namun permasalahan perempuan tidak ada habis ujungnya. Masih banyak perempuan berada dalam keadaan terpaksa bekerja untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari hingga mengorbankan kewajibannya sebagai seorang istri atau ibu.
Berbeda jika sistem Islam ditegakkan, perempuan akan dimuliakan sesuai fitrahnya. Kewajiban menjadi seorang istri dan ibu akan didukung sepenuhnya oleh negara. Sehingga tugas utama seorang perempuan dalam Islam yaitu ummun warabbatul bait atau pengatur rumah tangga akan terlaksana.
Tidak akan ada lagi anak-anak yang kurang kasih sayang dari seorang ibu yang ditinggal kerja seharian. Para ibu akan mencetak generasi hebat yang akan mengembalikan kegemilangan Islam. Wallahu a’lam bishshawab.[]
*Perempuan pekerja
___
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat menyampaikan opini dan pendapat yang dituangkan dalam bentuk tulisan.
Setiap Opini yang ditulis oleh penulis menjadi tanggung jawab penulis dan Radar Indonesia News terbebas dari segala macam bentuk tuntutan.
Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan dalam opini ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawab terhadap tulisan opini tersebut.
Sebagai upaya menegakkan independensi dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ), Redaksi Radar Indonesia News akan menayangkan hak jawab tersebut secara berimbang
Comment