RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA Joko Widodo (Jokowi) sebagai presiden di negeri mayoritas umat Islam di Indonesia mengecewakan umat Islam karena tidak mengecam kekejian yang dilakukan kaum radikal Hindu terhadap muslim di India.
Terkait hal ini, dikutip laman suaranasional, Ahad (1/3/2020), pengamat politik dan sosial Muhamnad Yunus Hanixs mengatakan, Jokowi harusnya menunjukkan rasa solidaritas muslim di India.
Yunus menambahkan, Indonesia bisa menggunakan pengaruhnya di dunia internasional mengecam pembantaian muslim di India.
Indonesia bisa menggalang negara-negara muslim untuk mengecam India. Ada kemungkinan Jokowi takut hubungan dengan India retak akibat mengecam pembantaian muslim di negeri Bollywood itu.
Tragedi pembantaian Muslim di India hanyalah repetisi (pengulangan) dari ratusan bahkan ribuan tragedi yang menimpa umat Islam di seluruh dunia.
Bukan saja umat Islam tapi dunia hingga kini masih merasakan sesak nafas menyaksikan kebiadaban Slobodan Milosovic membantai muslim Bosnia Herzegovina di Eropa beberapa dekade lalu.
Begitupun di Asia Tenggara, Muslim Rohingya menghadapi kekejian yang sama dan dibantai rezim Budha radikal dengan sangat biadab.
Hal yang tidak kalah biadabnya juga dialami kaum muslim di Asia Selatan, India, sebuah negeri yang dikenal dengan tokoh kemanusiaan Jawaharlal Nehru.
Sadisme yang sangat ditentang oleh nilai nilai kemanusiaan justeru begitu leluasa dalakukan dengan bebas oleh para radikalis Hindu saat membantai umat Islam hanya karena membela hak haknya terhadap undang undang yang merugikan umat islam India.
Tragedi lainnya juga masih akan terus dialami oleh kaum Muslim di Xinjiang, Cina, Suriah dan tentu di Palestina yang telah sekian puluh tahun menderita dijajah Israel dengan dukungan Amerika dan Eropa.
Dengan fakta dan seabrek penderitaan umat di berbagai belahan dunia sekarang ini, khususnya yang dialami kaum Muslim di India, sebuah pertanyaan besar pun muncul, siapakah gerangan yang membela mereka?
Tidak ada teriakan pembelaan terhadap mereka. Apakah PBB? Tidak juga. Dunia sepi atas semua tragedi yang dialami umat islam di manapun itu.
Teriakan HAM yang selama ini digaungkan tak lebih sebuah lips service yang sangat kontras dengan kenyataan di lapangan praktik.
Di manakah gerangan kalian wahai para pemimpin muslim? Di manakah keberadaan diri kalian wahai ormas islam? Di mana hati dan nuranimu yang katanya seakan satu rasa dan satu jasad dengan ikatan aqidah dengan sesama muslim?
Apakah ini pembiaran yang sengaja dibiarkan karena mereka bukan manusia sebangsa? Mana realisasi dan aksi LSM dunia yang nengusung human rights selama ini?
Apakah kalian hanya terus berpangku tangan melihat fakta keji dan tidak berprikemanusiaan ini dan sepakat ikuti diplomasi barat yang basa basi?
Ide Nasionalisme yang diusung barat telah berhasil memasung kebersatuan aqidah umat islam secara internasional. Satu tubuh dalam aqidah terburai oleh oleh sekat nasionalisme partial.
Umat islam yang satu tubuh dan saling membantu tanpa melihat teritorial kini harus tercerai berai menjadi negri- negri kecil tanpa kekuatan yang sangat mudah diporak – porandakan lawan.
Terbuai oleh kata mayoritas dan tertindas sebagi minoritas. Ini sebuah fakta yang tidak bisa dipungkiri sejarah.
Dengan semua tragedi yang menimpa umat Islam di berbagai belahan dunia ini, maka perlu dirumuskan pola penyatuan umat di bawah satu kepemimpinan internasional yang mampu menjadi payung bagi umat islam dunia.
Rasulullah SAW seorang nabi visioner telah mengingatkan tentang hal ini.
إِنَّمَا الإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ
Imam (Khalifah) itu laksana perisai; kaum Muslim diperangi (oleh kaum kafir) di belakang dia dan dilindungi oleh dirinya (HR Muslim).
Tanpa payung kepemimpinan yang bersifat universal dan internasional ummat Islam tidak mempunyai Junnah /perisai yang akan melindungi harkat dan martabat seperti yang dihadapi kaum muslimin saat ini.
Pemikiran ini menjadi sebuah kebutuhan yang sangat urgen dan wajib sebagaimana yang telah disepakati empat imam mazhab, Hanafi, Maliki, Hambali dan Syafi’i. So, back to Islam.[]
* Ibu rumah tangga
Comment