RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa sacara umum dipengaruhi oleh tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran.
Kini, Bank Dunia merilis laporan bertajuk “Aspiring Indonesia, Expanding the Middle Class” pada akhir pekan lalu (30/1). Dalam riset itu, 115 juta masyarakat Indonesia dinilai rentan miskin.
Tingkat kemiskinan di Indonesia saat ini di bawah 10% dari total penduduk. Rerata pertumbuhan ekonomi pun diprediksi 5,6% per tahun selama 50 tahun ke depan.
Produk Domestik Bruto (PDB) per kapitanya diperkirakan tumbuh enam kali lipat menjadi hampir US$ 4 ribu. Namun, 115 juta orang atau 45% penduduk Indonesia belum mencapai pendapatan yang aman.
Alhasil, mereka rentan kembali miskin. “Mereka belum mencapai keamanan ekonomi dan gaya hidup kelas menengah,” demikian dikutip dari laporan Bank Dunia, akhir pekan lalu (30/1). Di satu sisi, 52 juta masyarakat Indonesia tergolong kelas menengah. Mereka memiliki pendapatan Rp 1,2 juta dan Rp 6 juta per bulan.
Untuk meningkatkan jumlah kelas menengah dan mengurangi penduduk rentan miskin, Bank Dunia merekomendasikan empat hal.
Pertama, meningkatkan gaji dan tunjangan guru. Di satu sisi, sistem manajemen kinerja guru juga perlu diperbarui. Memulai sertifikasi ulang guru dan dilakukan secara berkala.
Kedua, meningkatkan anggaran kesehatan. Salah satu caranya dengan mengejar sumber pendapatan baru dari peningkatan pajak tembakau dan alkohol.
Ketiga, memperluas basis pajak. Caranya, bisa dengan menurunkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), menaikkan tarif pajak tertentu seperti alkohol, tembakau dan kendaraan, dan lainnya.
Terakhir, menyeimbangkan kembali (re-balancing) transfer fiskal seperti meningkatkan propori dana desa dan mengembangkan peraturan baru untuk mengoperasionalkan penyediaan layanan lintas daerah, termasuk mengatasi tantangan pembiayaan. Selain itu, perlu membangun kapasitas pemerintah provinsi. (Jakarta,Selasa/28/01/2020/kadata.co.id)
Pengentasan Kemiskinan Massal telah dicanangkan. Namun dalam sistem kapitalis sekuler penyelesaian masalah ini seolah jauh panggang dari api, ada penyelesaian tetapi jauh dari solusi.
Dalam sistem kapitalis sekuler terlihat jelas adanya perselingkuhan antara birokrasi dan korporasi (negara korporatokrasi). Sehingga posisi penguasa disini dikendalikan oleh pengusaha/korporasi.
Dengan begitu terlihat adanya perhatian lebih pada para pengusaha. Sehingga seolah abai terhadap urusan rakyatnya, karena itu mustahil kalau pengentasan kemiskinan massal bisa terjadi.
Justru terjadi jurang ketimpangan antara yang kaya dan miskin semakin curam.
Apalagi terlihat dalam upaya menurunkan angka kemiskinan lebih banyak mengotak-atik angka melalui pembuatan standarisasi/ukuran semata, yang tidak menghilangkan kondisi miskin secara nyata dengan memastikan terpenuhi semua kebutuhan asasi rakyatnya.
Kebutuhan asasi rakyat mulai makanan bergizi, pakaian layak, tempat tinggal yang nyaman, pendidikan gratis berkualitas, dan kesehatan yang memadai. Yang kesemuanya kini sulit untuk dinikmati. Sehingga benar-benar kemiskinan yang banyak didapati.
Didapatinya kemiskinan massal adalah kondisi laten yang lahir akibat sistem kapitalisme, dan ini telah diakui oleh para ahli. Dan solusi yang bisa ditawarkan hanya dengan menurunkan angka kemiskinan.
Bagaimana Islam menyelesaikan masalah kemiskinan?
Jelas berbeda cara yang dilakukan oleh sistem kapitalis dan sistem Islam dalam mengentaskan kemiskinan. Dalam sistem Islam kemiskinan akan tersolusi karena memperhatikan tiga hal.
Pertama: Secara individual, Allah Swt. memerintahkan setiap muslim yang mampu bekerja untuk bekerja mencari nafkah atas dirinya dan keluarga yang menjadi tanggung jawabnya.
Sebagaimana Allah Swt. berfirman : “Kewajiban para ayah memberikan makanan dan pakaian kepada keluarganya secara layak.”(TQS. Al-Baqarah (2) : 233)
Dan Rasulullah Saw. bersabda : “Mencari rezeki yang halal adalah salah satu kewajiban diantara kewajiban yang lain.”(HR. At-Thabarani)
Kedua: Secara jama’i/kolektif. Allah Swt memerintahkan kepada kaum muslim untuk saling memperhatikan saudaranya yang kekurangan dan membutuhkan pertolongan. Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda : “Tidaklah beriman kepada-Ku siapa yang tidur dalam keadaan kenyang, sementara tetangganya kelaparan, padahal ia tahu.”(HR. At-Thabarani dan Al-Bazzar).
Ketiga : Allah Swt memerintahkan penguasa/negara untuk bertanggungjawab atas seluruh urusan rakyatnya, termasuk untuk menjamin kebutuhan rakyatnya. Tatkala rakyat tidak mampu memenuhi kebutuhan asasinya maka negara berperan dalam memberikan pembinaan sehingga mampu bekerja.
Ketika belum bisa tercukupi maka akan diambilkan dari kas baitul mal negara. Bahkan ada kejelasan sumber pemasukan baitul mal dan pengalokasiannya.
Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda : “Pemimpin atas manusia adalah pengurus dan dia bertanggungjawab atas rakyat yang dia urus.”(HR. al-Bukhari Muslim dan Ahmad).
Dengan demikian, masalah kemiskinan massal dalam sistem Islam akan tersolusi secara nyata dan bukanlah hanya sebatas impian belaka.
Sebagaimana sejarah membuktikan dengan diterapkannya sistem Islam benar-benar membawa keberkahan dan kesejahteraan selama 1300 tahun lamanya menguasai 2/3 wilayah dunia. Wallahu a’lam bi showab.[]
*Praktisi pendidikan
Comment