Foto/Buddy Ac/radarindonesianews.com |
RADARINDONESIANEWS.COM – Setidaknya, sejak 10 tahun lampau, Penyanyi Glenn Fredly sudah bicara banyak tentang kegelisahannya pada kondisi Industri Musik Indonesia. Ketika itu, ia kerap menggunakan istilah ‘networking’ daripada ‘ekosistem’, antara satu elemen industri musik dengan elemen lainnya di seluruh wilayah tanah air.
“Antara satu jaringan dengan jaringan musik lainnya, harus seirama, senada dan harmonis. Harus dikelola secara terpadu, diseluruh wilayah Indonesia, baik di wilayah Barat Indonesia maupun di wilayah Timur Indonesia,” ungkap Glenn Fredly, Ketua Komite, ‘Konferensi Musik Indonesia’ (KAMI) Pertama, yang akan dihelat di Ambon pada tanggal 6 – 9 Maret 2018.
Gagasan utama dari pelaksanaan Konferensi Musik Indonesia (KAMI), menurut Glenn, adalah memperbaiki networking dan tata kelola Ekosistem dalam industri musik di tanah air, yaitu dengan cara mempertemukan antara pemerintah dengan pelaku industri.
“Kita berharap agar pemerintah dan pelaku industri bisa berdiskusi untuk memetakan masalah utama industri musik Indonesia, sebelum Ambon resmi ditetapkan sebagai Kota Musik Dunia,” ungkap Glenn, yang telah menggelar 5 kali diskusi seputar peranan Musik dalam Pemajuan Kebudayaan.
Lebih jauh Glenn menjelaskan bahwa muara dari diskusi antara pemerintah dan pelaku industri musik dalam Konferensi Musik Indonesia tersebut, agar lahir tatanan baru eksosistem musik Indonesia yang berkelanjutan serta munculnya kekuatan ekonomi baru, yakni ekonomi kreatif Indonesia.
Sejak 3 tahun terakhir, pemerintah melalui BEKRAF – Badan Ekonomi Kreatif, dengan 16 sub sektor ekonomi kreatif di dalamnya, termasuk musik yang menjadi ujung tombak selain sektor film dan kuliner.
Khususnya musik, menurut Triawan Munaf, Kepala BEKRAF, telah mengurai dengan tepat, tentang peran penting setiap spektrum musikal dalam rangkan menghidupkan Industri Musik Indonesia agar bisa berdaya guna dimasa depan.
“Kita harus terus berupaya agar data statistik yang menyebutkan bahwa kontribusi Musik belum mencapai target, karena baru 0,47% atau setara dengan 5,6 T, yang seharusnya lebih dari itu. Ini karena ekosistem musik belum ada bahkan terombang-ambing,” tandas Triawan, saat membuka avara Konprensi Pers menjelang Konferensi Musik Indonesia, yang berlangsung di Auditorium TVRI, Senayan, Jakarta.
Selanjutnya Triawan berharap banyak, agar pelaksanaan Konferensi Musik Indonesia di Ambon, bisa mengurai satu persatu peta permasalahan dalam eksosistem industri musik.
“Ujung dari segala kerja keras yang dilakukan oleh Glenn Fredli dan pelaku industri musik lainnya bersama pemerintah dalam melahirkan pola dan tatanan baru eksosistem, pada konferensi tersebut adalah melahirkan kesejahteraan bagi segenap insan musik,” simpul Triawan Munaf, sembari menjelaskan bahwa pemerintah tak bisa berjalan obyektif jika pelaku industrinya hanya berdiam diri saja. Apalagi, katanya, bukan hanya untuk kepentingan masa depan, tapi sekaligus untuk memperbaiki kesalahan masa lalu yang dialami oleh musisi tradisi maupun musisi pop industri.
Kerja kolektif tersebut, tentu saja membutuhkan dukungan media massa, yang diharapkan bisa menampklkan opini obyektif seklaigus positif tentang berbagai kendala dalam eksosistem industri musik di Indonesia.
Helmy Yahya, Direktur Utama TVRI, ikut memberikan argumentasinya, bahwa apa yang kini dikerjakan oleh komunitas musisi Indonesia, harus merupakan gerakan bersama dan menyeluruh dalam kerangka menata dengan baik dan benar kebudayaan kontemporer Indonesia.
“Yang jelas TVRI sebagai televisi publik, akan mendukung seluruh kegiatan kebudayaan dalam prespektif independensi, baik itu musik, maupun cabang kesenian lainnya,” jelas Helmy Yahya, yang kini diharapkan bisa menjadi kekuatan baru bagi masa depan TVRI agar bisa bersaing dengan banyaknya televisi swasta.
Helmy menambahkan, bahwa selain liputan langsung pada seluruh kegiatan Konferensi Musik Indonesia di Ambon selama 3 hari berturut-turut, TVRI akan tetap mengemas program musikal, paska konferensi musik tersebut.
“Khusus program musik, selain mengidupkan kembali acara yang pernah populer, kami juga akan mengemas program musik baru dari semua segmen musik, semua segmen usia penonton maupun segmen semua era musik,” tandas Helmy Yahya penuh optimisme, sembari menjelaskan, bahwa musik mulai era 60-an, 70an, 80an, 90an, 2000an, sampai era millenials akan menjadi ujung tombak program musikal di TVRI.
Kembali ke Konferensi Musik Indonesia, yang akan diselenggarakan selama tiga hari, tersebut, akan mempertemukan private sector, pemerintah, bersama TVRI, dibantu KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan), Kemendikbud (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan), dan banyak pihak lainnya.
Konferensi yang mengangkat tema ‘Raya Nada untuk Indonesia’ itu akan membahas permasalahan-permasalahan yang dialami seluruh lapisan pelaku industri musik. KAMI akan membahas ekosistem musik nasional secara menyeluruh.
“Ini adalah inisiatif kolektif yang datang dari ekosistem musik, dalam upaya bersama membangun ekosistem musik yang terkelola berkelanjutan, mencerdaskan dan menyejahterakan, serta keberadaan dari sebuah profesi,” simpul Glenn Fredly, yang juga mengundang Koordinator IMF – Indonesia Music Forum dari beberapa kota di Indonesia.
Di antara nama-nama, Anggota Indonesia Music Forum yang akan hadir adalah Ote Abadi, Pekak Jego, Tiro Sanchabachtiar (Bali), Anwar (Batu), Wahyu (Malang), Umaryadi Tangkilisan (Palu), Teuku Dalin (Yogyakarta), Erwin Moron (Cimahi), Budi Dalton (Bandung)
Semoga Konferensi Musik Indonesia di Ambon, kelak akan menjadi Pintu Gerbang untuk memasuki kejayaan Industri Musik Indonesia.[Buddy Ac]
Comment