RADARINDONESIANEWS.COM, CILAMAYA WETAN -Makanan Tahu gejrot sudah lama diketahui sebagai makanan khas dan favorit dari daerah Cirebon. Makanan popular asal ‘Kota Udang’ itu telah menyebar dan bahkan penjual tahu gejrot hampir mudah ditemui di banyak daerah, terutama di Jawa Barat.
Dengan semakin digemari tahu gejrot yang harganya cukup terjangkau, para pedagangnya pun tidak lagi asli berasal dari Cirebon. Misalnya, mang Agus, 46, adalah pedagang tahu gejrot dari Desa Baros, Kecamatan Tanggungan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
Agus Sebelumnya menggeluti berdagang tahu gejrot, pernah bekerja di sebuah pabrik bolu di Bandung pada tahun 1995-an. Namun tahun 2001 dengan alasan ingin mencoba mandiri, ia pun memutuskan meninggalkan diri sebagai pekerja di pabrik bolu dan beralih menjadi pedagang tahu gejrot.
Sejak memilih menjadi pedagang tahu gejrot, Agus memilih lokasi jualan di wilayah Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Penjualan tahu gejrot pun telah menjadi sumber mata pencaharian hidup Agus untuk memenuhi kebutuhan istri dan empat anaknya dari tahun ke tahun.
Dalam sehari, omzet penjualan bisa mencapai Rp 200 ribu. “Alhamdulillah, saya jualan tahu gejrot bisa mencukupi kebutuhan keluarga,” ungkap Agus saat diwawancari. Sabtu (15/08/2020).
Namun Agus mengeluh sejak merebaknya virus Corona atau Covid-19. Pendapatnya terus menurun dan para pembelinya terus berkurang jauh jika dibandingkan sebelum pandemi Covid-19.
“Sejak pandemi Corona, jumlah pembeli menurun dan dagangan sepi. Pendapatan kalau lagi lumayan saja hanya Rp 150 ribu. Kadang-kadang kurang dari itu ,” ucap Agus dengan sedikit lesuh.
Ketika pandemi Covid-19 datang, sejumlah usaha terkena imbasnya. Pendapatan masyarakat menurun dan bahkan banyak orang yang kehilangan pekerjaan. Sangatlah wajar jika pedagang kecil seperti Agus yang berjualan tahu gejrot, pendapatan turun drastis.
Namun Agus tak memiliki pilihan lain selain menjadi pedagang tahu gejrot. Ia harus melawan kondisi yang tak kondusif akibat pandemi Covid-19 demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Bahkan semenjak anak-anak tak lagi melakukan proses belajar di sekolah dan harus belajar di rumah sebagai bagian penerapan physical distancing, usaha penjualan tahu gejrot Agus mengalami menurun drastis.
“Dulu kan banyak anak sekolah yang jadi pelanggan tahu gejrot saya, sejak tak lagi belajar di sekolah, pendapat saya turun drastis. Padahal kebutuhan saya tetap besar selain untuk memenuhi kebutuhan keluarga saya juga harus setor cicilan sepeda motor,” keluh Agus.
Di sis lain, pemerintah melalui Kementerian Sosial (Kemensos) telah memberi bantuan langsung bagi warga yang terdampak Covid-19 berupa uang tunai Rp 600 ribu selama tiga bulan.
Saat ditanya apakah pernah menerima bantuan pemerintah, Agus menjawab dirinya belum pernah mendapat bantuan langsung tunai dari pemerintah.
“Saya pernah dengar ada yang dapat bantuan tapi sampai sekarang saya tidak mendapatkannya”.
Mudah-mudahan, saya dan warga lainnya bisa mendapatkan giliran bantuan untuk menutupi jualan yang sepi,” kata Agus yang dikenal ramah.[Suprianto]
Comment