Dinar Khair: Dilema Perempuan Dalam Pasung Kapitalisme 

Opini737 Views

 

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Kesetaraan gender yang memiliki dua mata pisau yang tentunya akan melukai penggenggamnya. Bagaimana tidak? Keinginan untuk menyetarakan posisi antara laki-laki dan perempuan membuat segala problematika hadir di tengah dilema antara mengisi peran di keluarga, atau mengikuti arus industri yang sudah pasti akan menyita waktu dan perhatian.

Kontribusi perempuan dalam dunia industri ini sesungguhnya kontraproduktif dengan perannya sebagai warabbatul bait. Terlebih setelah disahkannya UU Ciptaker yang peraturannya tidak memberi ruang terkait dengan persoalan perempuan itu sendiri. Kaum perempuan terpasung oleh kepentingan kapitalisme.

Dilansir theconversation.com, juru bicara Federasi Serikat Buruh Demokratik Kerakyatan (F-SEDAR), Sarinah mengatakan bahwa telah tercatat 15 kasus keguguran dan enam kasus bayi yang dilahirkan dalam kondisi sudah tidak bernyawa dialami oleh buruh perempuan.

Walau pihak pengusaha membantah akan hal tersebut karena perusahaannya telah melarang buruh perempuan untuk bekerja di shift malam, perusahaan itu tetap mendapatkan kecaman dari berbagai pihak. Karena para korban sudah bersaksi atas hal yang telah mereka alami selama bekerja hingga akhirnya mengalami kemalangan.

Demi mengejar efisiensi dan target produksi, perusahaan dengan tega mengabaikan hak pekerjanya terutama kaum perempuan yang memiliki keiatimewaan khusus dalam tubuhnya. Ini menjadi hal serius sekaligus dilematis bagi praktik industri dalam sistem kapitalisme dan kesetaraan gender yang selama ini digaungkan.

Kapitalisme Biang Permasalahan

Isu kesetaraan gender yang hingga kini terus digaungkan pengembannya memberikan keuntungan tersendiri bagi sistem kapitalisme yang mengagungkan produksi.

Feminisme mendorong para wanita bekerja mencari nafkah sebagaimana laki-laki dengan misi bahwa wanita juga bisa berdaya dan berpenghasilan. Atas dasar ini mereka berbondong-bondong mengejar karier hingga

jabatan tertentu lalu ikut larut dalam arus persaingan jenjang karier.

Namun ternyata hal ini pulalah yang membuat wanita ada dalam jurang bahaya. Paham feminis yang meracuni pemikiran itu membuat indikator kesuksesan tersendiri bagi seorang wanita. Semakin tinggi jenjang karier, semakin besar gaji yang didapat, maka semakin sukses ia di mata masyarakat.

Kasus pelecehan seksual, perselingkuhan hingga keluarga hancur berantakan, eksploitasi tenaga perempuan, hingga kasus kematian, menjadi benang kusut yang kini sulit diurai.

Solusi pragmatis pun mereka sajikan ke tengah masyarakat, berupa revisi peraturan yang ucapnya akan mengubah keadaan. Janji-janji manis dilantunkan, pun pemahaman kesetaraan terus disebarkan. Apakah akan memutus rantai permasalahan?

Pandangan Islam Terhadap Wanita

1. Hak yang sama antara laki-laki dan perempuan

Maha Adil Allah dengan segala kemudahan dari-Nya, dalam Al- Qur’an Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal, baik laki-laki maupun perempuan” (Q.S. Ali Imran: 93).

Islam hadir, kemudian mengangkat derajat perempuan pada tempat yang mulia. Bahkan tertera jelas bahwa hak seluruh hamba di hadapan Allah adalah sama. Tidak memandang laki-laki atau perempuan, atau pun melihat status, fisik dan harta seseorang.

Hanya ketakwaan seorang manusia yang membedakannya. Penimbangan amal di yaumil akhir kelaklah yang akan menentukan tempat kembali seseorang.

Islam pun dengan gamblang memberikan hak waris pada wanita, juga memberikan hak pisah dari suaminya dengan cara khuluk. Sekali wanita mengajukan khuluk, maka haram bagi kedua pasang suami istri itu untuk kembali rujuk. Pun dalam menentukan pasangan hidup, wanita diberikan hak penuh untuk memilih atas kehendaknya sendiri, pada sosok mana ia lebih condongkan hati.

Hak untuk menuntut ilmu, beraktivitas, aktif serta berkontribusi dalam masyarakat pun Islam memberikan jalan kemudahan asalkan tidak melanggar syari’at yang telah Allah tetapkan.

