Risnawati*: Hadapi China, Indonesia Tak Bernyali Di Natuna

Opini534 Views

RADARINDONESIANEWS. COM, JAKARTA -Indonesia sebagai salah satu Negara yang memiliki SDA yang berlimpah, menjadi daya pikat bagi para imperialis seperti AS dan China. Keduanya berusaha untuk dapat menancapkan kekuasaannya di negeri ini.

Kini muncul kembali perseteruan di Blok Natuna dengan China. Berawal dari masuknya kapal patroli keamanan tersebut ke wilayah yang diakui Indonesia masuk dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).
Jakarta, CNN Indonesia — Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) I TNI Laksamana Madya Yudo Margono menyatakan hingga Minggu kapal nelayan China masih bertahan di Laut Natuna, Kepulauan Riau. Yudo mengatakan kapal-kapal asing tersebut bersikukuh melakukan penangkapan ikan yang berjarak sekitar 130 mil dari perairan Ranai, Natuna.

“Mereka didampingi dua kapal penjaga pantai dan satu kapal pengawas perikanan China,” kata Yudo Margono dalam konferensi pers di Pangkalan Udara TNI AL di Tanjungpinang, Kepri, Minggu (5/1) dikutip dari Antara.

Dilansir juga di laman CNN Indonesia, Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto dinilai bersikap lunak dalam insiden kapal China yang wara-wiri di perairan Natuna. Prabowo mengatakan pemerintah akan menempuh jalan yang baik.

“Saya kira ada solusi baik. Kita selesaikan dengan baik ya, bagaimanapun China negara sahabat,” ujar Prabowo usai rapat di Gedung Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Jakarta, Jumat (3/1).

Sikap dan ucapan Prabowo berkebalikan dengan sikap Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Retno telah memanggil Dubes China di Jakarta untuk memberikan nota protes terhadap klaim Natuna.

Retno menyebut kapal-kapal nelayan China menerobos Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia yang telah diakui United Nations Convetion on the Law of the Sea (UNCLOS) tahun 1982.

Sikap Prabowo soal Natuna juga bertolak belakang dengan kegarangannya saat Pilpres 2019. Dalam Debat Capres Pilpres 2019 soal pertahanan, Prabowo berkali-kali menyebut militer Indonesia tak dikelola dengan baik oleh pemerintahan Joko Widodo.

Prabowo bahkan saat itu lantang menyatakan bahwa dirinya lebih TNI dari banyak TNI. Menurutnya, kekuatan militer Indonesia rapuh. Sehingga Indonesia sering direndahkan oleh negara lain dalam persoalan internasional.
Pengamat Intelijen dan Keamanan Stanislaus Riyanta menilai Prabowo melunak karena sadar kekuatan militer Indonesia tak sebanding dengan China.

Gurita Penjajahan China di Indonesia
China adalah salah satu diantara negara-negara yang muncul ke permukaan. Ada sebagian intelektual di Barat yang meyakini bahwa neraca kekuatan global sedang mengalami perubahan pasti untuk kepentingan China.

Pengaruh China di Indonesia mendominasi dalam dua bidang, yaitu infrastruktur dan perdagangan. Dalam pembangunan infrastruktur, Indonesia memang didominasi oleh Investasi China. Investasi China di negeri ini tak lepas dari strategi global China, yakni Silk Road Economi Belt (SERB) in Asia ( Sabuk Ekonomi Jalur Sutra di Asia) dan Maritime Silk Road Point (MSRP) atau Titik Jalur Sutra Maritim. Hal ini ditujukan untuk menguasai jalur perdangan laut yang salah satunya melalui Selat Malaka.

Oleh karena itu China berusaha menguasai pendanaan pembangunan infrastruktur di negeri ini.
Tampak disini bahwa China sekarang jauh lebih tegas dalam masalah laut China Selatan dan masalah perbatasan yang diperselisihkan dengan Jepang dan Vietnam, termasuk Laut Natuna.

China jauh lebih berani dan konfrontatif seputar permasalahan internasional. Pihak China mengklaim bahwa daerah Laut Natuna adalah miliknya. Salah satu alasannya karena nenek moyangnya sudah ratusan tahun menangkap ikan di perairan ini.

Padahal, daerah Laut Natuna ini bukanlah milik China saja. Ada beberapa negara yang mengelilingi lautan ini. Sebut saja Thailand, Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei.

