Zakiah Nurul Fadhilah *: Generasi Muda yang Malang

Opini720 Views

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Dua tahun belakangan ini, konser kpop makin gencar diselenggarakan di Indonesia. Hampir setiap beberapa bulan sekali, artis korea datang ke Indonesia untuk melangsungkan konser.

Ini tentu membuat beberapa fans berteriak karena kantong tipis mereka tak bisa mengimbangi tebal nya budget yang harus dikeluarkan jika mereka ingin bertemu oppa.

Ada beberapa alasan kenapa banyak konser kpop yang akhirnya hijrah ke Indonesia. Salah satunya, anak muda di Indonesia bisa dikatakan horang kaya semua!

Bagaimana tidak, harga konser kpop itu selalu terbilang mahal, belum lagi ditambah transportasi, penginapan kalau nontonnya di luar daerah.

Dan juga, banyak ‘kedekatan’ yang bisa dilihat antara korea dan Indonesia, seperti batik Indonesia dan hanbok korea, pulau jeju nya korea dan Pulau Bali nya Indonesia.

Inilah yang menyebabkan, korea banyak ‘menargetkan’ Indonesia untuk menjadi ‘ladang’ nya dibandingkan negara tentangga lainnya. Konon katanya, Korea saat ini sedang ‘bermusuhan’ dengan negara sekitarnya.

Indonesia juga mempunyai netizen yang sangat kreatif dan tersebar di seluruh penjuru dunia maya dunia per-kpop-an, ditambah lagi dengan peminat kpop di Indonesia yang gak pernah sepi.

Sampai-sampai banyak dong, fans kpop yang menyatakan mereka rela jomblo demi oppa! (baca inikpop.com).

Beberapa kisah fanatisme yang tak biasa, yaitu mengejar idolanya hingga rela menginap satu hotel, mengeluarkan ratusan juta untuk membeli album demi kesempatan dapat tanda tangan, hingga merasa ‘tidur bersama idola’ hanya karena ada posternya mengarah ke tempat tidur, menyambung kedatangan idola di bandara selama berjam-jam, hingga menyakiti diri sendiri kala idolanya meninggal dunia.

Seorang praktisi dan akademisi psikologi, Adella menyebutkan, bahwa konten hiburan yang dibawa Korea lebih banyak menyebabkan fungsi otak pada remaja yang rentan menjadi pruning alias penurunan fungsi akibat terputusnya neuron karena tidak digunakan.

Pruning sebenarnya terjadi secara alamiah seiring dengan perkembangan otak manusia.

Namun menurut beliau, ketika seseorang terlalu berlebihan dalam menyukai hiburan yang membuat senang, maka fungsi produktif otak bisa terancam. (cnnindonesia.com )

Ada banyak cara yang dilakukan remaja Indonesia untuk bisa membeli tiket konser. Jika mereka bukan berasal dari keluarga berada yang bisa membeli tiket dengan cuma-cuma.

Maka yang harus mereka lakukan adalah menabung, atau bekerja untuk mencari penghasilan sehingga bisa ditabung untuk membeli tiket konser. Paling tidak, bisa membeli album-album artis yang disukai jika memang tidak kesampaian untuk beli tiket konser.

Sikap ini menunjukkan betapa fanatiknya, generasi Indonesia saat ini. Tak sedikit dari mereka melupakan kewajibannya, sebagai contoh jika mereka adalah seorang pelajar, mereka akan rela bolos sekolah demi melihat artis Korea yang datang berkunjung ke Indonesia bahkan menunggu sejak mereka datang ke Bandara.

Kebanyakan mengikuti update tentang idol korea juga akan menyebabkan menurunnya minat belajar remaja Indonesia. Walaupun pada kenyataannya, beberapa dari mereka mengatakan bahwa artis korea tersebut menjadi motivasi belajarnya.

Nyatanya, fokus mereka tetap akan teralihkan dan lebih banyak menaruh fokus pada idol korea kesukaan mereka.

Sebagian ahli kejiwaan menyamakan kpop dengan narkoba, karena kpop membuat para penikmatnya sakau kalau tidak melihatnya.

Ini dibuktikan dengan, dari sekian banyak hal yang harus dikorbankan, paling kecil adalah mengorbankan pulsa atau kuota. Pulsa atau kuota ini salah satunya berguna untuk streaming music video artis favoritnya agar bisa masuk ke dalam _chart-chart_ ternama.

