Yuliana, S.Pd. M.Pd*: Tagihan listrik Naik. Rakyat Kian Tercekik

Opini552 Views

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Belum lama ini rakyat dikagetkan dengan tagihan listrik yang melonjak tinggi. Hal ini dikeluhkan oleh mayoritas masyarakat. Pasalnya, kenaikan ini justru terjadi di masa pandemi. Dimana ekonomi rakyat sedang dalam keadaan sulit.

Munculah dugaan adanya subsidi silang, rakyat beranggapan hal ini disebabkan pelanggan 450 VA mendapat subsidi sebagai konsekuensi pandemi sementara pelanggan lainnya tidak. Dugaan PLN menaikan tarif dasar listrik (TDL) diam-diam juga jadi sorotan.

PLN sendiri membantah dugaan tersebut. PLN menjelaskan bahwa TDL tidak naik, namun tagihan listrik lah yang naik. Direktur Niaga & Manajemen Pelanggan Bob Saril angkat bicara, “Pada intinya bahwa PLN itu tidak melakukan kenaikan tarif karena tarif itu adalah domain pemerintah. Kan sudah ada UU yang diterbitkan pemerintah melalui Kementerian ESDM. Jadi PLN tidak akan berani karena itu melanggar UU dan melanggar peraturan dan bisa dipidana bila menaikkan tarif,” ujar Bob dalam konferensi pers bertajuk ‘Tagihan Rekening Listrik Pascabayar’. (Detik.com, 7/6)

PLN juga menilai bahwa kenaikan terjadi karena banyaknya pemakaian listrik di rumah sebagai konsekuensi dari Work From Home (WFH) dan Belajar dari Rumah (BDR).

Kenaikan tarif ini paparnya di laman detikcom, (7/6/2020) murni disebabkan oleh kenaikan pemakaian dan kenaikan pemakaian ini murni disebabkan oleh banyaknya kegiatan yang dilakukan di rumah dibandingkan kegiatan sebelumnya pada era normal. Mungkin kita akan lihat juga bagaimana dengan new normal nantinya apakah juga mengalami kenaikan.

Adanya lonjakan yang dianggap tak masuk akal pun dinilai PLN karena petugas pencatat meteran tidak bertugas, sehingga tagihan listrik dihitung rata-rata dalam 3 bulan terakhir.

Lonjakan pada sebagian pelanggan tersebut seperti dilansir sindonews, (7/6/2030) terjadi semata-mata karena pencatatan rata-rata rekening sebagai basis penagihan pada tagihan bulan Mei, kemudian pada bulan Juni ketika dilakukan pencatatan meter aktual selisihnya cukup besar. Itulah yang menyebabkan adanya lonjakan.

Sungguh miris, kesulitan hidup masyarakat kian bertambah. Harapan rakyat pemerintah dapat membantu meringankan hidup mereka kandas sudah. Bantuan sosial sudah dikurangi, kini listrik pun demikian.

Setidaknya ada dua hal yang perlu dicermati dari keadaan diatas:

1. Milik Umat

Listrik adalah sumber daya milik umat atau masyarakat, sumber listrik adalah api dan termasuk kedalam 3 unsur yang dalam hadist nabi disebutkan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Manusia berserikat dalam tiga hal: air, padang rumput, dan api” (HR. Abu Dawud).

Di masa Rasul pun pernah terjadi adanya salah seorang sahabat yang meminta tambang garam, awalnya Rasulullah Saw memberikannya, namun kemudian di ralat dan dikembalikan.

قَالَ ابْنُ الْمُتَوَكِّلِ: ابْنِ عَبْدِ الْمَدَانِ، عَنْ أَبْيَضَ بْنِ حَمَّالٍ، أَنَّهُ وَفَدَ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاسْتَقْطَعَهُ الْمِلْحَ – قَالَ ابْنُ الْمُتَوَكِّلِ: الَّذِي بِمَأْرِبَ فَقَطَعَهُ لَهُ – فَلَمَّا أَنْ وَلَّى قَالَ رَجُلٌ مِنَ الْمَجْلِسِ: أَتَدْرِي مَا قَطَعْتَ لَهُ؟ إِنَّمَا قَطَعْتَ لَهُ الْمَاءَ الْعِدَّ، قَالَ : فَانْتَزَعَ مِنْهُ

Ibnu al-Mutawakkil bin Abdi al-Madan berkata, dari Abyadh bin Hamal, bahwa dia pernah datang menemui Rasulullah saw. dan meminta diberi tambang garam—Ibnu  al-Mutawakkil berkata—yang ada di Ma’rib. Lalu Rasul saw. memberikan tambang itu kepada Abyadh. Ketika Abyadh pergi, salah seorang laki-laki dari majelis berkata, “Apakah Anda tahu apa yang Anda berikan kepada dia? Tidak lain Anda memberi dia  air yang terus mengalir.” Dia (Ibnu al-Mutawakkil) berkata: Lalu beliau menarik kembali tambang itu dari dia (Abyadh bin Hamal) (HR Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i, Ibnu Hibban, al-Baihaqi dan ath-Thabarani. Redaksi menurut Abu Dawud).

Karena milik umat maka tugas negara adalah mengelola dengan sebaik-baiknya dan hasilnya diberikan kepada rakyat dengan biaya minim bahkan gratis. Apalagi di tengah pandemi saat ini, banyaknya pemakaian di rumah seharusnya bukan alasan kenaikan tagihan, karena landasan yang digunakan adalah melayani umat.

2. Tidak berbelit

Dalam Islam pelayanan penguasa kepada umat adalah mutlak merupakan kewajiban yang akan dimintai pertanggungjawaban.

عَنِ ابْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِىِّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – أَنَّهُ قَالَ « أَلاَ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالأَمِيرُ الَّذِى عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِىَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ »(رَوَاهُ مُسْلِمٌ)

Artinya: Dari Ibnu Umar RA dari Nabi SAW sesunggguhnya bersabda: sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara adalah pemimpin atas rakyatnya dan akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin atas anggota keluarganya dan akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang isteri adalah pemimpin atas rumah tangga dan anak-anaknya dan akan ditanya perihal tanggungjawabnya. Seorang pembantu rumah tangga adalah bertugas memelihara barang milik majikannya dan akan ditanya atas pertanggung jawabannya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya atas pertanggungjawabannya (HR. Muslim)

Kenaikan tagihan listrik diluar dugaan hingga sampai 300% membuat rakyat makin tercekik. Bahkan kasus pemilik bengkel yang tagihannya mencapai 20juta (jika tidak setuju) harus melayangkan protes ke Jakarta. Dan pasti butuh waktu yang tidak sedikit. Padahal listrik adalah kebutuhan pokok rakyat.

Birokrasi berbelit akan menyulitkan umat dan pada akhirnya membuat pemimpin lalai dalam mengurusi masyarakat.

Dengan landasan keimanan kepada Allah SWT. Dan keyakinan bahwa pemimpin adalah amanah. Maka, seorang pemimpin dalam Islam atau Khalifah selalu takut jika lalai dalam mengurusi urusan rakyatnya.

Ia akan berusaha sebaik mungkin dalam menjalankan amanah kepemimpinan tersebut. Karena ia tahu bahwa yang akan mengadilinya langsung adalah Allah azza wa jalla. Wallahu’alam bi ash-shawwab.[]

*Dosen STIKES

Comment