Abu Mush’ab Al Fatih Bala*: Corona Virus Sebagai Bukti Ada Allah SWT Di Negeri Komunis

Opini626 Views

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Corona virus ganas menebar ancaman memanen kematian. Semula hanyalah virus lokal yang kemudian menjadi global.

Seperti dilansir dari koran Radar Bogor pada tanggal 24 Januari 2020: WHO tetapkan virus Corona darurat internasional. Lima kota di China diisolasi.

Provinsi Wuhan yang merupakan asal muasal virus ini terpaksa diisolir oleh Pemerintah Komunis Cina. Wuhan tampak seperti “penjara raksasa” sekitar 11 juta penduduknya dilarang keluar rumah tanpa kondisi khusus dan bepergian ke luar kota.

Kemudian angka ini berkembang menjadi 40 juta orang yang dilarang keluar kota di 13 kota di China. Sedikitnya 26 orang meninggal dunia, lebih dari 800 pasien masih dirawat di rumah sakit (Detik News, 24/1/2020).

Bukan saja China yang geger namun juga beberapa negara risau karena virus Corona yang dibawa dari negeri tirai bambu ini menyebar di negara mereka. Ditemukan 1 kasus infeksi virus Corona di Amerika Serikat, Makau 2 kasus, Jepang 1 kasus, Korsel 1 kasus, Australia 1 kasus, Vietnam 1 kasus, Thailand 4 kasus, Filipina 1 kasus dan Singapura 28 kasus. Penyakit ini menular dan diperkirakan akan terus menyebar di China. Belum ditemukan obat untuk menyembuhkannya.

Para ilmuwan meyakini bahwa awal penularan virus Corona adalah lewat makanan sup kelelawar. Kegemparan melanda China dan makanan itu mulai disalahkan.

Padahal akar masalahnya berasal dari habit hidup orang Komunis China yang jauh dari kebersihan. Diilhami oleh ideologi komunis yang anti agama dan tidak mengenal halal dan haram.

Makanan dari hewan-hewan yang jorok seperti kecebong, kodok, tikus, ular dan kelelawar menjadi fasilitator virus mematikan. Dalam Islam semua tatacara manusia diatur dengan sempurna. Mulai dari bangun tidur hingga membangun negara.

Islam meminta pemeluknya untuk mencari makanan yang halal dengan cara yang halal. Menjauhi makanan yang haram dan cara yang haram. Islam menentukan standar makanan bukan dari enak atau tidaknya tetapi dari halal dan thoyyibnya (baiknya).

Sebab belum tentu semua makanan yang enak adalah halal dan thoyyib. Tetapi yang halal dan thoyib sudah tentu enak.

Disinilah Allah SWT menunjukkan kekuasaannya kepada umat manusia khususnya China, Negeri Komunis, yang telah memenjarakan 1 juta penduduk Muslim Uighur dan menempatkan laki-laki China Komunis bersama perempuan Muslimah Uighur dalam satu rumah.

Bahwa Tuhan yang mereka anggap tidak ada itu mampu memenjarakan 40 juta warganya. Ada ketakutan yang mendalam jika virus Corona “tinggal serumah” dengan warganya.

Harusnya orang-orang Komunis China tidak takut mati. Karena ideologi komunis meyakini tidak ada agama, hari kiamat dan siksa setelah mati.

Orang komunis pun terjangkit penyakit cinta dunia dan takut mati. Bukankah mati cuman sesaat dan kembali menjadi materi atau benda? Atau punya peluang bereinkarnasi lagi di dunia?

Ternyata orang China pun punya gharizatun na’u (naluri mempertahankan jenis). Ingin dikenal sebagai orang hebat punya negara raksasa ekonomi komunis namun begitu takut dengan kematian.

Orang komunis pun kalau terkena virus Corona akut, ketika dokter angkat tangan, ajal mendekati, yang terbayang semoga ada kekuatan besar yang akan menolongnya.

Tapi semuanya bisa terhambat alias pupus karena pemikirannya sudah tertutupi ideologi komunis. Semoga dengan adanya kasus penindasan terhadap Muslim Uighur dan tersebar luasnya kasus virus Corona ini menyadarkan pemerintah Komunis China bahwa ada konektivitas (hubungan) antara keduanya (agama dan kehidupan).

Sebuah hubungan yang bersifat metafisik. Sebuah keyakinan bahwa Allah SWT itu ada. Mendengar jeritan dan doa-doa Kaum Muslimin yang tertindas di sana. Semoga seruan dakwah ini bisa disambut mereka, membebaskan Kaum Muslimin Uighur dan beralih dari Komunis ke Islam. []

*Pemerhati politik asal NTT

Comment