Umur rata-rata remaja Indonesia yang menyukai korea adalah belasan tahun dan bisa dikatakan belum pantas untuk menonton konten yang disajakan oleh idol kpop.

Kebanyakan konten itu berisi tarian vulgar dengan baju yang sexy dan terlampau pendek, berbeda jauh dengan kebudayaan Indonesia yang dikenal sopan.

Masih ingat bukan bagaimana panasnya persaingan antara ibu Maimon Herawati dan kpopers Indonesia di awal tahun 2019 lalu, yang menunjukkan betapa hancurnya generasi Indonesia sekarang.

Padahal Ibu Maimon hanyalah seorang Ibu yang ingin melindungi anaknya dari buruknya budaya luar yang sekarang sudah bisa dijumpai dimana-mana, mau atau tidak mau melihatnya kita akan melihatnya.

Begitu sudah terjajahnya pikiran anak muda Indonesia sekarang, yang sampai hati menyumpahi dan memaki Ibu Maimon, serta membuat petisi menyerang balik ingin mengusirnya dari Indonesia.

Dan sejauh ini, pemerintah Indonesia hanya diam saja. Karena kpop ini sendiri memang membawa hal positif terlebih lagi terhadap ekonomi Indonesia. Makin banyak konser kpop diadakan di Indonesia, makan akan semakin banyak turis yang melirik Indonesia.

Hubungan Korea dan Indonesia semakin menghangat akibat kpop yang tentunya malah dimanfaatkan dengan sebaik mungkin oleh pemerintah Indonesia itu sendiri. Tanpa peduli bahwa itu telah merusak generasi Indonesia.

Akar Masalah

Sudah kita ketahui bersama bahwasanya Indonesia sekarang menganut sistem kapitalisme, yang hanya mementingkan materi dan asas manfaat.

Sehingga, tidak aneh apabila fakta yang sudah dipaparkan di atas terjadi. Rela membiarkan generasi mudanya hancur asalkan itu mendatangkan manfaat, adalah hasil bentukan dari sistem kapitalis ini.

Sistem ekonomi kapitalisme berpusat pada pemilik modal, yang artinya para pemilik modal ini bisa mengendalikan perdagangan dan industri yang tujuannya lagi-lagi memperoleh manfaat atau keuntungan sebesar-besarnya. Ini yang menyebabkan mereka yang kaya akan semakin kaya dan yang miskin akan semakin miskin.

Sesuai dengan kondisi sekarang, dimana pemerintah membiarkan kebudayaan apapun masuk ke Indonesia, dan akhirnya dijadikan kiblat utama dari tingkah laku generasi mudanya, namun mereka acuh.

Selama memberikan banyak manfaat, membuat Indonesia makin banyak dikenal dan akhirnya didatangi turis asing, mereka tidak memikirkan bagaimana nantinya Indonesia akan diserah-terima-kan kepada generasi yang sudah dibuat hancur dini hari. Itulah hasil dari ajaran sistem kapitalis.

Sistem kapitalis juga memisahkan kehidupan agama dengan dunia, yang mana seharusnya dunia dan agama adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Tidak seharusnya kita melupakan Allah SWT saat kita melakukan sesuatu dan mengingat Allah SWT hanya saat shalat atau saat kita butuh sesuatu.

Selama sistem ini masih diterapkan, selama itulah, kehancuran generasi muda Indonesia yang kian menyedihkan itu kemudian bisa disebut “wajar” karena pemasok zat-zat kehancuran itu adalah sesuatu yang mendatangkan manfaat, terlebih untuk pemerintah.

Solusi Fundamental

Jika kita pandang dari sudut pandang Islam, jelas apa yang dilakukan pemerintah saat ini adalah salah besar. Mengorbankan para generasi penerusnya hanya demi keuntungan dibidang ekonomi.

Seperti sistem yang sedang terjadi pada saat ini, sistem kapitalisme, yang hanya mementingkan manfaat.

Yang penting, jalan. Seharusnya kita tidak boleh mencari uang dengan jalan yang banyak sekali mudharatnya, bahkan sampai mengorbankan sesuatu yang harusnya dijaga dengan sangat, yaitu generasi mudanya.

Tidak rindukah kita kepada generasi-generasi muda gemilang yang dicetak oleh orang-orang hebat zaman kejayaan islam dulu? Seperti Muhammad Al-Fatih contohnya.[]

*Mahasiswi

Comment