Oleh: Desi Wulan Sari, S.E, M.,Si*
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Wabah yang melanda dunia saat ini banyak meninggalkan duka yang mendalam. Rasa kehilangan orang-orang terdekat seakan menghantui mereka. Ketika negeri ini berada dalam cengkraman sistem kapitalisme, membuat semakin sulit hidup rakyat, khususnya saat menghdapi wabah Covid-19 saat ini.
Pasien yang meninggal dunia akibat Covid-19 masih terus bertambah. Dari data yang disampaikan Selasa, 1/12/2020 Satuan Tugas Penanganan Covid-19 terdapat penambahan kasus kematian sebanyak 136 orang. Penambahan tersebut menyebabkan total jumlah pasien Covid-19 meninggal dunia mencapai 17.081 orang (situsCovid19.go.id) dan (kemkes.go.id). Sementara itu, pemerintah melaporkan penambahan 5.092 kasus baru positif Covid-19.
Dengan demikian, jumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 menjadi 543.975 orang. Terhitung sejak pengumuman kasus pertama 2 Maret 2020. (kompas.com, 1/12/2020).
Fakta penambahan kasus kematian yang masih terus berlanjut, menunjukkan bahwa wabah ini sangat serius, dan masih akan mengakibatkan kematian dan semakin bertambah angkanya.
Kekhawatiran akan kematian akibat wabah ini bagi umat muslim khususnya, menjadi sesutu yang harus dihadapi dengan keihklasan. Apapun yang telah Allah tetapkan bagi hambanya, adalah takdir yang telah Allah siapkan sejak Ia memberikan ruh dalam jasad setiap umat manusia.
Kematian Karena Wabah
Bagi umat muslim, pandemi yang terjadi hari ini tidak lepas dari bagian takdir Allah Swt. Karena wabah besar seperti ini, pernah terjadi sejak zaman Rasulullah Saw. Dan dalam kondisi wabah itu, beliau telah mengingatkan bagaimana cara menyikapi sebuah wabah.
Bahkan, beliau mengatakan dalam hadisnya pahala yang dijanjikan Allah Swt kepada orang-orang yang sabar dan menerima sakitnya, walau kematian merenggutnya, maka Allah akan membalasnya dengan pahala syahid.
Dalam Islam, kematian adalah bagian dari siklus kehidupan makhluk-Nya. Namun, ada beberapa kematian yang digolongkan sebagai mati syahid atau berpahala syahid. Mati syahid bagi adalah meninggal ketika berperang atau berjuang di jalan Allah, membela kebenaran atau mempertahankan hak dengan penuh kesabaran dan keihklasan untuk menegakkan agama Allah.
Dalam satu hadis Nabi disebutkan, orang yang mati Syahid akan mendapatkan 7 keutamaan, yaitu:
1. Diampuni (seluruh dosanya) pada saat awal terbunuhnya.
2. Diperlihatkan di dunia tempatnya di surga.
3. Selamat dari fitnah kubur.
4. Diselamatkan dari hari yang sangat mencekam (Hari Kiamat).
5. Akan dipasangkan di atas kepalanya sebuah mahkota kebesaran dari Yaquut, yang nilainya lebih besar daripada dunia dan seisinya.
6. Akan dinikahkan dengan 72 bidadari.
7. Akan diperbolehkan memberikan syafa’at bagi 70 anggota keluarganya di akhirat kelak. (HR. At-Tirmidzi dan yang lainnya, dan ia berkata. Hadis ini derajatnya Hasan)
Dalam Sahih Muslim juga diriwayatkan sebuah hadis, Rasulullah bertanya:
“Siapa yang terhitung syahid menurut anggapan kalian?” Mereka menjawab, “Wahai Rasulullah, siapa yang terbunuh di jalan Allah maka ia syahid.” Beliau menanggapi, “Kalau begitu, syuhada dari kalangan umatku hanya sedikit.” “Bila demikian, siapakah mereka yang dikatakan mati syahid, wahai Rasulullah?” tanya para sahabat. Beliau menjawab, “Siapa yang terbunuh di jalan Allah maka ia syahid, siapa yang meninggal di jalan Allah maka ia syahid, siapa yang meninggal karena penyakit tha’un maka ia syahid, siapa yang meninggal karena penyakit perut maka ia syahid, dan siapa yang tenggelam ia syahid.”
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah hadis dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:
“Syuhada (orang-orang yang mati syahid) itu ada lima, ‘orang mati karena terkena penyakit tha’un (lepra), orang yang meninggal karena sakit perut, orang yang mati tenggelam, orang yang tertimpa bangunan rumah atau tembok; dan orang yang gugur di jalan Allah.”
Dalam riwayat lain, dari Jabir bin ‘Utaik, Rasulullah SAW bersabda:
“Syahid ada tujuh macam selain gugur (terbunuh) di jalan Allah; orang yang mati karena penyakit lepra adalah syahid. Orang yang mati tenggelam adalah syahid. Orang yang mati karena penyakit perut adalah syahid. Orang yang mati terbakar adalah syahid. Orang yang mati karena tertimpa bangunan atau tembok adalah syahid. Wanita yang gugur di saat melahirkan (nifas)”. (HR. Imam Thabrani)
Sehingga, wabah pandemi Covid-19 yang sedang terjadi saat ini telah banyak merenggut nyawa umat manusia.
Sebagian umat muslim meyakini dan para ulama menyebutkan bahwa kematian akibat wabah Covid-19 adalah kematian berpahala syahid. Namun, cara meperolehnya tidaklah mudah. Harus ada upaya penannggulangan dan pencegahan dengan sungguh-sungguh, dan tidak meremehkannya.
Semua karena kesadaran dan keikhlasan atas qada dan takdir yang telah Allah tetapkan baginya.
Sakit akibat terpapar Virus Covid-19, pengobatan maksimal yang telah dilakukan, upaya protokol kesehatan sedari awal wabah melanda pun telah ia lakukan. Namun, jika Allah menetapkan kematian, maka InsyaAllah pahala syahid yang akan diterimanya. Wallahu a’lam bishawab.[]
*Anggota Akademi Menulis Kreatif (AMK) Bogor
____
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat menyampaikan opini dan pendapat yang dituangkan dalam bentuk tulisan.
Setiap Opini yang ditulis oleh penulis menjadi tanggung jawab penulis dan Radar Indonesia News terbebas dari segala macam bentuk tuntutan.
Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan dalam opini ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawab terhadap tulisan opini tersebut.
Sebagai upaya menegakkan independensi dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ), Redaksi Radar Indonesia News akan menayangkan hak jawab tersebut secara berimbang.
Comment