Lulu Nugroho: Kebebasan Berkelakar

Opini697 Views

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Berkelakar memang acapkali ada di dalam interaksi kita dengan orang lain, untuk menghangatkan suasana, melembutkan hati dan semakin memperkokoh persahabatan. Namun hal itu tidak harus menjadikannya sebagai hal utama dalam kehidupan. Apalagi jika kemudian dari hal tersebut diharapkan masuk pundi-pundi uang.

Sebagaimana yang baru-baru ini terjadi, seorang youtuber asal Bandung mendadak viral karena salah satu aksinya. Bukan prestasi, akan tetapi perbuatan tercela sehingga ia dihujat dan dikecam masyarakat, setelah mengunggah video membagi sembako sampah pada waria dan anak-anak. Tersebab prank inilah ia akhirnya dikenal sebagai you tuber sampah.

Prank sembako berisi sampah dan batu bata tersebut akhirnya berbuntut laporan di Polrestabes Bandung, pada Ahad (3/5) malam, sebab dianggap melanggar pasal 45 ayat 3 UU ITE tentang penghinaan atau pencemaran nama baik. Sempat menjadi buron polisi atas tindakannya tersebut, kini sang youtuber telah diamankan pihak kepolisian pada Jumat (8/5/2020) dini hari. (Kompas.com, 8/5/2020)

Kasus ini bermula setelah you tuber tersebut membuat video prank sembako sampah. Ia bersama teman-temannya sengaja membagikan sembako palsu tersebut dengan menyasar waria di Bandung. Video durasi 12,11 menit ini diunggah ke kanal youtube pada Ahad (3/5/2020). Dalam Bahasa Inggris prank artinya kelakar, olok-olok, seloroh, senda-gurau, seraya menipu.

Aktivitas ini menjadi salah satu tren tersendiri, bahkan acapkali dijadikan bentuk acara di variety show televisi. Demi mengejar popularitas semu ala sekularisme, maka lahirlah aktivitas minim prestasi. Tampak betapa rona kebebasan mewarnai kehidupan manusia saat ini. Tanpa kendali agama, menertawakan kesulitan orang lain dan menjadikan hal tersebut sebagai hiburan.

Kelakar bentuk ini, tidak dibenarkan dalam Islam. Sangat keterlaluan, sebab korban menjadi kaget, marah, malu dan tidak rida. Sikap yang muncul tadi, menjadi bahan tertawaan, untuk kemudian dikonsumsi publik.

Dalam kehidupan yang jauh dari tuntunan Islam, acara dengan menyertakan adegan prank, laris manis dengan rating tinggi.

Kelakar dalam Islam

Sungguh tampak betapa masyarakat telah jauh dari kepemimpinan berpikir. Memanfaatkan penderitaan orang lain, demi tujuan komersial.

Inilah salah satu buah dari kerusakan sistem ala sekularisme. Penonton dan pelaku prank akan menjadi keras hati karena banyak tertawa dan tidak peka terhadap perasaan orang lain.

Rasulullah pun berkelakar, tapi tidak menipu, merendahkan atau menakuti orang lain dan tidak mencela syariat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melarang kita sering tertawa,

“Janganlah engkau sering tertawa, karena sering tertawa akan mematikan hati.” (Shahih Sunan Ibnu Majah no. 3400).

Padahal telah nyata bahwa tinggi rendahnya akal seseorang, dapat dilihat pada aktivitasnya. Manusia berakal, akan melakukan hal-hal baik yang bernilai hingga menghasilkan peradaban tinggi. Sebaliknya manusia yang tidak berakal, akan menempatkan perkara mubah bahkan haram dalam urutan tertinggi skala prioritasnya.

Islam adalah agama rahmat bagi semesta alam, menjadikannya indah saat seseorang menegakkan aktivitas yang bersandar padanya. Berbagai keputusan yang dilakukan oleh seorang muslim, baik itu akan mengerjakan sesuatu atau meninggalkannya, menggunakan akal yang dikaitkan dengan syariat.

Lebih jauh Islam mengajarkan, bahwa seluruh aktivitas manusia menjadi berkualitas tinggi, sebab dikerjakan dengan kesadaran bahwa ia adalah seorang hamba yang senantiasa dalam pengawasan Allah. Karenanya, ketakwaan telah menjadikan seseorang terpelihara, tidak berlaku aniaya terhadap hamba Allah lainnya.

Rasullullah SAW pun telah memberi ancaman terhadap orang yang berdusta untuk membuat orang lain tertawa dengan sabda beliau, “Celakalah seseorang yang berbicara dusta untuk membuat orang tertawa, celakalah ia, celakalah ia.” (HR. Imam Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi)

Karenanya, tidak mencela atau menghina orang lemah adalah sebaik-baik sikap. Bahkan dibutuhkan empati yang tinggi, saling menghargai sesama manusia, saling bantu di kala banyak masyarakat terdampak pandemi covid-19. Karenanya jelas, bahwa kehidupan serba bebas jauh dari aturan Allah, bukanlah kehidupan yang tepat bagi seorang muslim. Wallahu alam.

Lulu Nugroho, Muslimah Revowriter Cirebon

Comment