Hanif Kristianto.[Dok/radarindonesianews.com] |
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Apa saja bisa terjadi, jika tujuannya untuk politik. Tiada rumus baku dalam memenangkan pemilu di Indonesia, kecuali harus dekat dengan ulama dan umat Islam. Umat Islam adalah market politik. Pasalnya, sistem politik demokrasi suka memanfaatkan orangnya dan bukan ajaran Islamnya. Tahu sendiri, demokrasi sesungguhnya antitesis dari Islam. Karena itu, seketika demokrasi berubah wajah seolah-olah islami.
Partai politik dalam sistem demokrasi sedikit yang berbasis ideologis. Kalaupun ada sangatlah kecil. Islam, nasionalisme, dan pancasila sekadar asasnya. Praktiknya jauh panggang dari api. Kerumunan massa sekadar basis mendulang suara, demi memposisikan diri di kursi kuasa. Seiring itu pula, pendidikan politik sering dilupakan partai. Mereka sibuk menyusun strategi pemenangan, baru menjelang pemilu mereka bergegas melakukan blusukan. Rakyat pun diminta dukungannya untuk menang di kontestasi lima tahunan.
Mendadak Islami?
Sebenarnya bukanlah mendadak Islami. Ini lebih dari strategi. Di tengah riuh umat meraskan kebijakan yang menyengsarakan. Presiden dan partai pendukungnya kerap jadi sasaran. Tak kurang-kurang, Presiden dan partai pendukungnya dibully habis-habisan. Sesungguhnya, posisinya kalah, karena rakyat merayap secara nyata.
Sikap mendadak Islami memang bukan karakter parpol di Indonesia. Di beberapa parpol ada sayap yang dikhususkan mengurusi tabligh dan keagamaan. Mereka cerdik mempolitisasi umat Islam dengan bumbu racik yang melenakan. Ujungnya Islam tidak bisa dilepaskan dari politisasi demi merebut simpati. Kalulah sekadar ada badan urusan keagamaan di Parpol, wajah Islam seperti apa yang ingin ditampilkan?
Sementara itu, umat senantiasa disuguhi dengan sikap politisi rakus. Rakus kekuasaan, uang, jabatan, dan kewanitaan. Kasus korupsi sudah mendarah daging. Tumpukan harta kekayaan politisi. Wanita cantik dan hidup glamour menghiasi. Sementara, rakyat dan umat tetap dalam kemelaratan hidup. Kata sejahterah menjadi angin surga.
Sikap mendadak Islami, tak lebih memanfaatkan umat yang tak memahami hakikat politik. Karenanya dari kalangan umat ada yang dengan mudah bilang, “ternyata partai itu Islami”, “partai ini membela ulama dan peduli rakyat”, “partai itu nasioanlis religius dengan bukti ada kegiatan keagaamaan” , dan sederet ketakjuban lainnya. Hal ini bisa dipahami, karena umat selama ini ditelikung dalam urusan politik oportunis.
Tanda Apa Ya?
Ada beberpa tanda dan catatan penting bagi parpol di Indonesia. Hal ini bertujuan sebagai kritik agar tak ada lagi cerita rakyat yang terus dijadikan pesakitan.
Pertama, parpol selama ini telah kehilangan kepercayaan di hati umat. Baik yang berbasis agama atau nasionalis religius. Pasalnya, rakyat senantiasa dininabobokan dengan keculasan politik.
Kedua, komunikasi politik menjelang pemilu seringnya menyentuh wilayah keagamaan. Hal ini wajar, mereka memandang sisi keagamaan masih menjadi penentu dan penarik dukungan. Kondisi ini tak terlepas dari harapan rakyat adanya perubahan, meski rakyat kerap dikecewakan.
Ketiga, jika parpol betul-betul peduli kepada umat Islam, maka landasannya harus Islam berdasarkan quran dan sunnah. Parpol itu melakukan amar ma’ruf nahi munkar dan hanya menjadikan Islam sebagai solusi kehidupan. Percuma peduli kepada umat, tapi landasannya bukan Islam dan masih dalam koridor demokratisasi. Sama halnya, menyerahkan leher rakyat untuk dipenggal.
Keempat, parpol harusnya sadar-sesadarnya. Jangan hanya ketika oposisi dia bak singa. Sementara tatkala koalisi dan berkuasa, ia tunduk pada kepentingan dan membuat banyak alasan. Tak elok ketika rakyat di ambang kebinasaan, parpol itu menjauh dan mengacuhkan.
Bagi politisi dan calon penguasa negeri ini, ketahuilah Islam memiliki sistem politik yang lebih sempurna. Nabi Muhammad telah mewariskan dasar pemerintahan dan syariah Islam yang mulia. Janganlah umat ini dibodohi dengan istilah demokrasi yang sesungguhnya tidak ada dalilnya dalam quran dan sunnah. Umat ini akan optimis menatap masa depan, jika politik Islam mampu diwujudkan dengan metode kenabian. Wahai politisi dan partai politik, berjuanglah mewujudkan izzul islam wal muslimin, agar engkau masuk dalam golongan yang diselamatkan. Parpol harus tahu diri, umat Islam jangan terus dikebiri.[]
Comment