Kelima negara itu mengklaim memiliki wilayah di LCS berdasarkan aturan UNCLOS. Tata aturan pembagian wilayah laut yang disepakati dunia internasional. Sayangnya, CHina bersikukuh memakai aturannya sendiri, yaitu NDL.

Pada saat yang sama, kekuatan militer Indonesia memang kalah jauh dibandingkan China. Kekuatan militer Indonesia menduduki peringkat ke-37 dunia. Sedangkan kekuatan militer China di posisi ke-3 dunia setelah AS dan Rusia. Bahkan kemungkinan akan terus merangsek naik linear dengan ambisi China untuk menjadi raksasa ekonomi di kawasan Laut China selatan.Secara obyektif memang Indonesia bisa kalah.

China akan melakukan berbagai cara untuk mengamankan posisinya dalam percaturan dunia. Untuk mengamankan perekonomiannya, perlu tunjangan militer.

Maka, Cina pun mulai berpikir ke arah penguatan militer. Dan Natuna termasuk kawasan Laut Cina Selatan dan wilayahnya pun cukup strategis untuk program ini.

Meskipun jauh dari tiga zona perminyakan LCS, Natuna memiliki cadangan minyak dan gas cukup besar. Maka, daerah ini pun diakui sebagai daerah perikanan Cina. Secara geostrategis Natuna juga dapat dijadikan pangkalan perang di LCS.

Alhasil, penerapan kapitalisme di negeri ini telah menjadikan apa yang menjadi milik umat tidak bisa dinikmati oleh umat, karena semuanya telah dikuasai swasta bahkan asing-aseng. Hal ini yang membuka masuknya para imperialis seperti China dalam menguasai dan mengeruk kekayaan negeri ini.

Islam Punya Solusi
Berbeda halnya dengan Islam, dalam mengola apa yang menjadi milik umat, Islam memiliki aturan yang sangat jelas. Hal ini ditegaskan dalam hadits yang disabdakan Rasulullah SAW: “ Kaum Muslim berserikat dalam tiga hal yaitu padang rumput, api dan air” (HR. Abu Dawud dan Ahmad).

Dari sini, Islam menuntut untuk negara mengelola kekayaan alamnya dan memiliki kemandirian ekonomi, sehingga negara tidak bergantung kepada negara lain, yang hal ini akan membuka kesempatan asing untuk menguasai perekonomian kita. Ketika pun ada kerjasama ekonomi, Islam akan melihat apakan negara itu adalah yang memusuhi Islam atau tidak. Kalau dia memusuhi maka secara mutlak, Islam mengharamkannya.

Dengan demikian pengelolaan Islam dalam bingkai Khilafah untuk mewujudkan kekuatan ekonomi Negara yang tidak bergantung pada Negara lain
Karena itu, Indonesia harus menunjukkan kedaulatannya sendiri dengan kembali pada penerapan Islam secara kaaffah. Dan sebagai umat yang bertauhid, tentunya Indonesia memiliki semangat juang yang tinggi untuk mempertahankan kedaulatannya Maka tentu saja dengan ruh yang sama,

Indonesia ke depannya mampu berdiri sendiri mencapai kejayaan tanpa intervensi asing dan aseng yang sejatinya adalah penjajahan.

Alasannya, persatuan yang ada di antara Indonesia dengan negara-negara imperialis tersebut adalah persatuan semu.

Di momen yang tepat ketika Indonesia sudah masuk dalam perangkapnya, negara-negara imperialis tersebut siap mencaplok dan melumatnya. Hanya dengan penerapan syariah dan khilafah maka Indonesia bisa bernyali menghadapi China sekalipun.

Dengan demikian, Islam sebagai rahmat bagi semesta alam memiliki konsep yang sempurna dalam mengatur kehidupan kita, termasuk permasalahan ekonomi. Seperti yang sedikit dijelaskan di atas. Namun konsep yang ada tentunya harus diterapkan dalam kehidupan, agar dapat dirasakan oleh semua umat.

Karena sesungguhnya Islam menuntut untuk diterapkan dalam seluruh kehidupan dalam bingkai Khilafah. Wallahu’alam.[]

*Penulis Buku Jurus Jitu Marketing Dakwah

Comment