RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Sejak awal 2020 hingga saat ini dunia sedang dilanda wabah Covid -19 yang sangat menyebar begitu cepat.
Indonesia menjadi salah satu negara yang terjangkit virus ini dengan korban yang cukup banyak hingga harus dilakukan lockdown.
Tak hanya aktivitas pribadi tapi juga berbagai aktivitas umum pun sebisa mungkin dihentikan atau dirumahkan. Seperti halnya kegiatan ajar mengajar yang dirumahkan, aktivitas para pekerja pun dirumahkan.
Namun sebagai dampak dan akibat wabah ini mempengaruhi terjadinya penurunan ekonomi di berbaga perusahaan, yang akhirnya memPHK para pegawai tanpa ada pekerjaan apa lagi penghasilan di tengah wabah ini.
PHK sekitar 150 ribu orang akibat wabah ini, pemerintah justru malah menaikan alokasi anggaran untuk kartu prakerja menjadi Rp 2 triliun dan menambah jumlah penerima menjadi 5,6 juta oranng. Konsep program ini dipaksakan dalam kondisi krisis di tengah wabah ini, sehingga korban PHK dilatih secara online baru diberikan tunjangan dan penyelenggaraan dapat uang dari Negara.
Saat pandemi dan penetapan PSBB ini, pemerintah harus pertimbangkan mana yang lebih prioritas antara pelatihan dan dan bantuan untuk pekerja yang terdampak covid-19.
Saat ini yang mendesak dibutuhkan bukanlah pelatihan tapi bantuan dari penguasa tanpa harus ada imbalan di awal ataupun di akhir ataupun kepentingan yang tak terlihat. Pelatihan tidak akan bermanfaat jika rakyat tak bisa bertahan hidup di tengah pandemi ini.
Solusi pemerintah mengatasi krisis ini sangat tidak efektif dan diduga lebih politis sebagai realisasi janji kampanye. Ini sangat jauh dari kebutuhan hakiki yang dihadapi rakyat sekarang ini.
Padahal yang mampu untuk memberikan bantuan dalam jumlah besar kepada rakyat adalah penguasa.
Terlihat bahwa rezim saat ini seakan mencari keuntungan dalam segala keadaan, termasuk di tengah musibah yang melanda rakyatnya.
Berbeda halnya dengan pemimpin dalam Islam yang akan mengutamakan kemashlahatan rakyat dan tak mencari keuntungan, karna pemimpin yang paham hukum Islam akan sentiasa berhatihati dalam memberikan kebijakan untuk rakyatnya. Karena apapun yang dilakukannya akan dipertanggungjawabkan diakhirat kelak.
Dan pemimpin seperti ini takan bisa memimpin jika sistem yang ada tetap sistem rusak yang mendukung terus terciptanya kapitalis.
Tentu saja pemimpin Islam hanya akan hadir jika sistem yang diterapkan adalah sistem Islam sebagai solusi mendasar baterhadap permasalahan manusia pribadi, masyarakat bahkan negara.Wallahu’alam Bi Shawwab.[]
*Mahasiswi STIE
Comment