RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Februari bulan para muda mudi yang katanya mencari cinta sejati dalam balutan hari kasih sayang yang dikenal dengan valentine days. Remaja muslim saat ini banyak mengekor budaya barat yang mereka sendiri tidak paham dan tidak mencari tahu apa itu valentine days.
Valentine’s day yang kini kian populer dikalangan masyarakat Indonesia, khususnya bagi generasi muda.
Hari ini disebut-sebut sebagai hari kasih sayang yang banyak dirayakan dengan sebatang coklat atau setangkai bunga.
Belum lagi diperjelas dengan banyaknya dijumpai jargon-jargon atau iklan untuk.mengekspos budaya penyembah berhala zaman Romawi kuno ini.
Berbagai tempat hiburan mulai dari diskotik, hotel-hotel, restoran, mall, hingga supermarket sekitar rumah kita pun berlomba-lomba menawarkan promo produk terkait valentine bahkan acara yang berbau budaya liberal tersebut.
Kehebohan pun menghiasi halaman media cetak dan elektronik yang turut larut dalam hingar bingar pesta valentine days.
Sehingga tanpa disadari masyarakat muslim terutama generasi mudanya tercekoki dan terseret dalam perayaan budaya barat tersebut.
Jika mencoba membuka lembaran-lembaran sejarah yang melatarbelakangi hari Valentine, tentu akan dijumpai banyak pembodohan bagi umat manusia.
Betapa tidak, peringatan momen yang diyakini sebagai hari kasih sayang tersebut nyatanya merupakan hari kematian seorang pendeta bernama Santo Valentine.
Dia dihukum mati oleh Raja Romawi, Claudus II Ghoticus pada abad ketiga masehi karena terbukti bersalah dan melanggar aturan kerajaan.
Santo Valentine telah menikahkan seorang prajurit muda yang saat itu sedang menjalin cinta dan kasih sayang.
Tindakan ini dianggap bertentangan dengan ketentuan kerajaan, sehingga Santo Valentine terpaksa dipancung oleh eksekutor kerajaan tepatnya pada tanggal 14 Februari 269.
Namun keputusan kerajaan tersebut bertentangan dengan pihak gereja yang menganggap tindakan Santo Valentine tersebut dianggap benar karena telah melindungi dan menyelamatkan orang yang sedang dimabuk cinta, sehingga dia pun dinobatkan sebagai pahlawan kasih sayang.
Berangkat dari hal yang kontroversi tersebut, maka setiap tanggal 14 Februari mayoritas orang-orang menganggap dan meyakininya sebagai hari kasih sayang yang sejatinya merupakan hari kematian.
Sungguh ironis apabila orang ramai-ramai larut dalam perayaan Valentine tanpa mengetahui kecelakaan sejarah dan tragedi yang melatarbelakangi Hari Valentine tersebut.
Jadi jelas bahwa Valentine Day bukanlah tradisi yang berasal dari Islam. Kita dilarnag mengikuti ajaran di luar Islam apalagi menyerupainya. Baginda Rasulullah SAW mengingatkan dmegan tegas :
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).
Jika kita lihat fakta di lapangan. Banyak kasus dikalangan remaja akibat dari ikut-ikutan budaya asing. Mereka merasa bangga ketika dirinya ikut dalam aktivitas tersebut. Sehingga banyak dari mereka terjebak dalam pergaulan bebas, narkoba, bully, bahkan melakukan aborsi hasil dari perzinaan.
Berbagai data tentang problem generasi bangsa hari ini dapat kita lihat dari berbagai sumber, salah satunya dari laporan komisi perlindungan anak Indonesia (KPAI) yang terus meningkat setiap tahunnya.
Sepanjang 2015, Dinas Kesehatan DIY mencatat ada 1.078 remaja usia sekolah di Yogyakarta yang melakukan persalinan. Dari jumlah itu, 976 diantaranya hamil di luar pernikahan.
Angka kehamilan di luar nikah merata di lima kabupaten/kota di Yogya. Di Bantul ada 276 kasus, Kota Yogyakarta ada 228 kasus, Sleman ada 219 kasus, Gunungkidul ada 148 kasus, dan Kulon Progo ada 105 kasus.
Data-data tersebut di atas hanya sebagian kecil dari data yang ada diberbagai provinsi dan kabupaten di Indonesia.
Bahkan sangat muda kita temui diberbagai media sosial akan rusaknya moral generasi bangsa hari ini akibat pergaulan dan seks bebas.
Tidakkah kita gelisah dan ngeri melihat data-data ini? Bukankah ini bukti akan hancurnya generasi bangsa hari ini.
Semua terjadi akibat dari sistem yang diterapkan. Sistem liberal yang mengusung kebebasan bagi penganutnya. Sehingga tidak punya batasan dan aturan yang sesuai.
Lalu, seperti apa cara pandang pergaulan pria dan wanita di masyarakat seharusnya menurut Islam?
Memisahkan pria dan wanita dalam kehidupan. Pernyataan bahwa “pergaulan pria-wanita dalam pandangan Islam perlu dipisahkan”, diambil setelah kita meneliti dan memahami sejumlah dalil al-Quran dan as-Sunnah. Kita juga akan menemukan bahwa Allah Swt. sendiri telah mewajibkan kaum wanita untuk mengenakan jilbab jika mereka hendak keluar rumah (QS. Al Ahzab 59, An-Nur 31).
Allah telah menjadikan seluruh tubuh wanita sebagai aurat, kecuali wajah dan kedua telapak tangannya:
“Wahai Asma’, sesungguhnya seorang wanita, apabila telah balig (mengalami haid), tidak layak tampak dari tubuhnya kecuali ini dan ini (seraya menunjuk muka dan telapak tangannya).” (HR Abu Dawud).
Islam melarang berkhalwat (berdua-duaan laki-laki dan wanita yang bukan mahrom): “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia berkhalwat dengan seorang wanita tanpa ada mahrom wanita tersebut, karena syaitan menjadi orang ketiga diantara mereka berdua.” (HR. Ahmad).
Melarang wanita bersolek dan berhias mempercantik diri untuk menonjolkan kecantikannya (tabaruj), memakai wewangian di hadapan laki-laki asing (non mahram).
Untuk itu tugas kita sebagai seorang muslim untuk mengingatkan saudara kita yang lainnya terutama para generasi muda. Karena generasi muda adalah harapan suatu bangsa untuk membangun peradaban yang gemilang. Mereka pemegang tombak estafet kepemimpinan di masa datang.
Namun, saat ini budaya liberal menggempur mereka dari berbagai arah sehingga tanpa sadar mereka membebek sesuai keinginan barat penjajah.
Sudah saatnya semua umat muslim peduli dalam mengopinikan dan memperjuangkan Islam ke tengah-tengah umat.
Karena permasalahan yang terjadi saat ini solusinya hanya satu yaitu menegakan kembali syariah Islam di bawah naungan Khilafah rosyidah. Wallahualam.[]
*Pemerhati Remaja & Revowriter
Comment