RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Tahun 2019 telah berlalu, berganti dengan tahun 2020 yang penuh beban dan pilu.
Pada awal tahun 2020 dunia semakin panas dengan pemberitaan kasus Natuna hingga predator seks yang dilakukan oleh warga negara indonesia di Inggris.
Persoalan yang memanas di negei ini dimulai dari banjir yang terjadi di mana-mmana hingga kebakaran hutan. Ada juga konflik antara Amerika serikat dengan Iran. Begitu semakin memanas dunia ini dengan berbagai masalah yang terjadi.
Segala sesuatu yang ada di bumi ini sudah semakin rusak, mulai dari aspek ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan bahkan soal politiknya apalagi, kacau balau.
Disuguhkannya berbagai masalah yang terjadi di dunia ini tentu menjadi peringatan bahwa kita sebagai umat muslim jangan merasa baik-baik saja.
Jangan sampai sebagai umat Muslim membiarkan kerusakan-kerusakan yang terjadi, karena sebagai seorang Muslim kita punya tanggung jawab terhadap sesuatu yang tidak sesuai dengan aturan Islam.
Masalah yang terjadi ini tentu harus dicarikan solusi dan tidak mungkin berdiam diri.
Bagaimana solusi tersebut dan apakah solusi itu membuahkan hasil? Lalu, apakah ada perubahan yang membaik? Jangan sampai solusinya itu hanya menuntaskan masalah sesaat dan kemudian memunculkan masalah baru.
Faktanya, solusi permasalahaan yang terjadi ini selalu tidak tuntas dan memunculkan masalah baru. Pasalnya, ada sesuatu yang salah, yaitu tidak melibatkan Islam dalam pemecahannya.
Tinggal kita sebagai umat Muslim apakah ingin memperjuangkan Islam sebagai the way of life atau tetap masih mempertahankan sistem kapitalis terus menimbulkan persoalan?
Salah satu contoh adalah banjir yang terjadi berulang-ulang di Jakarta dan sekitarnya tidak akan tuntas hanya dengan penyelesaian secara teknis saja.
Harus ada usaha serius secara bersama-sama untuk mencampakkan Kapitalisme. Karena Kapitalisme telah terbukti melahirkan banyak kebijakan yang hanya berpihak pada kepentingan penguasa dan pengusaha.
Bahkan nilai-nilai kapitalisme telah nyata mengabaikan ekologi alam dan hajat hidup manusia. Tak heran jika kerusakan dan bencana terus terjadi.
Berbeda dengan Kapitalisme, Islam menjamin pembangunan yang harus menjaga keseimbangan lingkungan. Ekonomi Islam tidak tersentralisasi dan berorientasi pertumbuhan, melainkan berorientasi pada distribusi.
Sehingga, aktivitas ekonomi akan merata di seluruh penjuru negeri yang berimbas pada menurunnya kepadatan kota. Hal ini karena prinsip tata kota dalam Islam dikembangkan dengan memberikan daya dukung lingkungan, karena Islam melarang bersikap dzalim, baik terhadap sesama manusia, hewan dan tumbuhan.
Di masa keemasan Islam, bendungan-bendungan dengan berbagai macam tipe telah dibangun untuk mencegah banjir dan keperluan irigasi.
Di Provinsi Khuzestan, daerah Iran selatan misalnya, masih berdiri dengan kokoh bendungan-bendungan yang dibangun untuk kepentingan irigasi dan pencegahan banjir.
Kemampuan peradaban Islam mengatasi banjir dan bencana lain bertahan selama berabad-abad.
Ini adalaah bentuk sinergi dari keimanan, ketaatan kepada Allah SWT dan ketekunan mereka mempelajari sunnatullah sehingga mampu menggunakan teknologi yang tepat dalam mengelola air dan menghadapi banjir.
Negara Islam (Khilafah) telah terbukti nyata kemampuannya mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi.
Oleh sebab itu, jika kita ingin mengatasi permasalahan secara tuntas, sudah semestinya kita mengembalikan segala sesuatu hanya kepada sistem Islam saja, yaitu dengan menerapkan sistem Islam secara kaffah.
Selanjutnya, bersegera mencampakkan sistem Kapitalisme-Sekuler sebagai biang dari segala kerusakan.
Sebab, berharap pada sistem kapitalisme-sekuler untuk merealisasikan program-program maslahat bagi rakyat adalah harapan semu.
Karena sudut pandang yang digunakan tidak berorientasi pada bagaimana mengurusi kesejahteraan rakyat tapi ‘deal-deal’ politik dan kepentingan antara penguasa dan pengusaha.
Maka dari itu, kita sebagai umat Muslim harus lantang menyuarakan kembali sistem Islam ini agar menjadi solusi bagi permasalahan yang terjadi. Allaahu a’lam bi ash-shawab.[]
*Mahasiswi Keperawatan STIKES DHB
Comment