Bulir air mata yang berpendar di pelupuk matamu
Tak mampu menghalau duka yang semakin berkabut berarak pilu
Jerat hati yang membelenggu bisu
Sungguh menyesakkan dada dan menghujam kalbu
Bagaimana pancaran sinarmu tak kelabu?
Tiap hari disuguhi drama eksentrik atas nyawa yang raib
Kian hari dibuai syair melankolis bertajuk asa nan dusta
Sedangkan jubah kebesaran yang kau kenakan lenyap tak berbekas dimakan rayap
Menatap nanar nama dalam layar
Menata hati dan terantuk raga ketika kasih tulus untuknya bak pengekangan atas keterasingan
Sebuah dilema antara dirimu dan dirinya
Hingga kini tak kunjung hilang meskipun hanya sekelebat bayangan
Kau hanya diam sembari merajut pinta dalam untaian doa
Kau tempuh seribu cara untuk tak mendekati sang diva
Kecerdikanmu hanya untuk si rubah yang mencela
Dalam asa menyatukan hati yang mulai menjauh dari putihnya cahaya.[]
Comment