Maka, dari sisi mana ketidakadilan itu muncul?

2. Islam menjaga wanita sesuai fitrah

Penetapan syari’at atas wanita tentu ada maksudnya. Salah satunya adalah perintah berhijab syar’i dengan jilbab dan khirmarnya. Hal ini sering dianggap menyusahkan dan mengekang kaum wanita oleh para penganut paham feminis.

Dengan alasan kebebasan berekspresi adalah hak setiap manusia, islam dianggap telah memasung kebebasan tersebut. Maka tuduhan itu terbantahkan seluruhnya. Islam tidak pernah memasung, tapi menjaga seorang hamba sesuai dengan fitrahnya.

Dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 59 Allah berfirman, “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin : Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Ayat tersebut menjadi bukti bahwa Islam memuliakan perempuan. Demi menjaga fitrah wanita dengan bentuk tubuh yang indah, Allah menjaga agar tidak sembarang mata bisa melihat keindahannya sehingga printah hijab pun hadir untuk memuliakan perempuan.

3. Menempatkan wanita pada derajat yang sangat tinggi

Menjadi seorang istri dan ibu, kemudian menjalankan tugasnya dengan baik di rumah, menjadikan seorang wanita ditempatkan pada derajat yang tinggi.

Rasulullah saw. dengan tegas mengatakan bahwa memuliakan seorang ibu dengan perlakuan baik tiga kali lebih utama dibandingkan memuliakan seorang ayah. Syurga pun ada di bawah telapak kaki seorang wanita yang berstatus ibunda di rumahnya.

Wanita pun tidak boleh disakiti dan dizalimi sebagaimana sabda Nabi saw, “Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada para perempuan,” dan dalam riwayat yang lain, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah yang paling baik terhadap istriku.”

Bahkan di dalam rumahnya sendiri, Islam menempatkan wanita pada tempat yang tinggi. Diperlakukan bak ratu, diganjar pahala syurga bagi siapa pun yang menjalaninya dengan ikhlas dan sabar.

Karena peradaban Islam yang besar, dimulai dari rumah yang hidup oleh wanita shalihah sebagai madrasah utama bagi anak-anaknya.

4. Terjebak dalam hasut patriarki berasal dari Islam.

Pada akhirnya, banyak sekali muslimah yang terjebak dalam hasutan dan opini sesat tentang wanita. Kebebasan berekspresi membuat mereka lupa terhadap fitrahnya yang menentramkan. Berlomba-lomba membangkang pada Allah lalu menamakan diri mereka sendiri sebagai kaum “open minded”.

Islam dicitrakan seolah ketinggalan zaman. Lalu dengan berani mereka mengabaikan perintah Allah, hingga muncul beragam masalah.

Permasalahan yang terjadi pada buruh perempuan di Indonesia tidak akan muncul bila para wanita paham bahwa Islam hadir untuk memuliakan mereka.

Kehadiran laki-laki dengan tugasnya mencari nafkah, bukan semata karena mereka lebih unggul dari wanita. Tapi karena Allah menempatkan tugas dan tanggung jawab berat itu sesuai dengan fitrah pada proses penciptaannya.

Pun dengan aturan Islam tentang mempekerjakan manusia tidak akan zalim hingga mengakibatkan banyak jatuh korban. Industri yang ada tidak akan berorientasi pada keuntungan semata tapi berfokus pada pemberdayaan manusia termasuk di dalamnya kaum perempuan. Peradaban islam yang dulu hadir selama 14 abad lamanya, termahsyur dengan sistemnya yang memanusiakan manusia.

Maka sudah jelas bahwa hanya Islamlah agama yang paling sempurna. Bahkan terdapat cara pandang kehidupan di dalamnya. Peraturan kecil tentang cara masuk kamar mandi hingga bagaimana Islam mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara,  seluruhnya tertata rapi lewat keempat sumber syariatnya.

Mahabenar Allah dengan segala firman-Nya. Saatnya manusia kembali pada fitrah keislamannya, mengimani seluruh perintah Allah tanpa celah. Wallohualam bishowab. []

____
Referensi: https://tafsirweb.com/7671-quran-surat-al-ahzab-ayat-59.html
https://aceh.tribunnews.com/2020/07/17/islam-memuliakan-perempuan
https://theconversation.com/kasus-aice-dilema-buruh-perempuan-di-indonesia-dan-pentingnya-kesetaraan-gender-di-lingkungan-kerja-133010

Comment