Roy Tahsin.[Jajang Solihin] |
RADARINDONESIANEWS.COM, SUKABUMI – Tingkat intlektual rakyat tidak bisa distandarisasi. Ada yang mengkritik pakai data, ada juga yang mengkritik pakai data asal-asalan. Namun pada dasarnya Rakyat dituntut untuk peduli pada persoalan (polemik) yang ada. Akan tetapi tetap pada posisi yang konstruktif demokratis. Ungkap Roy Tahsin di kediamanya di Cisaat, Palabuhanratu – Sukabumi (07/01/18).
Menurut Roy Tahsin, selaku Kader Partai Amanat Nasional (PAN), sikap cuek pada persoalan bangsa dan daerah akan mendorong seseorang jadi apatis.
“Sementara sifat apatis menjadikan orang itu tidak punya jiwa patriot, militansi, perjuangan untuk mengubah suatu keburukan menjadi kebaikan.” Ujarnya.
Jadi, lanjutnya, siapa pun yang menjadi pemimpin harus bersikap legowo dengan kritik. Karena kritik adalah bentuk kepedulian rakyat dan tentunya mereka mengkritik karena cintanya yang sangat dalam terhadap pemimpin.
“Seribu kali rakyat berteriak mengkritisi seribu kali juga dibenarkan oleh kerangka demokrasi. Akan tetapi satu kali teriakan pemimpin yang arogan maka selamanya tidak akan diterima oleh rakyatnya.” Tambahnya.
Roy Tahsin meminta pemimpin agar proaktif dan masyarakat bisa mengkritik dalam artian untuk membangun.
“Karena bagaimanapun kritik adalah suplemen untuk kemajuan kearah yang lebih baik dari segala bidang.” Pungkasnya. (Jajang Solihin/Suryana).
Comment