RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Al mar’ah imadul bilad idza shaluhat shaluhatil bilad wa idza fasadat fasadatil bilad
Wanita adalah tiang negara. Jika wanitanya baik, maka baiklah negara itu. Jika wanitanya rusak maka rusaklah negara itu.
Betapa mulia status perempuan di mata Islam. Kelembutannya mampu meneguhkan akhlak generasi yang lahir dari rahimnya. Kepiawaiannya mengatur rumah tangga memberikan ketentraman setiap penghuninya. Keimanannya menghidupkan ruh ketaatan dalam keluarganya.
Kecerdasannya mampu mencetak generasi cemerlang pembangun peradaban di masanya. Ketaatannya kepada suaminya mampu membawanya ke surga. Keshalihannya akan menjadi pilar penopang majunya sebuah negara.
Namun kini, segala kekuatan itu runtuh. Luluh lantak di hadapan peradaban materialisme. Hak nya terenggut, statusnya dikerdilkan oleh gender dan feminisme.
Visi besarnya mencetak generasi cemerlang hanya impian semata. Ketika sang Ibu disibukkan dengan profil perempuan sukses ala ide Barat dengan standar peradaban sekuler yang menghinakan kiprah perempuan. Kini generasi telah diasuh oleh lingkungan dan peradaban modern yang menjauhkan dari fitrah manusia.
Generasi millenial yang senang berfoya, bergaya hedonis dan konsumtif, alay dan apatis.
Kehidupan modern hari ini adalah bentukan peradaban Barat yang menjadikan sekulerisme sebagai pondasi dan kapitalisme sebagai penggeraknya. Makna kesuksesan direduksi sebatas kesenangan dunia dan memperoleh materi sebesar besarnya. Jauh dari cita-cita yang harusnya dimiliki seorang muslimah untuk mengabdikan dirinya membangun kehidupan sesuai syariatNya.
Inilah sebabnya kenapa cita-cita tinggi seorang muslimah selalu terbentur dengan banyak kesempitan hidup, kapitalisme telah memangsa dunia pendidikan, mengerdilkan cita-cita ilmu pemuda muslim hanya sekedar mendapat pekerjaan.
Pragmatisme merajalela, mengaruskan cita sebatas mengejar mimpi dan manfaat jangka pendek hanya untuk kepentingan dan kepuasan diri dan keluarga sendiri. Mengabaikan penderitaan orang lain. Sungguh, semua itu hanyalah kesuksesan yang semu.
Islam memposisikan perempuan sesuai fitrah penciptaannya. Seorang ibu dan pengatur rumah tangga. Peran itu tak menjadikannya merasa hina. Justru membuat derajatnya semakin mulia. Meletakkan surga di bawah telapak kakinya.
Tak sedikit pemimpin besar Islam yang lahir dari didikannya. Muhammad Al Fatih, Sholahudin Al Ayubi, generasi penakluk yang mampu meluluhlantakkan peradaban kafir di zamannya.
Umat sangat butuh generasi pemimpin yang akan mengeluarkan negeri ini dari kegelapan menuju cahaya. Kita membutuhkan seorang ibu yang mencetak pemimpin besar itu. Kita membutuhkan seorang istri yang akan berdiri disamping suaminya pada masa jihad dan saat melakukan dakwah.
Sungguh, kita membutuhkan Anda, produser pahlawan besar. Sosok yang selalu sabar dalam menanggung beratnya beban dakwah dan kesulitan, yang akan membawanya lebih dekat kepada Allah yang Maha Perkasa dengan mematuhi perintah-Nya.
Sosok ibu yang menatap jauh ke depan. Memiliki visi agung untuk mewujudkan peradaban Islam yang mulia. Seorang muslimah negarawan, dengan kemampuannya menembus cakrawala kehidupan, menapaki jalan yang terjal, menyingkap tabir kezaliman, menghadirkan secercah cahaya harapan.
Visi muslimah negarawan menuntut perempuan untuk melakukan 3 misi besar, diantaranya:
1. Intelektual peradaban
Menurut Imam Ghazali, ilmu adalah sesuatu yang mulia. Maka terlalu murah jika ilmu hanya diperuntukan untuk hal duniawi semata. Ilmu haruslah ditujukan untuk ibadah dan mencari hidayah. Seorang muslimah juga harus memahami tsaqofah islam (pengetahuan yang menjadikan akidah islam sebagai sebab pembahasannya) agar tidak terjerumus kepada pemikiran asing yang liberal.
2. Penggerak opini
Seorang muslimah harus senantiasa peka terhadap berbagai peristiwa yang menimpa umat Muhammad. Memberikan informasi dan solusi serta mengiringi geliat kebangkitan islam dalam pergerakan opini di media.
3. Ibu generasi penakluk
Ibu merupakan penentu masa depan negara. Dari tangannya akan terlahir generasi pemimpin yang siap menaklukan dunia. Membawa Islam menuju puncak kejayaannya. Dengan kekuatan dan keimanannya akan terlahir generasi yang kuat. Siap menanggung amanah dari langit untuk menebar kebaikan, mencegah dari yang mungkar.
Semoga para ibu kembali tersadar, perannya yang mulia menjadi ummun wa rabbatul bait akan membawanya menuju surga Allah. Tidak mudah goyah dalam mengemban visi besarnya, karena matanya menatap jauh ke depan menembus cakrawala. Bahwa tujuan utama hidupnya semata menggapai Ridha Allah. []
*Praktisi pendidikan
Comment